Rabu, 13 Juli 2022 09:55 WIB

Mengenal Operasi Mata SMILE

Responsive image
2151
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

LASIK sudah terbukti efektif untuk mengatasi mata minus. Namun, LASIK erat dengan tingginya angka komplikasi seperti mata kering, ektasia kornea, komplikasi pada flap, dan kerusakan saraf kornea. Hal ini mendorong peneliti untuk mencari alternatif bedah refraktif baru untuk menutupi kekurangan LASIK. Sekarang sudah ada satu metode baru yang dikenal dengan nama bedah SMILE. SMILE (Small Incision Lenticule Extraction) merupakan pilihan bedah refraktif generasi ketiga, setelah PRK (Photo Refractive Keratectomy) dan LASIK (Laser-Assisted in situ Keratomielusis), yang mulai diperkenalkan sejak tahun 2011. Di Indonesia, prosedur SMILE sudah dapat dilakukan sejak tahun 2015. Meski sampai sejauh ini, operasi LASIK masih lebih dikenal orang sebagai tindakan bedah koreksi mata minus. Dalam operasi SMILE, mata akan dilaser dengan teknologi khusus. Jangan khawatir karena prosedur SMILE telah dinyatakan aman. Prosedur ini tidak memakan waktu lama dan tidak akan menimbulkan rasa sakit. Prosedur SMILE hanya berlangsung antara 30-60 menit saja. SMILE dilakukan dengan membentuk ulang kornea menggunakan laser, sehingga cahaya bisa dibiaskan dengan tepat ke retina. SMILE bertujuan untuk memperbaiki penglihatan pada penderita rabun jauh, baik dengan atau tanpa mata silinder (astigmatisme).

Perbedaan dengan LASIK

Jika dibandingkan dengan LASIK, SMILE memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

· Tidak memerlukan pembuatan sayatan besar pada kornea (flap), sehingga berisiko lebih kecil menimbulkan gangguan.

·  Risiko terjadinya mata kering setelah prosedur lebih kecil.

·  Masa penyembuhan lebih cepat.

·  Lebih cocok untuk pasien yang aktif bergerak, karena tidak ada risiko flap bergeser atau lepas.

Indikasi SMILE

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, SMILE dilakukan untuk memperbaiki masalah rabun jauh. Syarat penderita rabun jauh untuk bisa menjalani SMILE antara lain :

· Tingkat rabun jauh antara -1 hingga -10, dengan Astigmatisme antara 0 - 5 dioptri.

· Pasien berusia 22 tahun ke atas.

· Ukuran kacamata tidak berubah selama 1 tahun terakhir.

· Kondisi mata baik secara keseluruhan, terutama bagian kornea.

Peringatan SMILE

Berikut ini adalah beberapa kondisi yang membuat seseorang tidak bisa atau perlu menunda pelaksanaan operasi :

·  Berusia kurang dari 18 tahun.

·  Sedang hamil atau menyusui.

·  Memiliki ukuran minus kacamata yang tidak stabil dalam setahun terakhir.

·  Memiliki riwayat jaringan parut atau keloid.

·  Memiliki luka goresan pada kornea (abrasi kornea).

·  Memiliki kornea yang tidak cukup tebal.

·  Menderita glaukoma atau katarak.

·  Pernah menjalani operasi mata.

·  Memiliki diabetes yang tidak terkontrol.

·  Menderita gangguan sistem imun.

·  Menderita HIV/AIDS.

Persiapan SMILE

Dokter akan meminta pasien untuk menjalani sejumlah pemeriksaan di bawah ini guna memastikan bahwa SMILE merupakan penanganan yang tepat untuk keluhan pasien :

·  Pemeriksaan fungsi penglihatan.

Dokter akan mengukur tingkat keparahan rabun jauh pasien untuk mengetahui dengan pasti dapat tidaknya pasien menjalani SMILE. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk memastikan ketajaman penglihatan pasien stabil.

·  Pemeriksaan mata secara keseluruhan.

Dokter akan memastikan tidak ada gangguan lain pada mata pasien. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko efek samping atau komplikasi yang dapat muncul saat maupun setelah operasi.

·  Pemeriksaan ukuran pupil.

Ukuran pupil yang ideal untuk dilakukannya prosedur ini adalah sekitar 6 mm saat berada di dalam gelap.

·  Pemeriksaan dan pengukuran ketebalan kornea mata.

Hasil pengukuran kornea akan digunakan untuk menyesuaikan laser saat operasi.

Prosedur SMILE

Prosedur SMILE umumnya berlangsung selama 10-15 menit. Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan dokter dalam prosedur SMILE :

·  Laser diprogram dengan pengukuran yang tepat, sesuai dengan ukuran kornea pasien.

·  Mata pasien akan diteteskan obat bius agar mati rasa.

· Setelah bius bekerja, dokter mata akan memasang alat penyangga pada mata untuk mencegah pasien berkedip.

· Cincin pengisap dipasang di mata untuk mengangkat dan memipihkan kornea, serta mencegah mata bergerak.

· Laser akan membuat potongan berbentuk piringan (lenticule) di bawah permukaan kornea, serta sayatan kecil pada kornea.

· Dokter kemudian akan mengangkat lenticule melalui sayatan yang telah dibuat, sehingga kornea akan mendapatkan bentuk yang baru.

Setelah SMILE

Setelah menjalani prosedur SMILE, pasien bisa langsung dibolehkan pulang atau perlu menginap di rumah sakit, tergantung kondisi. Pada pasien yang dibolehkan pulang, dokter biasanya menganjurkan pasien untuk beristirahat total setidaknya selama 1 hari penuh.

Risiko SMILE

Walaupun jarang terjadi, SMILE bisa menimbulkan efek samping sebagaimana operasi lainnya. Efek samping tersebut di antaranya :

·  Infeksi

·  Radang pada area bekas operasi.

·  Penglihatan silau saat berada di tempat yang terang.

·  Sisa potongan kornea yang dapat dirasakan pada mata.

 

Referensi               

Satrio Adhitioso. 2017. Kelainan Refraksi Pada Mata dan Operasi SMILE. Teknikbiomedik Universitas Airlangga Surabaya.

Klokova, et al. 2019. Quality of Life after Refractive Surgery : ReLEx SMILE vs Femto-LASIK. Clinical Ophthalmology (Auckland, N.Z.), 13, pp. 561-570. 

Doane, et al. 2018. Small Incision Lenticule Extraction SMILE - The Future of Refractive Surgery is Here. Missouri Medicine, 115 (1), pp. 82-84. 

Turbert, D. 2020. American Academy of Ophthalmology. Eye Health A-Z. What Is Small Incision Lenticule Extraction? 

Buckner, B. 2020. American Academy of Ophthalmology. EyeWiki. Small Incision Lenticule Extraction (SMILE). Cleveland Eye Clinic. SMILE. ReLEx SMILE Eye Surgery

Rashakrishnan, R. 2020. MedicineNet. What Is Safer : SMILE or LASIK? 

Roque, M.R. 2017. Medscape. Drugs & Diseases. Small-Incision Lenticule Extraction (ReLEx SMILE).