Jumat, 15 September 2023 15:52 WIB

Triger Finger

Responsive image
1270
dr. Oryza Satria, Sp.OT (K), FICS ( RSUP Fatmawati - RSUP Fatmawati Jakarta

Apa itu Trigger Finger?
Trigger finger / Jari pelatuk adalah sebuah masalah yang sangat umum ditemui. Hal ini dapat terjadi
baik pada jari-jari dan ibu jari, yang memiliki tendon fleksor yang berfungsi menekuk jari-jari. Tendon
fleksor yang menekuk jari-jari memiliki lapisan / selubung di luarnya. Lapisan ini disebut tenosynovium. Tendon dan lapisan tenosynoviumnya ini diselubungi oleh sekelompok jaringan lunak tebal yang melekat pada tulang jari yang disebut pulleys (katrol). Tendon dan lapisan tenosynovium ini dirancang untuk meluncur (gliding) pada katrol tanpa hambatan. Katrol serupa dengan bagaimana tali terhubung dengan tongkat pancing.

Trigger finger, terkadang disebut trigger thumb (jika terjadi di ibu jari) atau stenosing tenosynovitis,
dapat terjadi jika salah satu dari tiga hal terjadI :

  1. Tendon membesar (tidak cukup melalui katrol) ;
  2. Tebal lapisan meningkat (tidak cukup melalui katrol);
  3. Katrol menebal (bukaan / ruang untuk tendon mengecil).

Tendon jari dan sistem katrol dirancang memiliki ukuran yang tepat dari masing-masing struktur. Perubahan ukuran dari struktur jari manapun dapat menyebabkan masalah. Jika tendon menjadi terjepit pada katrol, lapisan tendon tersebut menjadi tertekan dan bereaksi terhadap hal tersebut dengan menebal. Lapisan yang menebal tersebut lalu memproduksi lebih banyak cairan, dan volume cairan yang lebih tinggi meningkatkan tekanan. Permukaan bawah katrol lalu juga berubah dan menebal. Katrol yang lebih tebal ini menyebabkan tahanan pada tendon yang bergerak. Hal ini menyebabkan tendon sulit bergerak maju mundur

Penyebab
Pada kebanyakan kasus, penyebab trigger finger tidak diketahui secara pasti. Trigger finger lebih sering terjadi pada kondisi medis tertentu seperti gerakan berulang yang berlebihan (overuse). Diabetes, asam urat (gout), penyakit ginjal, kelainan penyimpanan glikogen, rheumatoid arthritis adalah beberapa faktor risiko kondisi ini.
Risiko untuk mengalami trigger finger selama hidup adalah 2,6% pada orang normal dan 10% pada penderita diabetes. Pada penderita diabetes, sekitar 50% mengalami trigger finger pada lebih dari satu jari.

Tanda dan Gejala

Gejala utama pada trigger finger adalah sulit meluruskan jari setelah menekuk jari tersebut
Beberapa gejala trigger finger meliputi:

  • Nyeri: Trigger finger dapat diawali dengan rasa tidak nyaman pada jari yang terkena atau ibu jari, rasa tidak nyaman ini biasanya dirasakan pada area katrol A1 yang berlokasi sekitar garis horizontal telapak tangan paling dengan jari, terutama saat diberikan tekanan pada area tersebut. Ini bisa menjadi gejala awal. Nyeri seringkali hanya muncul dengan aktivitas seperti menggenggam. Seiring waktu, terdapat peningkatan produksi cairan di selubung tendon, hal ini dapat menyebabkan tekanan dan nyeri bahkan tanpa gerakan tangan.
  • Pembengkakan: Seiring waktu mungkin terjadi kemunculan benjolan di katrol A1. Hal ini dapat disebabkan pembengkakan nodular dalam tendon atau munculnya kista terisi cairan. Kista ini disebut ganglion selubung tendon.
  • Kekakuan atau hilangnya gerakan: Trigger finger dapat menyebabkan kehilangan kemampuan menekuk jari. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana ujung jari dari telapak tangan saat pasien diminta menekuk jari semaksimal mungkin. Gejala ini paling umum terjadi pada trigger finger yang kronis dan tidak diobati. Trigger finger juga dapat menyebabkan kehilangan kemampuan meluruskan jari. Beberapa pasien merasa nyeri saat meluruskan jari dan harus dibantu dengan jari lain agar dapat lurus. Saat sendi tidak diluruskan beberapa minggu karena penangangan trigger finger yang terlambat, ligamen yang disebut volar plate pada sendi jari akan memendek dan membatasi gerakan, sehingga terjadi suatu kondisi yang dinamakan kontraktur yaitu sendi sulit untuk digerakkan dan diluruskan ke posisi normal.
  • Gejala mekanik: Trigger finger dapat menyebabkan sensasi atau gerakan abnormal yang seringkali dijelaskan sebagai popping, catching atau locking. Terkadang sensasi abnormal ini terjadi saat menekuk atau meluruskan jari, atau keduanya. Di awal, gejala mungkin sedikit nyeri, tetapi saat interaksi tendon dan katrol lebih rapat, nyeri dapat bertambah.

Tatalaksana
Non-operatif

Tujuan terapi trigger finger adalah mengurangi atau menghilangkan gejala catching/locking, memungkinkan gerakan jari normal yang tidak nyeri dari jari atau ibu jari. Kemampuan mengembalikan gerakan jari menjadi normal lebih mudah jika masalah didiagnosis dan diterapi sedini mungkin.

