Jumat, 28 Juli 2023 11:27 WIB

Bagaimana Tata Laksana Gizi pada Anak dengan Obesitas?

Responsive image
351
dr. Dhyah Listya P., dr. Nadila Anindita, dr.Irma - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak, penurunan berat badan mencapai 20% di atas berat badan ideal, serta pola makan dan aktivitas fisik yang sehat dapat diterapkan jangka panjang untuk mempertahankan berat badan tetapi tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA) merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk karena anak masih bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules, yaitu :

Pola makan yang benar

1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan cemilan 2x/hari yang terjadwal (cemilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air putih di antara jadwal makan utama dan cemilan, serta lama makan 30 menit/kali.

2. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengonsumsi makanan tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh anak.

3. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan kebutuhan kalori yang diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori berdasarkan RDA menurut height age dengan berat badan ideal menurut tinggi badan.

Manajemen obesitas pada anak juga tergantung  pada usia anak.

1. Usia 6 bulan pertama pilihan nutrisi yang paling baik adalah dengan ASI ekslusif. MPASI ditambahkan saat usia anak mencapai 6 bulan dan sudah ditandai dengan kesiapan makan. Selain itu, sebaiknya dilakukan pembatasan screen time .

2. Usia 2-4 tahun dengan obesitas sebaiknya mendapat makan utama 3x sehari dengan pemberian makanan selingan 1-2x per hari, namun dilakukan pembatasan terhadap makanan dengan pemanis buatan maupun makanan cepat saji. Pola tidur harus teratur, serta pembatasan screen time.

3. Usia 5-9 tahun dianjurkan tetap makan 3x sehari ditambah 1-2x  cemilan sehat (buah-buahan atau sayur).  Aktivitas fisik sudah mulai dianjurkan pada anak usia ini untuk membantu mengatasi obesitas.

4. Usia remaja dianjurkan lebih memperbanyak aktivitas fisik, membuat peer group dengan sesama teman obesitas, kemudian membagikan kegiatan aktivitas fisik mereka, sehingga memotivasi untuk mengatasi obesitas. Pada usia ini, pola makan juga harus teratur 3x sehari dengan memperbanyak sayuran dan buah.

Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat badan ideal yang disesuaikan dengan tinggi badannya, diikuti dengan membuat kesepakatan bersama berapa target penurunan berat badan yang dikehendaki.

Pola aktivitas fisik yang benar

Peningkatan aktivitas pada anak gemuk dapat menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan pada anak disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik, dan umurnya.

1.  Aktivitas aerobik merupakan latihan fisik yang dapat dilakukan setiap hari selama 60 menit atau lebih. Aktivitas aerobik terdiri dari aktivitas aerobik dengan intensitas sedang (misalnya jalan cepat) atau aktivitas aerobik dengan intensitas bugar (misalnya berlari). Aktivitas aerobik dengan intensitas bugar dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu.

2. Penguatan otot (muscle strengthening). Aktivitas penguatan otot, seperti senam atau push-up, dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu sebagai bagian dari total latihan fisis selama 60 menit atau lebih.

3. Penguatan tulang (bone strengthening). Aktivitas penguatan tulang, seperti lompat tali atau berlari, dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu sebagai bagian dari total latihan fisik selama 60 menit atau lebih.

Orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru harus dilibatkan dalam tata laksana obesitas

Peran orang tua dalam mengobati anak sangat efektif dalam penurunan berat badan atau keberhasilan pengobatan. Orang tua menyediakan nutrisi yang seimbang sesuai dengan metode food rules. Seluruh anggota keluarga ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktivitas yang mendukung keberhasilan anak, serta menjadi bagian dari keseluruhan program komprehensif tersebut.

Terapi intensif berupa farmakoterapi dan terapi bedah dapat diterapkan dengan persyaratan pada anak dan remaja obes yang mengalami penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional. Pencegahan obesitas anak dengan mempromosikan diet yang sehat, aktivitas fisik, dan lingkungan yang baik harus menjadi tujuan utama, dengan harapan pencapaian yang efektif dalam waktu yang lama. Memodifikasi gaya hidup setelah terjadi obesitas akan menjadi lebih sulit.

Pelayanan obesitas di poliklinik nutrisi dan penyakit metabolik (NPM) anak RSUP Dr. Sardjito meliputi asuhan nutrisi pediatrik (assessment, penentuan kebutuhan nutrisi, rute dan jenis diet serta pemantauan toleransi dan efektivitas), deteksi komorbiditas obesitas, tatalaksana obesitas dengan atau tanpa komorboditas dengan melibatkan multidisiplin (lintas KSM), aktivitas fisik berkolaborasi dengan tim rehabilitasi medik, dan edukasi serta konseling keterlibatan keluarga sebagai role model.

 

Referensi :

Cuda, S.E., Censani, M., 2019, Pediatric Obesity Algorithm: a Practical Approach to Obesity Diagnosis and Management, Front. Pediatr. 6:431

Styne, D.M., et al, 2017, Pediatric obesity – Assessment, Treatment, and Prevention: an Endocrine Society Clinical practice Guideline, J. Clinical Endocrinology and Metabolic

UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2014, Diagnosis, Tatalaksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja, IDAI

World Health Organization, 2016, Global Health Observatory Data on Obesity, http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/obesity_text/en/