Selasa, 03 Oktober 2023 11:15 WIB

Mengenal Angina Pektoris

Responsive image
6675
Pramitasari Ediputri, S.Kep.Ns - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Angina Pektoris adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan (Demand) dan suplai aliran Arteri Coroner. Angina Pektoris adalah nyeri dada yang menyertai Iskemia Miokardium yang dipicu oleh aktivitas yang meningkatkan kebutuhan Miokardium akan oksigen seperti latihan fisik dan hilang dalam beberapa menit dengan istirahat atau pemberian Nitrogliserin. Angina Pektoris bisa terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Nyeri akibat Angina Pektoris ini sering disalahartikan sebagai gejala dari kondisi lain seperti naiknya asam lambung dan peradangan pada paru-paru.

Penyebab

Angina Pektoris paling sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner terjadi akibat adanya penumpukkan plak di arteri (Aterosklerosis). 

Tanda dan Gejala

Gejala utama Angina Pektoris adalah nyeri dada yang khas, meliputi :

  1. Lokasi nyeri di dada, menjalar ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan jari-jari, punggung atau pundak kiri.
  2. Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul seperti rasa tertindih / berat di dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma.
  3. Berhubungan dengan aktivitas, biasnya nyeri dada Angina timbul pada waktu melakukan aktivitas, misalnya : berjalan cepat dan tergesa-gesa.

Tanda dan Gejala Lain yang Menyertai

a.   Stable Angina Pectoris

1)    Nyeri dada muncul saat melakukan aktifitas, mengalami stres psikis atau emosi tinggi.

2)    Pola gambar EKG :

Pada saat istirahat gambaran normal, pada saat exercise test (treadmill test) gambaran EKG terdapat ST depresi, T inversi.

3)    Serangan nyeri dada hilang bila klien istirahat dan mendapat Nitrogliserin / ISDN.

4)    Serangan berlangsung kurang dari 15 menit dan stabil (frekuensi, durasi).

b.   Unstable Angina Pectoris / UAP.

1)     Nyeri dada muncul saat istirahat dan melakukan aktifitas.

2)     Nyeri lebih hebat dan frekuensi lebih sering.

3)     Diaphoresis (keringat dingin), mual, muntah, nyeri abdominal dan sesak nafas.

4)     Pola gambaran EKG terdapat ST depresi saat serangan dan setelah serangan.

5)    Serangan nyeri dada akan hilang bila mendapatkan narkotik (Pethidine, Morfin), Nitrogliserin, Bed Rest total.

6)     Serangan berlangung sampai dengan 30 menit atau lebih.

Biomarka jantung yang tidak meningkat secara bermakna (CK-MB,Troponin I,TroponinT).

Faktor Risiko

a.  Faktor risiko yang dapat diubah.

1)  Hipertensi

Hipertensi dapat menyebabkan Aterosklerosis Koroner karena Hipertensi dapat menimbulkan trauma langsung di dinding pembuluh darah Arteri Koronaria. Apabila tekanan tinggi terus menerus menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.

2)  Merokok

Kandungan Karbon Monoksida (CO) lebih mudah terikat Hemoglobin, sehingga Oksigen yang disuplai ke jantung berkurang dan membuat kerja jantung lebih berat untuk menghasilkan energi yang sama besarnya. Asam Nikotinat dalam tembakau memicu pelepasan Katekolamin yang menyebabkan Kontriksi Arteri sehingga aliran darah dan oksigenasi jaringan terganggu.

3)  Stres

Stres yang berlangsung lama akan meningkatkan kadar Katekolamin dan tekanan darah sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah Arteri Coroner.

4)  Obesitas / kegemukan

5)  Kolestrol

Kolestrol total >200 mg/dL resiko terjadinya penyakit jantung Coroner (PJK) meningkat. Kadar LDL meninggi (>160mg/dL) menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah, kadar HDL makin rendah (<45mg>

6)  Diabetes Mellitus (DM)

Predisposisi degenerasi vaskuler terjadi pada DM.

7)  Kurang aktifitas fisik

Data menunjukkan bahwa pada orang yang kurang gerak, pembuluh darah Kolateral dari Arteri Koronaria juga kurang, sehingga aliran darah ke jantung berkurang.

b.  Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1)  Usia

Terdapat hubungan antara umur dan kematian akibat penyakit Coronary Artery Disease. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada usia 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya usia.

2)  Jenis Kelamin

Lebih banyak menyerang pria dibandingkan Wanita, namun penyebab pasti belum diketahui. Sebelum umur 60 tahun didapatkan 2-3 kali lebih besar dari pada perempuan. Perempuan yang masih mengalami menstruasi lebih terlindungi daripada laki-laki karena pengaruh hormon Estrogen.

3)  Riwayat keluarga/ faktor genetik

Faktor genetik sangat berpengaruh terutama pada laki-laki, faktor ini dapat ditangani dengan gaya hidup yang sehat seperti: kolestrol tinggi, kebiasaan merokok, Hipertensi, Obesitas dan Diabetes Mellitus.

Penanganan

Ada beberapa cara yang dapat lakukan segera bila mengalami gejala Angina Pectoris. Penanganan yang dapat dilakukan antara lain :

a.   Berhenti beraktivitas dan segera beristirahat

b.   Minum obat-obatan

c.   Beritahu keluarga

d.   Hubungi rumah sakit terdekat

Bila tidak membaik atau semakin buruk, segera pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis darurat.

Pencegahan

Pencegahan Angina Pectoris sebaiknya dilakukan sesuai dengan penyebabnya, salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan gaya hidup sehat seperti :

1.   Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin

2.   Tidak merokok

3.   Tidak mengonsumsi minuman beralkohol

4.   Menjaga berat badan ideal

5.  Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dengan membatasi konsumsi lemak jenuh dan memperbanyak mengonsumsi biji-bijian, buah serta sayur.

6.   Rutin berolahraga

7.   Mengelola stres

 

Referensi :

Khairul Anam. 2016. Gaya Hidup Sehat Mencegah Penyakit Hipertensi. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary; Banjarmasin Kalimantan Selatan; Jurnal Langsat Vol. 3 No. 2.

Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, dkk. 2017. Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi Guna Perbaikan Tekanan Darah pada Anak Muda Dusun Japanan, Margodadi, Sayegan, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol 3, Hal 26 - 38.