Jumat, 21 Juli 2023 14:29 WIB

Agent Antihipertensi yang Dilanjutkan dan Dihentikan Sebelum Operasi

Responsive image
526
dr. Tjahya Aryasa EM, Sp.An-TI, Subsp.An.O.(K) - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Penanganan pasien dengan hipertensi selama perioperative merupakan suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan. Saat merencanakan operasi pada pasien dengan hipertensi, perlu diketahui obat antihipertensi mana yang harus dilanjutkan atau dihentikan sebelum operasi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko komplikasi perioperative pada pasien dengan hipertensi.

Agen antihipertensi dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu beta blocker, calcium channel blocker, angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI), angiotensin receptor blocker (ARB), diuretik, dan aldosteron antagonist. Setiap kategori obat memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Beta blocker dapat menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi kecepatan dan kekuatan denyut jantung. Calcium channel blocker bekerja dengan cara menghambat aliran ion kalsium ke dalam sel otot jantung dan pembuluh darah, sehingga memperlambat laju denyut jantung dan mengurangi resistensi pembuluh darah. ACEI dan ARB bekerja dengan cara menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron yang merupakan salah satu sistem regulasi tekanan darah. Diuretik dapat menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan ekskresi natrium dan air dari tubuh. Aldosteron antagonist bekerja dengan cara menghambat efek hormon aldosteron, yang dapat meningkatkan retensi natrium dan air di dalam tubuh.

Beberapa agen antihipertensi sebaiknya dihentikan sebelum operasi. ACEI dan ARB, misalnya, sebaiknya dihentikan minimal 24 jam sebelum operasi. Hal ini dikarenakan penggunaan kedua jenis obat ini dapat menyebabkan hipotensi dan gagal ginjal pada perioperative. Selain itu, beta blocker juga sebaiknya dihentikan pada perioperative untuk menghindari risiko bradikardi dan hipotensi yang dapat mengganggu aliran darah ke organ vital selama operasi.

Beberapa agen antihipertensi dapat dilanjutkan pada perioperative dengan pengawasan ketat. Calcium channel blocker, misalnya, dapat dilanjutkan pada perioperative karena tidak menimbulkan efek hipotensi yang signifikan. Diuretik juga dapat dilanjutkan karena dapat membantu menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan pada perioperative. Penggunaan obat hipertensi pada perioperative harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan jenis operasi yang dilakukan. Penghentian obat hipertensi tertentu sebelum operasi dapat mengurangi risiko komplikasi perioperative, namun dapat meningkatkan risiko hipertensi. Sehingga, perawatan perioperative pada pasien hipertensi memerlukan pengaturan yang hati-hati dan cermat.

Referensi :

Pai, SL., Chadha, RM., and Alvarado, JMI. (2017). Pharmacologic and Perioperative Considerations for Antihypertensive Medications. Curr Clin Pharmacol 12(3):135-140. DOI : 10.2174/1574884712666170918152004

Rismiati, H and Lee, HY. (2021). Perioperative Management of Hypertensive Patients. Cardiovascular Prevention and Pharmacotherapy 2021;3(3):54-63. DOI: https://doi.org/10.36011/cpp.2021.3.e7.

Hines, RL and Marschall, KE. (2012). Handbook for Stoelthing’s Anesthesia and Co-Existing Disease Fourth Edition.