Siklus menstruasi yang tidak teratur dapat meresahkan wanita. Salah satunya adalah oligomenore. Ternyata, kondisi ini bisa menyebabkan gejala masalah kesehatan yang lebih serius. Penting untuk memahami gejala dan menemukan penanganan yang tepat. Oligomenore adalah perdarahan ringan yang jarang terjadi atau tidak normal pada wanita yang sedang menstruasi. Kondisi ini mengacu pada siklus menstruasi yang biasanya normal bergeser jadi lebih dari 35 hari. Atau wanita yang memiliki kurang dari sembilan periode menstruasi dalam setahun. Ada beberapa penyebab oligomenore, beberapa penyebab tidak berbahaya. Di sisi lain, kondisi ini bisa menjadi gejala masalah kesehatan yang lebih serius. Perlu diketahui, variasi dalam siklus menstruasi seseorang sepanjang hidup adalah kondisi normal. Jika tidak tertangani, oligomenorea dapat menyebabkan gangguan kesuburan hingga depresi. Oligomenorea dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya hormonal, kelainan lahir, kelainan genetik, dan tumor. Untuk mencegah terjadinya komplikasi, penderita oligomenorea perlu menjalani pemeriksaan dini.
Penyebab Oligomenorea
Oligomenorea dapat disebabkan oleh kondisi atau penyakit tertentu, antara lain :
1. Sindrom polikistik ovarium (PCOS).
2. Kelebihan hormon tiroid (hipertiroidisme).
3. Tumor jinak yang tumbuh di kelenjar pituitari (prolaktinoma).
4. Radang panggul
5. Perlengketan rahim (sindrom Asherman).
6. Gangguan makan, misalnya bulimia, anoreksia nervosa, dan binge eating disorder.
7. Hiperplasia adrenal kongenital.
8. Kelainan genetik, misalnya gangguan fungsi indung telur (primary ovarian syndrome).
Selain penyebab di atas, ada faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko wanita mengalami oligomenorea, yaitu :
1. Menderita diabetes tipe 1.
2. Menderita tumor pada ovarium atau kelenjar adrenal.
3. Menggunakan kontrasepsi hormonal, seperti pil atau suntik KB.
4. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antipsikotik atau antiepilepsi.
5. Melakukan aktivitas fisik berat.
Gejala Oligomenorea
Oligomenorea berbeda dengan amenorea. Pada amenorea, penderitanya dapat tidak kunjung haid walaupun sudah masuk masa pubertas.
Gejala utama yang dapat muncul pada penderita oligomenorea antara lain :
1. Siklus menstruasi yang tidak teratur.
2. Darah yang keluar sedikit.
3. Tidak mengalami haid selama 35 hari atau lebih.
4. Menstruasi tidak lebih dari 9 kali dalam setahun.
Penderita oligomenorea juga dapat mengalami beberapa gejala antara lain berikut :
1. Sakit kepala
2. Masalah kulit, seperti jerawat.
3. Sensasi panas (hot flashes).
4. Sakit perut
5. Keputihan
Kapan Harus ke Dokter
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala-gejala oligomenorea seperti yang telah disebutkan di atas. Anda juga dianjurkan untuk segera berkonsultasi ke dokter jika ingin menjalani program hamil tetapi memiliki kondisi atau mengalami gejala berikut :
1. Berusia di bawah 45 tahun dan mengalami menstruasi tidak teratur.
2. Periode menstruasi berlangsung kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari.
3. Menstruasi berlangsung lebih dari 7 hari.
Pemeriksaan Oligomenorea
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area vagina dan leher rahim, dilanjutkan dengan pemeriksaan di area perut.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, yang meliputi :
1. Tes darah, untuk mengetahui kadar hormon, seperti Thyroid Stimulating Hormone (TSH), Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH), Prolactin, Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dan 17-hydroxyprogesterone (17-OHP), serta memeriksa kadar gula darah.
2. Tes urine, untuk mendeteksi kehamilan, infeksi, atau penyakit menular seksual.
3. USG kandungan, untuk mendeteksi tanda-tanda peradangan dan PCOS.
4. USG tiroid, untuk mendeteksi pembesaran atau tumor pada kelenjar tiroid.
5. CT scan panggul, untuk melihat kondisi organ reproduksi lebih jelas.
Pengobatan Oligomenorea
Pengobatan oligomenorea tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
1. Pola hidup sehat
Jika oligomenorea terjadi akibat pola hidup tidak sehat, dokter akan menganjurkan pasien untuk melakukan perubahan pola hidup, seperti :
a. Berolahraga rutin
b. Menjaga berat badan ideal.
c. Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang.
d. Mengelola stres
e. Beristirahat dan tidur dengan cukup.
f. Berhenti merokok
2. Terapi hormon
Terapi hormon bertujuan untuk mengatur siklus menstruasi pasien agar lebih teratur. Jenis terapi hormon yang dapat digunakan antara lain :
a. Penggantian metode kontrasepsi
Oligomenorea yang dialami pasien dapat terjadi akibat penggunaan alat kontrasepsi yang tidak sesuai. Oleh karena itu, dokter akan menyarankan metode kontrasepsi lain.
b. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
Obat-obatan golongan GnRH dapat diberikan untuk mengatasi oligomenorea. Jenis obat-obatan ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, ikuti saran dari dokter untuk mencegah timbulnya efek samping.
3. Obat obatan
Sementara jika oligomenorea disebabkan oleh infeksi, dokter akan mengobatinya dengan antibiotik. Pada pasien hipertiroidisme, dokter akan memberikan tindakan sesuai penyakit yang mendasarinya, misalnya dengan pemberian obat propylthiouracyl pada penyakit Graves.
4. Operasi
Jika oligomenorea disebabkan oleh tumor atau kanker, dokter akan menyarankan operasi dan terapi radiasi atau kemoterapi.
Referensi :
Aestetika Islamy, dkk. 2019. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi Mahasiswi TK III Stikes Hutama Abdi Husada Tulung Agung. Jurnal Kebidanan, Stikes Abdi Husada Tulung Agung.
Usipuik, M., et al. 2022. An Integrative Literature Review of Menstruation Patterns in People with Congenital Adrenal Hyperplasia. The Canadian Journal of Human Sexuality, pp. e20210043.
National Institute of Health. 2022. National Library of Medicine. Oligomenorrhea.
Cleveland Clinic. 2022. Disease & Conditions. Oligomenorrhea.
Mayo Clinic. 2022. Diseases & Conditions. Menorrhagia (Heavy Menstrual Bleeding).