Jumat, 18 Agustus 2023 14:23 WIB

Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Kaki Diabetes Series 03: Fokus Pada Tata Laksana

Responsive image
3306
Wira Gotera, Ida Bagus Aditya Nugraha, I Made Sis - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global, dimana prevalensi DM meningkat setiap tahun terutama di kelompok risiko tinggi. Saat ini diperkirakan jumlah penderita DM sekitar 415 juta orang. Indonesia menempati urutan ketujuh jumlah penderita DM dewasa dengan jumlah sekitar 10 juta orang, dan urutan ketiga jumlah penderita gangguan toleransi glukosa dengan jumlah sekitar 29 juta orang.1

Pengendalian DM yang buruk dapat menyebabkan berbagai komplikasi metabolik, neurologis ataupun vaskular jangka panjang, yaitu mikroangiopati dan makroangiopati. Akibat komplikasi tersebut, penderita DM mudah mengalami infeksi kaki sehingga meningkatkan kasus amputasi. Lebih dari satu juta penderita diabetes mengalami amputasi kaki dan sekitar 80% kasus amputasi pada pasien DM diawali dengan adanya ulkus kaki. Faktor risiko terjadi ulkus kaki pada penderita DM meliputi neuropati, penyakit arteri perifer, deformitas kaki, keterbatasan pergerakan kaki, tingginya tekanan pada plantar pedis, riwayat amputasi sebelumnya dan gangguan pengelihatan.2,3

Penatalaksanaan Kaki Diabetes

Penatalaksanaan ulkus/infeksi kaki diabetes harus dilakukan secara komprehensif melalui upaya; mengendalikan faktor metabolik dan komorbid, menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), wound control (debridemen), microbiological control (penanganan infeksi), revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi.4-8

1.    Pengendalian faktor metabolik dan komorbid

Penyakit DM melibatkan sistem multi organ yang akan mempengaruhi penyembuhan luka. Hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, gangguan kardiovaskular (stroke, penyakit jantung koroner), gangguan fungsi ginjal, dan sebagainya harus dikendalikan.

2.    Wound control

Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka dengan menyediakan tempat untuk bakteri, sehingga dibutuhkan tindakan debridement. Debridement yang baik dan adekuat akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik, dengan demikian akan sangat mengurangi produksi pus/cairan dari ulkus/gangren. Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti mekanikal, surgikal, enzimatik, autolisis, dan biokemis.

Saat ini terdapat banyak macam dressing (pembalut) yang dapat dimanfaatkan sesuai keadaan luka dan letak luka. Dressing mengandung komponen zat penyerap, seperti carbonated dressing, alginate dressing akan bermanfaat pada luka yang masih produktif. Hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressing bermanfaat untuk luka produktif dan terinfeksi.

3.    Mengurangi tekanan beban (off loading)

Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat mempercepat kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering digunakan adalah: mengurangi kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki, removable cast walker, total contact cast, walker, sepatu boot ambulatory. Total contact cast merupakan metode off loading yang paling efektif dibandingkan metode yang lain.

4.    Microbiological control (penanganan infeksi)

Data pola kuman perlu diperbaiki secara berkala, umumnya didapatkan infeksi bakteri multipel, anaerob, dan aerob. Antibiotik harus selalu sesuai dengan hasil biakan kuman dan resistensinya. Lini pertama antibiotik spectrum luas, mencakup kuman gram negatif dan positif (misalnya sefalosporin), dikombinasi dengan obat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazole).

 

Simpulan

Pengendalian DM yang buruk dapat menyebabkan berbagai komplikasi metabolik, neurologis ataupun vaskular jangka panjang sehingga penderita DM mudah mengalami infeksi kaki sehingga meningkatkan kasus amputasi. Pemeriksaan kaki pada penderita DM merupakan hal yang penting dan harus dilakukan dengan seksama. Pemeriksaan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan ulkus/infeksi kaki diabetes harus dilakukan secara komprehensif melalui upaya; mengendalikan faktor metabolik dan komorbid, menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), wound control (debridemen), microbiological control (penanganan infeksi), revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi.

 

Referensi :

Cavan D, Fernandes JR, Makarov L, Ogurtsova K, Webber S (ed). IDF diabetes atlas. Seventh ed. Brussels: International Diabetes Federation; 2015.

Boulton AJ, Vileikyte L, Ragnarson-Tennvall G, Apelqvist J. The global burden of diabetic foot disease. Lancet 2005;366:1719-24.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2014.

Boulton AJM, Armstrong DG, Albert SF, Frykberg RG, Hellman R, Kirkman MS, et al. Comprehensive foot examination and risk assessment. A report of the Task Force of the Foot Care Interest Group of the American Diabetes Association, with endorsement by the American Association of Clinical Endocrinologists. Diabetes Care 2008;31(8):1679-85

Hingorani A, LaMuraglia GM, Henke P, Meissner MH, Loretz L, Zinszer KM. The management of diabetic foot: A clinical practice guideline by the Society for Vascular Surgery in collaboration with the American Podiatric Medical Association and the Society for Vascular Medicine. J Vasc Surg 2016;63:3S-21S.

Alexiadou K, Doupis J. Management of diabetic foot ulcers. Diabetes Ther 2012;3(4):1-15.

Waspadji S. Kaki diabetes. In: Sudoyo, Setiyohadi, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2011 .p.1961-2.

Bergin SM, Gurr JM, Allard BP, Holland EL, Horsley MW, Kamp MC, et al. Australian Diabetes Foot Network: management of diabetes-related foot ulceration — a clinical update. MJA 2012;197:226–229.