Pilihan terapi yang sering meliputi:

  • Splinting di malam hari. Diperkirakan bahwa sebagian besar cairan tubuh terkumpul di kaki saat siang hari saat kita duduk dan berdiri karena efek gravitasi. Saat seseorang berbaring rata di malam hari, efek gravitasi pada kaki lebih sama dengan lengan, sehingga cairan dapat berpindah dari kaki ke lengan. Hal ini dapat meningkatkan pembengkakan di jari di mana nyeri dan locking dapat lebih sering terjadi di malam hari dan di pagi hari. Dengan menggunakan splint malam untuk mempertahankan jari lurus, dapat mencegah locking yang nyeri saat tidur.
  • Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Seringkali, obat antiinflamasi oral atau topikal (seperti ibuprofen atau naproxen) dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri.
  • Mengubah aktivitas. Membatasi atau menghilangkan aktivitas yang melibatkan menggenggam yang keras dan berulang.
  • Injeksi steroid. Injeksi kortikosteroid, juga dikenal sebagai suntikan kortison, dapat diberikan pada tahap gejala atau durasi manapun yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan mengurangi ketebalan katrol dan tendon yang membengkak. Namun, terdapat kemungkinan sukses yang lebih besar jika diberikan lebih awal. Injeksi kortikosteroid berulang dapat menyebabkan efek samping disekitar tempat injeksi diantaranya perubahan warna pada kulit, penipisan kulit, sampai kelemahan tendon yang mengakibatkan putusnya tendon secara spontan.
  • Terapi fisik. Dapat dilakukan beberapa teknik seperti gerakan sendi pasif, differential tendon gliding exercise, kontrol edema, dan terapi lain.

Operatif
Jika tatalaksana non operatif tidak menghilangkan gejala, operasi dapat direkomendasikan. Tujuan operasi adalah untuk membuka katrol di jari sehingga tendon dapat meluncur lebih bebas. Clicking atau popping menghilang pada kebanyakan kasus setelah memotong katrol A1. Jika masih ada gejala mekanis setelah release trigger finger, dapat dipertimbangkan tambahan prosedur lain yaitu tenosinovektomi fleksor. Prosedur ini mengurangi ketebalan dari selubung tendon dari permukaan tendon. Prosedur tambahan lain jika masih ada gejala mekanis adalah bagian tendon superfisial dapat dihilangkan untuk mengurangi volume tendon yang keluar masuk di sistem katrol.

Terapi operatif dengan pembiusan lokal memungkinkan untuk mengenali dan mengobati semua perubahan pada jari secara lebih baik jika pasien tetap terjaga selama prosedur untuk mengikuti perintah dari dokter. Jika pasien mampu secara aktif menekuk dan meluruskan jari mereka beberapa kali, dokter bedah dapat memastikan tidak adanya gejala mekanis. Pemulihan gerakan jari dapat kembali dengan kecepatan berbeda tergantung dari masing-masing pasien; lama waktu sejak gejala muncul, kapan dimulai terapi, dan efektivitas masing-masing tipe terapi. Terdapat cara-cara berbeda untuk melakukan operasi. Terdapat beberapa teknik operasi, pilihan anestesi, dan lokasi prosedur yang berbeda.

Mungkin akan didapatkan kekakuan berkelanjutan setelah operasi tangan bahkan jika tidak ada lagi locking, dan hal ini dapat bertahan dalam waktu lama tergantung derajat keparahan dan lamanya gejala sehingga, terapi tangan dapat memberikan manfaat setelah operasi. Mungkin terdapat nyeri atau rasa tidak nyaman pada area operasi selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah operasi. Namun, kebanyakan pasien kembali melakukan aktivitas sehari-hari dalam beberapa minggu.

 

Referensi :

Brozovich N, Agrawal D, Reddy G. A Critical Appraisal of Adult Trigger Finger: Pathophysiology, Treatment, and Future Outlook. Plast Reconstr Surg Glob Open. 2019;7(8):e2360. Published 2019 Aug 8. doi:10.1097/GOX.0000000000002360

Amirfeyz R, McNinch R, Watts A, et al. Evidence-based management of adult trigger digits. J Hand Surg Eur Vol. 2017;42:473–480.

Castellanos J, Muñoz-Mahamud E, Domínguez E, et al. Long-term effectiveness of corticosteroid injections for trigger finger and thumb. J Hand Surg Am. 2015;40:121–126.

Dardas AZ, VandenBerg J, Shen T, et al. Long-term effectiveness of repeat corticosteroid injections for trigger finger. J Hand Surg Am. 2017;42:227–235.

Drijkoningen T, van Berckel M, Becker SJE, et al. Night splinting for idiopathic trigger digits. Hand (N Y). 2018;13:558–562

Drossos K, Remmelink M, Nagy N, et al. Correlations between clinical presentations of adult trigger digits and histologic aspects of the A1 pulley. J Hand Surg Am. 2009;34:1429–1435.

Grandizio LC, Beck JD, Rutter MR, et al. The incidence of trigger digit after carpal tunnel release in diabetic and nondiabetic patients. J Hand Surg Am. 2014;39:280–285.

Ketonis C, Kim N, Liss F, et al. Wide awake trigger finger release surgery: prospective comparison of lidocaine, marcaine, and exparel. Hand (N Y). 2016;11:177–183.

Lundin AC, Eliasson P, Aspenberg P. Trigger finger and tendinosis. J Hand Surg Eur Vol.2012;37:233–236.