Selasa, 10 Oktober 2023 09:25 WIB

Menggigil Pasca Operasi, Apakah berbahaya?

Responsive image
9887
dr. IB. Krisna Jaya Sutawan, M.Kes, Sp.An-TI, Subs - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Menggigil didefinisikan sebagai fasikulasi pada wajah, rahang, atau kepala atau hiperaktivitas otot yang berlangsung lebih dari 15 detik. Menggigil pasca operasi merupakan salah satu masalah yang sering terjadi. Kejadian menggigil dapat terjadi sekitar 20-70% pasien pasca anestesi umum. Pada penelitian lain menyebutkan kejadian menggigil 5% sampai 65% setelah anestesi umum dan 30% sampai 33% setelah prosedur epidural.1

Menggigil dipercaya dapat meningkatkan konsumsi oksigen, meningkatkan risiko hipoksemia, menginduksi asidosis laktat, dan pelepasan katekolamin. Selain itu menggigil juga dapat memparah nyeri pasca operasi serta memperlambat penyembuhan luka pasca operasi yang dikaitkan dengan gerak involunter yang diakibatkan oleh menggigil. Pada pasien yang memerlukan pemantauan ketat pasca operasi menggigil dapat mengganggu pemantauan electrocardiogram dan saturasi oksigen.1,2

Mekanisme menggigil masih belum jelas. Akan tetapi, menggigil biasanya dikaitkan dengan hipotermia maupun normotermia. Oleh karena itu gangguan pada mekanisme termoregulasi dan paparan lingkungan luar dapat menjadi pemicu terjadinya menggigil.1

Standar emas untuk pencegahan maupun pengobatan dari menggigil pasca operasi masih harus diteliti lebih lanjut. Berbagai rekomendasi pengobatan baik dari farmakologis maupun nonfarmakollogis dapat digunakan. Dengan mengetahui mekanisme dan penatalaksanaan yang tepat pada pasien menggigil pasca operasi kita dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi.3

Etiologi

Etiologi menggigil belum cukup dipahami. Namun, kombinasi gangguan termoregulasi yang diinduksi anestesi dan paparan lingkungan yang dingin membuat sebagian besar pasien bedah yang tidak hangat mengalami hipotermia. Menggigil biasanya dipicu oleh hipotermia maupun normotermia selama periode perioperatif. Fenomena ini juga dikaitkan dengan banyak penyebab lain seperti nyeri, penurunan aktivitas simpati serta alkalosis respiratorik. Agen anestesi meningkatkan ambang respon panas dan menurunkan ambang respon dingin sehingga kisaran inter threshold normal (titik setel hipotalamus) meningkat.2

Patofisiologi

Pada dasarnya pengaturan temperatur tubuh manusia normal diatur oleh mekanisme termoregulasi yang mempertahankan suhu antara 36,5?37,5°C pada suhu lingkungan dan dipengaruhi respon fisiologis tubuh. Fungsi termoregulasi terletak pada daerah preoptik hipotalamus. Pada saat suhu tubuh dan suhu lingkungan panas, reseptor di preoptik hipotalamus merespon dengan 2 mekanisme yaitu menghasilkan keringat melalui kelenjar keringat dan mengaktifkan efek dilatasi pembuluh darah kulit di seluruh tubuh sehingga panas akan menguap ke udara luar dan membantu mengembalikan suhu tubuh ke nilai normal. Selain itu, produksi panas dalam tubuh yang berlebihan akan terhambat. Sebaliknya pada saat reseptor preoptic di hipotalamus terkena dingin maka akan mengaktivasi vasokontriksi pembuluh darah, kontraksi otot yang menyebabkan menggigil. Oleh karena itu suhu tubuh dapat ditingkatkan kembali ke nilai normal. Tubuh juga menghambat proses berkeringat serta menyebabkan vasokontriksi pada lapisan kulit untuk mencegah pengeluaran panas tubuh. Pada keadaan homeotermia, sistem termoregulasi diatur dengan tujuan untuk mempertahankan temperatur tubuh internal dalam batas fisiologis dan metabolisme normal. Tindakan anestesi dapat menghilangkan mekanisme adaptasi dan berpotensi mengganggu mekanisme fisiologis fungsi termoregulasi. Selain itu faktor suhu ruangan sekitar juga mempengaruhi termoregulasi.4

Derajat Menggigil

Menggigil dinilai menurut skala yang divalidasi yaitu:5

• 0 : Tidak terlihat menggigil.

• 1 : Tidak tampak menggigil, tetapi diamati adanya vasokonstriksi perifer.

• 2 : Aktivitas pada satu kelompok otot saja.

• 3 : Aktivitas pada lebih dari satu kelompok otot, tetapi menggigil tidak

digeneralisasikan.

• 4 : Menggigil yang melibatkan seluruh tubuh.

