Kamis, 22 Juni 2023 11:58 WIB

Perioperatif Pasien dengan Penyakit Parkinson

Responsive image
722
dr. Putu Agus Surya Panji, Sp.An-TI - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Parkinsonisme adalah suatu sindrom klinis yang menandakan adanya gangguan gerakan involunter (hypokinesia), rigiditas dan tremor. Sering disebut gerakan Chaplin karena karakteristik posturnya yang mirip. Penyakit parkinsonisme (Parkinsonisms Disease / PD) terjadi akibat kerusakan sel saraf yang mengandung dopamine pada substansia nigra pada ganglia basalis.

Manajemen perioperative oleh anesthesiologist mencakup :

1.    Diagnosis dan lamanya pasien memiliki penyakit

2.    Pengkajian yang bersangkutan pada perubahana berbagai system

3.    Prosedur pembedahan yang akan dijalani (elektif atau emergensi)

4.   Obat antiparkinson yang dikonsumsi pasien dan efek obat serta interkai dengan regimen anestesi

5.    Kelanjutan pengobatan levodopa peroperatif

6.    Premedikasi dan profilaksis acid aspiration

Diagnosis PD dapat ditegakkan pada pasien dengan memenuhi 2 dari 3 tanda dan gejala utama seperti rest tremor,  rigiditas, dan bradikinesis.

Pada umumnya pasien yang mengidap penyakit ini berusia 65 tahun keatas, yang datang dengan gejala geriatri, sehingga pengkajian preoperative harus dilakukan dengan baik.

Pada intraoperative anestesiologist perlu mempertimbangkan banyak fkator seperti prosedur pembedahan, kondisi pasien, dan faktor resiko lainnya

1.    Keuntungan regional anestesi

a.    Pasien masih dapat berkomunikasi sehingga dapat memberitahukan gejala PD untuk diberikan terapi lebih cepat

b.    Tidak menggunakan pelumpuh otot yang dapat menyamarkan gejala

c.     Sisa obat bius umum yang dapat menyamarkan gejala akut

d.    Gas bius yang dapat mencetuskan gejala PD

e.    Tingginya angka kejadian mual dan muntah berkaitan dengan bius umum

f.      Anti nyeri yang lebih baik dan kurangnya stress operasi

g.    Tingginya angka infeksi paru setelah pembiusan umum pada pasi PD

2.    Kekurangan regional anestesi

a.    Tidak dapat menghilangkan gejala PD seperti tremor atau rigiditas kecuali area yang teranestes

b.    Tremor dapat menggangu pengukuran alat monitor

c.     Dokter bedah terkadang membutuhkan pasien untuk tetap diam dan tida bergerak

d.    Prosedur pembedahan yang tidak memungkinkan tanpa bius umum

3.    Bius umum

Diberikan premedikasi seperti ondansentron sebagai anti muntah, diphenhidramin sebagai obat sedasi. Metoklopramid tidak diberikan karena dapat memberikan efek sindrom ekstrapiramidal yang memperberat gejala PD.

Pemilihan obat bius melalui suntikan yang mana terhadap pasien seperti Sodium Thiopental, menghindari pemberian ketamin atau propofol.

Anti nyeri pilihan berdasarkan anti nyeri multimodal dan obat antiinflamasi non steroid dan menghindari pemberian opiate seprti fentanyl dan droperidol yang dapat menimbulkan efek rigiditas otot.

Pemberian obat pelumpuh otot dapat diberikan sesuai pertimbangan faktor lain yang dialami pasien karena belum ada bukti pasti oleh penelitian dunia mengenai kontraindikasi pelumpuh otot tertentu.

Gas bius isoflurane dapat diberikan karena memiliki efek beta-adrenergik, sebab pasien PD memiliki kecenderungan dehidrasi dan hipovolemik, hipotensi sebagai efek pengobatan levodopa.

Menghindari pemberian reversal yang dapat menyebabkan kejadian spasme bronkus

Masa paska operasi perlu dilakukan pemantauan ketat hemodinamik dan pernafasan. Diberikan juga obat antiparkinson secepatnya baik melalui selang lambung atau secara oral jika pasien dapat menelan atau minum dengan sedikit air. Pemberian antinyeri paska bedah yang tepat diberikan sesuai jenis pembedahan yang dilalui. Fisioterapi dada dan latihan pernafasan untuk semua operasi bagian dada dan perut ke atas untuk menghidari infeksi pernafasan.

 

Referensi :

Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s : Clinical Anesthesiology 7th edition. McGraw Hill LLC. USA. 2022

Obeso JA, Stamelou M, Goetz CG, Poewe W, Lang AE, dkk. Past, Present, and Future of Parkinson’s Disease: A Special Essay on the 200th Anniversary of the Shaking Palsy. 2018. Mov Disord. 2017 Sep; 32(9): 1264–1310.  doi: 10.1002/mds.27115

Holewijn RA, Verbaan, D, Munckhof PM, Bot M, Geurtsen GJ, dkk. General Anesthesia vs Local Anesthesia in Microelectrode Recording–Guided Deep-Brain Stimulation for Parkinson Disease. JAMA Neurol. 2021 Oct; 78(10): 1–8. doi: 10.1001/jamaneurol.2021.2979

Malekmohammadi M, AuYong N, Price CM, Tsolaki E, Hudson AE, Pouration N. Propofol-induced changes in ?-? sensorimotor cortical connectivity.  Anesthesiology. 2018 Feb; 128(2): 305–316.  doi: 10.1097/ALN.0000000000001940

Weibel S, Rucker G, Eberhart LHJ, Pace NL, Hartl HM, dkk. Drugs for preventing postoperative nausea and vomiting in adults after general anaesthesia: a network meta?analysis. Cochrane Database Syst Rev. 2020; 2020(10): CD012859. doi: 10.1002/14651858.CD012859.pub2

Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK, Cahalan MK, Stock MC, dkk. Clinical Anesthesia 8th edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2017. Hal 1567-1568

Gropper MA, Cohen NH, Eriksson L, Fleisher LA, Leslie K. Miller’s Anesthesia. Elsevier. 2020. Hal 971-972

Flood P, Rathmell JP, Shafer S. Stoelting’s Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice 5th edition. 2015. Hal 712-713

Jaffe RA, Schmiesing, Golianu B. Anesthesiologist’s Manual Of Surgical Procedure 5th edition. Walter Kluwer. Philadelphia. 2014.