Apa itu Trigger Finger?
Trigger finger / Jari pelatuk adalah sebuah masalah yang sangat umum ditemui. Hal ini dapat terjadi
baik pada jari-jari dan ibu jari, yang memiliki tendon fleksor yang berfungsi menekuk jari-jari. Tendon
fleksor yang menekuk jari-jari memiliki lapisan / selubung di luarnya. Lapisan ini disebut tenosynovium. Tendon dan lapisan tenosynoviumnya ini diselubungi oleh sekelompok jaringan lunak tebal yang melekat pada tulang jari yang disebut pulleys (katrol). Tendon dan lapisan tenosynovium ini dirancang untuk meluncur (gliding) pada katrol tanpa hambatan. Katrol serupa dengan bagaimana tali terhubung dengan tongkat pancing.
Trigger finger, terkadang disebut trigger thumb (jika terjadi di ibu jari) atau stenosing tenosynovitis,
dapat terjadi jika salah satu dari tiga hal terjadI :
Tendon jari dan sistem katrol dirancang memiliki ukuran yang tepat dari masing-masing struktur. Perubahan ukuran dari struktur jari manapun dapat menyebabkan masalah. Jika tendon menjadi terjepit pada katrol, lapisan tendon tersebut menjadi tertekan dan bereaksi terhadap hal tersebut dengan menebal. Lapisan yang menebal tersebut lalu memproduksi lebih banyak cairan, dan volume cairan yang lebih tinggi meningkatkan tekanan. Permukaan bawah katrol lalu juga berubah dan menebal. Katrol yang lebih tebal ini menyebabkan tahanan pada tendon yang bergerak. Hal ini menyebabkan tendon sulit bergerak maju mundur
Penyebab
Pada kebanyakan kasus, penyebab trigger finger tidak diketahui secara pasti. Trigger finger lebih sering terjadi pada kondisi medis tertentu seperti gerakan berulang yang berlebihan (overuse). Diabetes, asam urat (gout), penyakit ginjal, kelainan penyimpanan glikogen, rheumatoid arthritis adalah beberapa faktor risiko kondisi ini.
Risiko untuk mengalami trigger finger selama hidup adalah 2,6% pada orang normal dan 10% pada penderita diabetes. Pada penderita diabetes, sekitar 50% mengalami trigger finger pada lebih dari satu jari.
Tanda dan Gejala
Gejala utama pada trigger finger adalah sulit meluruskan jari setelah menekuk jari tersebut
Beberapa gejala trigger finger meliputi:
Tatalaksana
Non-operatif
Tujuan terapi trigger finger adalah mengurangi atau menghilangkan gejala catching/locking, memungkinkan gerakan jari normal yang tidak nyeri dari jari atau ibu jari. Kemampuan mengembalikan gerakan jari menjadi normal lebih mudah jika masalah didiagnosis dan diterapi sedini mungkin.
Pilihan terapi yang sering meliputi:
Operatif
Jika tatalaksana non operatif tidak menghilangkan gejala, operasi dapat direkomendasikan. Tujuan operasi adalah untuk membuka katrol di jari sehingga tendon dapat meluncur lebih bebas. Clicking atau popping menghilang pada kebanyakan kasus setelah memotong katrol A1. Jika masih ada gejala mekanis setelah release trigger finger, dapat dipertimbangkan tambahan prosedur lain yaitu tenosinovektomi fleksor. Prosedur ini mengurangi ketebalan dari selubung tendon dari permukaan tendon. Prosedur tambahan lain jika masih ada gejala mekanis adalah bagian tendon superfisial dapat dihilangkan untuk mengurangi volume tendon yang keluar masuk di sistem katrol.
Terapi operatif dengan pembiusan lokal memungkinkan untuk mengenali dan mengobati semua perubahan pada jari secara lebih baik jika pasien tetap terjaga selama prosedur untuk mengikuti perintah dari dokter. Jika pasien mampu secara aktif menekuk dan meluruskan jari mereka beberapa kali, dokter bedah dapat memastikan tidak adanya gejala mekanis. Pemulihan gerakan jari dapat kembali dengan kecepatan berbeda tergantung dari masing-masing pasien; lama waktu sejak gejala muncul, kapan dimulai terapi, dan efektivitas masing-masing tipe terapi. Terdapat cara-cara berbeda untuk melakukan operasi. Terdapat beberapa teknik operasi, pilihan anestesi, dan lokasi prosedur yang berbeda.
Mungkin akan didapatkan kekakuan berkelanjutan setelah operasi tangan bahkan jika tidak ada lagi locking, dan hal ini dapat bertahan dalam waktu lama tergantung derajat keparahan dan lamanya gejala sehingga, terapi tangan dapat memberikan manfaat setelah operasi. Mungkin terdapat nyeri atau rasa tidak nyaman pada area operasi selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah operasi. Namun, kebanyakan pasien kembali melakukan aktivitas sehari-hari dalam beberapa minggu.
Referensi :
Brozovich N, Agrawal D, Reddy G. A Critical Appraisal of Adult Trigger Finger: Pathophysiology, Treatment, and Future Outlook. Plast Reconstr Surg Glob Open. 2019;7(8):e2360. Published 2019 Aug 8. doi:10.1097/GOX.0000000000002360
Amirfeyz R, McNinch R, Watts A, et al. Evidence-based management of adult trigger digits. J Hand Surg Eur Vol. 2017;42:473–480.
Castellanos J, Muñoz-Mahamud E, Domínguez E, et al. Long-term effectiveness of corticosteroid injections for trigger finger and thumb. J Hand Surg Am. 2015;40:121–126.
Dardas AZ, VandenBerg J, Shen T, et al. Long-term effectiveness of repeat corticosteroid injections for trigger finger. J Hand Surg Am. 2017;42:227–235.
Drijkoningen T, van Berckel M, Becker SJE, et al. Night splinting for idiopathic trigger digits. Hand (N Y). 2018;13:558–562
Drossos K, Remmelink M, Nagy N, et al. Correlations between clinical presentations of adult trigger digits and histologic aspects of the A1 pulley. J Hand Surg Am. 2009;34:1429–1435.
Grandizio LC, Beck JD, Rutter MR, et al. The incidence of trigger digit after carpal tunnel release in diabetic and nondiabetic patients. J Hand Surg Am. 2014;39:280–285.
Ketonis C, Kim N, Liss F, et al. Wide awake trigger finger release surgery: prospective comparison of lidocaine, marcaine, and exparel. Hand (N Y). 2016;11:177–183.
Lundin AC, Eliasson P, Aspenberg P. Trigger finger and tendinosis. J Hand Surg Eur Vol.2012;37:233–236.