Senin, 09 Oktober 2023 11:23 WIB

Faktor Penyebab Penggunaan Scoliosis Brace Tidak Efektif untuk Penderita Adolescent Idiopathic Scoliosis

Responsive image
953
Ardian Fatkur Rohman,S.Tr - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Adolescent idiopathic scoliosis (AIS) / Skoliosis idiopatik remaja adalah suatu kondisi tulang belakang yang menyebabkan kelainan bentuk pada bidang koronal, sagital, dan aksial. AIS didefinisikan memiliki puncak kelengkungan kurva scoliosis lebih dari 10°. AIS adalah jenis skoliosis yang terjadi pada anak-anak berusia antara 10 dan 18 tahun. Disebut 'idiopatik' karena penyebabnya tidak diketahui. Kondisi ini menyebabkan tulang belakang melengkung membentuk huruf 'S' atau 'C', yang dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan jika tidak ditangani.

Beberapa gejala adolescent idiopathic scoliosis (AIS) / skoliosis idiopatik remaja antara lain nyeri punggung, bahu tidak rata, dan lingkar pinggang tidak rata. Dalam kasus yang parah, kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah pernapasan dan komplikasi lainnya.

The scoliosis research society guidelines merekomendasikan agar pasien yang mencapai kematangan tulang dengan kurva mencapai 25? hingga 40? diobati dengan brace untuk mencegah perkembangan kurva.

Perawatan dengan brace adalah pendekatan non-bedah untuk menangani skoliosis idiopatik remaja. Dalam prosesnya menggunakan scoliosis brace dapat membantu meluruskan tulang belakang dan mencegah kelengkungan menjadi lebih parah. Brace biasanya dipakai selama 16-23 jam per hari, dan pengobatan dapat berlangsung selama beberapa tahun.

Ada beberapa brace yang dapat digunakan untuk skoliosis, antara lain Boston Brace, Wilmington Brace, dan Milwaukee Brace. Jenis brace yang digunakan bergantung pada tingkat keparahan kondisi dan faktor individu lainnya.

Penggunaan brace merupakan cara yang penting dan efektif untuk mengobati skoliosis idiopatik remaja. Meskipun ada risiko yang terkait dengan pengobatan, ada juga strategi yang dapat membantu mencegah kegagalan dan meningkatkan peluang keberhasilan.

Faktor Kegagalan Penggunaan Brace

1.    Poor brace compliance (Kepatuhan penggunaan brace yang buruk)

Kepatuhan penggunaan brace sangat berpengaruh terhadap hasil pengobatan skoliosis. Dalam berbagai artikel disebutkan bahwa pasien yang memiliki kepatuhan penggunaan brace yang baik dapat secara signifikan mengurangi risiko perkembangan kurva ke ambang batas pembedahan. Dan berlaku sebaliknya pada pasien yang memiliki kepatuhan yang rendah mengalami peningkatan kurva skoliosis bahkan membutuhkan tindakan pembedahan.

2.    Low level of skeletal maturity (Rendahnya tingkat kematangan tulang)

Skeletal maturity / kematangan tulang dapat dipantau dengan berbagai metode, dengan parameter yang paling umum digunakan adalah skor Risser. Skor Risser itu dimulai dari tahap 0 sampai dengan tahap 5. Dalam berbagai artikel disebutkan bahwa mengidentifikasi tahap awal kematangan tulang pada saat pemasangan brace sangat berpengaruh pada hasil dari penggunaan brace. Penggunaan tahap awal brace dianjurkan pada tahap Risser 0 sampai dengan 2.

3.    Initial Cobb angle (Sudut Cobb awal)

Sudut Cobb pada awal pemakaian brace memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil pengobatan skoliosis. Penggunaan brace dianjurkan untuk pasien dengan kurva (Sudut Cobb) 20? hingga kurang dari 40?. Pada berbagai artikel disebutkan bahwa pasien yang pada tahap awal penggunaan brace memiliki sudut Cobb awal ?40? dan skor Risser ?4 mayoritas berkembang dan membutuhkan tindakan pembedahan.

4.    Low value of in-brace correction (Nilai koreksi in-brace yang rendah)

Pada tahap awal pemakaian brace diperlukan evaluasi besarnya kurva saat menggunakan brace. Secara umum, dalam berbagai penelitian menyebutkan bahwa batas koreksi brace adalah sebesar 45%, yang mana jika di bawah ini, penggunaan brace cenderung kurang berhasil.

5.    Vertebral rotation

Pada penderita skoliosis selain mengalami kemiringan tulang belakang kebanyakan disertai dengan adanya rotasi. Besarnya rotasi yang teridentifikasi (rotasi apikal, punuk tulang rusuk, dan sudut tulang rusuk semuanya dianggap terkait dengan rotasi) sebagai faktor risiko perkembangan kurva.

6.    Curve type

Dalam berbagai penelitian menyebutkan bahwa penderita skoliosis dengan puncak kurva pada thoracs memiliki kemungkinan perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan jenis kurva lain (Thoracolumbar atau Lumbar).

7.    Osteopenia

Osteopenia merupakan kondisi hilangnya massa tulang, sehingga tulang melemah. Penderita osteopenia memiliki tingkat kepadatan tulang yang lebih rendah dari batasan normalnya. Pada penderita skoliosis dengan osteopenia memiliki risiko perkembangan kurva lebih besar.

Saran

Jika menemukan orang yang mengalami skoliosis idiopatik pada remaja, penting untuk meminta nasihat dari profesional Kesehatan (dokter, Fisioterapis, Ortotis dll). Dengan rencana perawatan dan dukungan yang tepat, Skoliosis dapat dikelola dan dapat menjalani hidup sehat dan aktif.

 

Referensi :

Slattery, C., & Verma, K. (2018). Classifications in Brief: The Lenke Classification for Adolescent Idiopathic Scoliosis. Clinical orthopaedics and related research476(11), 2271–2276. https://doi.org/10.1097/CORR.0000000000000405

Zhang T, Huang Z, Sui W, Wei W, Shao X, Deng Y, Yang J, Yang J. Intensive bracing management combined with physiotherapeutic scoliosis-specific exercises for adolescent idiopathic scoliosis patients with a major curve ranging from 40-60° who refused surgery: a prospective cohort study. Eur J Phys Rehabil Med. 2023 Apr;59(2):212-221. doi: 10.23736/S1973-9087.23.07605-0. Epub 2023 Jan 26. PMID: 36700244; PMCID: PMC10167701.

Hawary, R. E., Zaaroor-Regev, D., Floman, Y., Lonner, B. S., Alkhalife, Y. I., & Betz, R. R. (2019). Brace treatment in adolescent idiopathic scoliosis: risk factors for failure-a literature review. The spine journal : official journal of the North American Spine Society19(12), 1917–1925. https://doi.org/10.1016/j.spinee.2019.07.008

Sumber Gambar: Dokumentasi Humas-RSO