Dampak Klinis

Menggigil merupakan respon fisiologis pada pasien normal maupun pascaoperasi. Namun, jika menggigil berlangsung lama dengan derajat yang berat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh dan memperlambat penyembuhan pasca operasi. Beberapa pasien melaporkan tidak nyaman hingga nyeri saat menggigil dan bahkan melebihi nyeri luka operasi. Menggigil juga menyebabkan kontraksi otot, baik pada organ normal maupun pada organ yang mengalami pembedahan sehingga  dapat memperpanjang masa penyembuhan luka operasi dan meningkatkan resiko infeksi. Selain ketidaknyamanan dalam masa pemulihan. Menggigil pasca operasi juga meningkatkan konsumsi oksigen, menginduksi asidosis laktat, produksi karbon dioksida, dan pelepasan katekolamin, yang mengakibatkan peningkatan curah jantung, denyut jantung, dan tekanan arteri.2

Tatalaksana Untuk Mengurangi Menggigil

Non Farmakologis

Metode non farmakologis termasuk penghangatan kulit aktif dan penghangatan kulit pasif. Penghangatan kulit aktif menggunakan penghangat listrik, water-circulating garments dan pemanas radiasi adalah metode yang paling umum dan efektif digunakan. Sebaliknya, bukti menunjukkan bahwa pemanasan kulit pasif dengan selimut kapas dan perban elastis dan pemanasan inti tubuh (cairan yang dipanaskan, udara yang dipanaskan) memiliki manfaat yang terbatas. American Society of Anesthesiologists Task Force on Postanesthetic Care saat ini merekomendasikan pemanasan udara paksa dan metode pemanasan kulit aktif dapat digunakan untuk mengurangi menggigil perioperatif. Mekanisme pemanasan kulit aktif dengan meningkatkan kandungan panas tubuh, membatasi redistribusi panas dari inti ke perifer dan mengurangi kehilangan panas radiasi mengarah pada kontrol yang efektif pada menggigil.2

Beberapa peneliti telah menemukan efek positif mengurangi menggigil dengan pemanasan pada tangan, beberapa telah menemukan menghangatkan wajah bagian bawah ditambah menghirup udara panas atau lembab bermanfaat untuk menekan menggigil. Karena menggigil adalah refleks termoregulasi yang dipicu oleh suhu inti yang lebih rendah dari set point hipotalamus, dan karena suhu kulit rata-rata berkontribusi 20% terhadap kontrol menggigil, penerapan pemanasan udara paksa dapat memperbaiki menggigil. Beberapa area tubuh, seperti tangan dan wajah, memiliki konsentrasi sensor suhu kulit yang lebih tinggi, sehingga pemanasan area tersebut mungkin memiliki efek yang lebih besar dalam menekan menggigil. Pada penelitian lain melaporkan penggunaan selimut udara paksa yang dipanaskan dapat menurunkan ambang menggigil sebesar 1°C dengan setiap peningkatan suhu rata-rata kulit sebesar 4°C. Lebih lanjut, bahwa penambahan selimut penghangat udara paksa (maksimum 43°C) efektif dalam membatasi dampak metabolik menggigil pada pasien gangguan neurologis. Metode ini aman dan murah.4

Farmakologis

Secara farmakologis berbagai macam obat dapat digunakan untuk mengontrol menggigil. Secara umum, agen yang paling umum digunakan termasuk dalam kelas berikut:4

  1. Analgesik/antipiretik non narkotik, analgesik/antipiretik salisilat, dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)
  2. Agen untuk menginduksi vasodilatasi arteri
  3. Analgesik opioid
  4. Alfa agonis
  5. Anestesi dan obat penenang
  6. Agonis serotonin (5-hidroksi triptamin)
  7. Antagonist N-Metil-D-aspartato (NMDA)
  8. Agen blokade neuromuskular.

 

Referensi :

Zhou Y, Mannan A, Han Y, et al. Efficacy and safety of prophylactic use of ketamine for prevention of postanesthetic shivering: a systematic review and meta analysis. BMC Anesthesiol. 2019;19(1):245.

Lopez MB. Postanaesthetic shivering - from pathophysiology to prevention. Rom J Anaesth Intensive Care. 2018;25(1):73-81.

Jain A, Gray M, Slisz S, Haymore J, Badjatia N, Kulstad E. Shivering Treatments for Targeted Temperature Management: A Review. J Neurosci Nurs. 2018 Apr;50(2):63-67.

Talakoub, Reihanak, and Meshkati SH Noori. Tramadol versus meperidine in the treatment of shivering during spinal anesthesia in cesarean section. 2006; 151-155.

Yu G, Jin S, Chen J, Yao W, Song X. The effects of novel ?2-adrenoreceptor agonist dexmedetomidine on shivering in patients underwent caesarean section. Bioscience reports. 2019;39(2).