Senin, 03 Juli 2023 15:45 WIB

Restless Legs Syndrome

Responsive image
3129
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Restless Legs Syndrome (RLS) atau sindrom kaki gelisah adalah kondisi neurologis yang menyebabkan orang memiliki keinginan tidak terkontrol untuk menggerakkan kaki mereka. Biasanya hal ini dilakukan karena rasa tidak nyaman pada kaki. Dengan menggerak-gerakkan kaki, Anda dapat mengurangi perasaan tidak nyaman untuk sementara. Umumnya, restless leg syndrome terjadi pada malam hari saat Anda tidur atau saat Anda mencoba untuk melakukan relaksasi. Gejala restless legs syndrome dapat memberat bila penderitanya sedang beristirahat, duduk, atau berbaring. Jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, sindrom ini dapat menyebabkan gangguan tidur. Alhasil, Anda akan kurang tidur hingga sering merasa ngantuk pada siang hari. Kondisi umum ini mempengaruhi 10?ri populasi dunia. RLS juga dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tetapi cenderung lebih sering terjadi pada wanita dan sering terjadi pada orang berusia setengah baya atau lebih tua. Pada kondisi yang parah, restless legs syndrome bahkan dapat menghambat penderitanya untuk bepergian dan beraktivitas.

Penyebab Restless Legs Syndrome

Penyebab restless legs syndrome belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, pada sebagian besar kasus, restless legs syndrome diduga terjadi akibat faktor keturunan dan perubahan hormon dopamin.

Hormon dopamin adalah zat yang dihasilkan otak (neurotransmitter). Hormon ini berperan dalam mengirimkan sinyal untuk mengontrol gerakan tubuh. Jika kadar hormon ini di dalam otak tidak seimbang, otot dapat bergerak tidak terkendali.

Faktor Risiko Restless Legs Syndrome

Meski penyebabnya belum diketahui, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami restless legs syndrome, yaitu :

1.      Kerusakan saraf di kaki, misalnya akibat diabetes yang tidak terkontrol.

2.      Kekurangan zat besi, misalnya karena malnutrisi, menstruasi yang berat, atau tukak lambung.

3.      Perubahan hormon pada kehamilan, terutama ketika trimester ketiga.

4.      Gagal ginjal stadium akhir.

5.      Konsumsi minuman berkafein secara berlebihan.

6.      Kecanduan alkohol dan penyalahgunaan NAPZA.

7.      Penyakit Parkinson

Perlu diketahui, konsumsi obat-obatan, seperti obat antipsikotik, antidepresan, dan antihistamin golongan lama, dapat memperburuk gejala restless legs syndrome.

Gejala Restless Legs Syndrome

Gejala utama restless legs syndrome adalah sensasi tidak nyaman di kaki sehingga menimbulkan dorongan yang tidak terkontrol untuk menggerakkan kaki. Sensasi ini dapat memengaruhi salah satu maupun kedua kaki.

Gerakan kaki yang tidak terkendali pada restless legs syndrome memiliki beberapa kriteria berikut :

1.      Gerakan yang memberat ketika penderita sedang beristirahat, duduk, atau berbaring.

2.      Gerakan akan membaik ketika kaki terus bergerak, berjalan, atau stretching.

3.      Gejala makin memburuk pada malam hari.

4.      Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti nyeri otot, bengkak atau edema tungkai, radang sendi, dan kram otot.

Pemeriksaan Restless Legs Syndrome

Diagnosis restless legs syndrome dilakukan dengan melakukan tanya jawab seputar gejala yang dialami pasien, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. Setelah itu, dokter akan menilai apakah gejala yang dialami pasien sesuai dengan kriteria restless legs syndrome.

Untuk memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan berikut :

1.      Tes darah, untuk mengetahui kadar zat besi, gula darah, magnesium, hormon tiroid, vitamin B12, dan folat.

2.      Tes fungsi ginjal, untuk menilai fungsi ginjal dan mendeteksi kerusakan ginjal.

3.      Elektromiografi, untuk mendeteksi kerusakan saraf otot kaki.

4.      Polisomnografi atau sleep study, untuk memeriksa tekanan darah, gelombang otak, detak jantung, dan gerakan pasien saat tidur.

Penanganan Restless Legs Syndrome

Jika restless legs syndrome menimbulkan gejala ringan dan tidak disebabkan oleh gangguan kesehatan lain, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani pola hidup sehat. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah :

1.      Berolahraga rutin setiap hari.

2.      Tidak merokok

3.      Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein.

4.      Menerapkan kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene), misalnya membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap harinya, termasuk pada hari libur.

5.      Melakukan pemijatan, kompres hangat, atau kompres dingin pada kaki.

6.      Mandi dengan air hangat sebelum tidur.

Pada restless legs syndrome yang berat, dokter dapat meresepkan obat-obatan berikut :

1.      Obat untuk meningkatkan dopamin dalam otak.

2.      Obat untuk meredakan nyeri saraf.

3.      Suplemen zat besi, jika restless legs syndrome dipicu oleh kekurangan zat besi.

4.      Obat tidur atau obat golongan opioid jika pengobatan lain tidak berhasil.

Komplikasi Restless Legs Syndrome

Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat restles legs syndrome adalah :

1.      Insomnia

2.      Kantuk yang berat pada siang hari

3.      Penurunan kualitas hidup

4.      Depresi

 

Referensi :

Anggriana Tri Widianti, dkk. 2017. Pengaruh Latihan Kekuatan terhadap Restless Legs Syndrome Pasien Hemodialisis. Jurnal Keperaatan Fakultas Keperawatan Universitas Pajajaran Bandung.

Trotti L., & Becker, L. 2019. Iron for the Treatment of Restless Legs Syndrome. Cochrane Database of Systematic Reviews, 1. Art. No.: CD007834.

National Health Service UK. 2022. Health A to Z. Restless Legs Syndrome.

National Institute of Health. 2022. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Restless Legs Syndrome Fact Sheet.

Cleveland Clinic. 2021. Diagnostics & Testing. Kidney Function Tests.

Mayo Clinic. 2022. Diseases & Conditions. Restless Legs Syndrome.

Johns Hopkins. 2023. Conditions and Diseases. Restless Legs Syndrome (RLS).