Jumat, 30 Juni 2023 23:09 WIB

Fungsi Plasenta

Responsive image
13205
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Banyak orang menyebut plasenta sebagai ‘saudara’ si jabang bayi selama di dalam kandungan. Sebab plasenta yang menemani, menjaga, dan melindungi bayi selama berada di dalam rahim ibu. Namun sebenarnya, fungsi plasenta tidak hanya itu. Organ ini memiliki banyak fungsi untuk mendukung kelangsungan hidup dan perkembangan janin selama masa kehamilan. Plasenta atau ari-ari bayi adalah organ yang berkembang di dalam rahim selama masa kehamilan. Organ ini menempel pada dinding rahim di bagian atas atau samping serta terhubung dengan tali pusar bayi. Nantinya, plasenta perlu dikeluarkan setelah proses melahirkan. Bila kita melahirkan secara persalinan normal, plasenta perlu dikeluarkan melalui vagina. Namun, bila secara operasi caesar, dokter akan mengeluarkan plasenta dari rahim saat prosedur berlangsung. Plasenta terbentuk sejak awal kehamilan, kira-kira 7-10 hari setelah pembuahan. Organ ini mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin, serta melindunginya dari penyakit. Dengan bentuknya yang bervariasi, plasenta umumnya menempel pada bagian atas, belakang, atau samping rahim.

Fungsi Plasenta Selama Kehamilan

Berikut ini adalah fungsi plasenta selama kehamilan yang perlu kita ketahui :

1.       Menyalurkan oksigen dan nutrisi pada janin.

Janin membutuhkan oksigen dan nutrisi untuk bisa hidup serta berkembang selama di dalam kandungan. Namun, untuk mendapatkannya, bukan berarti janin bernapas melalui hidung atau makan melalui mulut. Oksigen dan nutrisi yang didapat oleh janin diperoleh dari tubuh ibu.

Oksigen dan nutrisi dari tubuh ibu akan dibawa oleh darah dan dialirkan ke dalam plasenta. Setelah itu, asupan tersebut akan ditransfer langsung ke janin melalui tali pusar yang terhubung dari plasenta ke janin.

2.       Membuang zat sisa dari darah janin.

Selain memasok oksigen dan nutrisi, plasenta juga berfungsi untuk membuang sisa metabolisme yang sudah tidak dibutuhkan oleh janin. Zat sisa tersebut akan dialirkan kembali ke aliran darah ibu dan kemudian dikeluarkan bersama sisa metabolisme yang ibu hasilkan.

3.       Memproduksi hormon pendukung kehamilan.

Fungsi plasenta lainnya yang tidak kalah penting adalah memproduksi hormon kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Hormon-hormon tersebut sangat penting dalam mendukung perkembangan janin dan menjaga kehamilan.

4.       Melindungi janin dari infeksi bakteri.

Plasenta juga berfungsi sebagai penghalang bagi bakteri yang mungkin ada pada tubuh ibu. Jadi jika ibu mengalami infeksi bakteri, plasenta akan melindungi janin agar tidak tertular infeksi tersebut.

5.       Menyalurkan antibodi dari ibu ke janin.

Plasenta menyalurkan antibodi yang ibu miliki ke janin. Fungsi ini sudah ada sejak awal kehamilan. Antibodi dapat memberikan kekebalan tubuh untuk janin agar terhindar dari penyakit.

Melihat berbagai macam fungsi plasenta, organ ini bisa dibilang merupakan komponen yang sangat penting dalam kehamilan. Gangguan pada plasenta dapat berbahaya bagi kesehatan janin. Jadi, tidak heran jika setiap kali ibu hamil melakukan kontrol, dokter akan memeriksa kondisi plasenta.

Gangguan Fungsi Plasenta yang Umum Terjadi

Fungsi plasenta bisa terganggu jika terdapat kelainan pada organ ini. Bila fungsi plasenta terganggu, kehamilan dan janin di dalam kandungan bisa terancam. Apa saja kelainan yang bisa mengganggu fungsi plasenta?

1.       Plasenta previa

Plasenta previa adalah kondisi ketika plasenta menutup sebagian atau seluruh serviks, yaitu jalan keluar untuk bayi saat lahir.

Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan vagina selama kehamilan atau saat proses persalinan.

2.       Plasenta Abruptio

Plasenta abruptio atau solusio plasenta adalah kondisi ketika sebagian atau seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum melahirkan.

Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi plasenta dalam menyalurkan nutrisi dan oksigen ke bayi, serta bisa menimbulkan perdarahan hebat atau hingga persalinan prematur.

3.       Plasenta akreta

Pada penderita plasenta akreta, plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim sehingga sebagian atau seluruh plasenta sulit lepas saat melahirkan.

Adapun kondisi ini bisa menyebabkan kehilangan banyak darah selama atau setelah melahirkan hingga bisa mengancam jiwa.

4.       Plasenta insufisiensi

Kondisi ini terjadi jika plasenta tidak berfungsi dengan baik selama kehamilan dan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.

Ini bisa membuat bayi kekurangan oksigen dan nutrisi selama berada dalam kandungan.

5.       Retensio plasenta

Retensi atau retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta tidak keluar hingga 30 menit setelah melahirkan, karena terhalang oleh serviks atau masih menempel pada rahim.

Kondisi ini bisa menyebabkan infeksi parah atau kehilangan darah yang dapat mengancam jiwa.

 

Referensi :

Dwi Saputri Mayangsari. 2021. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Plasenta Previa di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih. Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Batanghari Jambi.

I Wayan Artana Putra. 2018. Kualitas Plasenta dan Pentingnya Nutrisi dalam Kehamilan. Jurnal Kesehatan Universitas Udayana Denpasar.

Ciobanu, et al. 2020. Benefits and Risks of IgG Transplacental Transfer. Diagnostics (Basel). 10(8), pp. 583.

Mayo Clinic. 2022. Placenta : How It Works, What’s Normal.

Pregnancy Birth & Baby. 2022. About The Placenta.

Nall, R. Healthline. 2021. Placenta Delivery : What to Expect.