Jumat, 26 Mei 2023 06:57 WIB

Amnesia Paska Anestesi

Responsive image
594
dr. Putu Agus Surya Panji, Sp.An-TI, Subsp.T.I.(K) - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Amnesia paska pembiusan adalah kondisi di mana seseorang mengalami kehilangan ingatan setelah menjalani prosedur pembiusan. Meskipun jarang terjadi, amnesia paska pembiusan dapat terjadi pada siapa saja yang menjalani prosedur pembiusan, terutama pada orang yang lebih tua atau memiliki riwayat penyakit tertentu. Amnesia yang disebabkan oleh pembiusan umum tidak termasuk dalam kegagalan memori primer, tapi lebih pada kegagalan kesadaran.

Amnesia paska pembiusan dapat terjadi karena beberapa faktor, termasuk jenis obat bius yang digunakan, dosis obat bius yang diberikan, durasi pembiusan, dan kondisi kesehatan pasien sebelumnya. Beberapa jenis obat bius, seperti benzodiazepin dan propofol, diketahui dapat menyebabkan amnesia paska pembiusan pada beberapa pasien.

Meskipun amnesia paska pembiusan dapat sangat mengganggu, kondisi ini biasanya bersifat sementara dan pasien dapat pulih sepenuhnya dalam beberapa hari atau minggu. Namun, pada beberapa kasus, amnesia paska pembiusan dapat menjadi permanen.

Setiap tahun, lebih dari 234 juta prosedur bedah dilakukan di seluruh dunia. Sebagian pasien menunjukkan gangguan kognitif, termasuk defisit memori, setelah operasi dan anestesi. Defisit kognitif pasca operasi seperti itu terjadi pada sekitar 37?wasa muda dan 41% pasien lanjut usia saat keluar dari rumah sakit dan pada 6?wasa muda dan 13% pasien lanjut usia pada 3 bulan setelah operasi. Defisit ini terkait dengan hasil pasien yang buruk, termasuk penurunan kualitas hidup, kehilangan kemandirian, dan peningkatan mortalitas. Penyebab disfungsi kognitif pasca operasi adalah multifaktorial. Sebagai contoh, peradangan yang dipicu oleh trauma bedah tampaknya berkontribusi terhadap defisit kognitif baik pada pasien manusia maupun hewan laboratorium. Faktor tambahan yang meningkatkan risiko defisit kognitif meliputi infeksi, opioid, stres, dan gangguan tidur. Anestesi umum juga dapat memainkan peran kausal, mengingat durasi anestesi berkorelasi positif dengan kejadian defisit kognitif pasca operasi pada pasien. Selain itu, paparan tunggal terhadap anestesi dapat menyebabkan defisit memori retrograde dan anterograde yang bertahan selama berhari-hari hingga berminggu-minggu pada model hewan pengerat. Mekanisme dimana anestesi menyebabkan defisit memori persisten pada orang dewasa masih kurang dipahami. Sebagian besar anestesi umum bekerja sebagai modulator alosterik positif dari reseptor penghambat asam ?-aminobutirat tipe A (GABAARs). Selama anestesi, peningkatan aktivitas GABAAR berkontribusi pada sifat neurodepresif yang diinginkan dan mendalam dari obat ini, termasuk blokade memori akut. Setelah anestesi dihilangkan, modulasi alosterik positif dari fungsi GABAAR dibalik dengan cepat, dalam skala waktu detik. Akibatnya, telah diasumsikan bahwa aktivitas reseptor kembali ke awal dan GABAAR tidak berkontribusi pada disfungsi kognitif berkepanjangan yang tidak diinginkan setelah anestesi. Bahkan paparan singkat terhadap anestesi memicu peningkatan fungsi GABAAR yang berkelanjutan dan bahwa peningkatan ini menyebabkan defisit memori yang terus-menerus.

Beberapa tindakan yang dapat membantu mempercepat pemulihan termasuk pemilihan obat-obatan premedikasi, sedasi, analgesi yang tepat agar dapat meminimalisir resiko defisit memori permanen. Dapat pula dianjurakan kepada pasien untuk istirahat yang cukup, menghindari stres dan kecemasan, serta melakukan latihan otak dan memori. Terapi psikologis dan konseling juga dapat membantu pasien mengatasi dampak emosional dari amnesia paska pembiusan.

Dalam kesimpulannya, amnesia paska pembiusan adalah kondisi yang jarang terjadi namun dapat sangat mengganggu. Penting untuk memperhatikan faktor-faktor risiko dan memilih jenis obat bius yang tepat untuk mencegah terjadinya kondisi ini.

 

Referensi :

Weiser TG, et al. An estimation of the global volume of surgery: a modelling strategy based on available data. Lancet. 2008;372(9633):139–144.

Monk TG, et al. Predictors of cognitive dysfunction after major noncardiac surgery. Anesthesiology. 2008;108(1):18–30.

Price CC, Garvan CW, Monk TG. Type and severity of cognitive decline in older adults after noncardiac surgery. Anesthesiology. 2008;108(1):8–17.

Peng L, Xu L, Ouyang W. Role of peripheral inflammatory markers in postoperative cognitive dysfunction (POCD): A meta-analysis. PLoS One. 2013;8(11):e79624.

Zurek AA., Salter EWR., Orser BA. Sustained increase in ?5GABAA receptor function impairs memory after anesthesia. 2014; https://doi.org/10.1172/JCI76669.

Gropper MA, Cohen NH, Eriksson L, Fleisher LA, Leslie K. Miller’s Anesthesia. Elsevier. 2020. Hal 250 – 264

Amiri AA, Karvandian K, Ramezani N, Amiri AA. Short-Term Memory Impairment In Patients Undergoing General Anesthesia And Its Contributing Factors. Saudi J Anaesth. 2020 Oct-Dec; 14(4): 454–458.

Wu L, Zhao H, Weng H, Ma D. Lasting effects of general anesthetics on the brain in the young and elderly: “mixed picture” of neurotoxicity, neuroprotection and cognitive impairment. J Anesth. 2019;33:321–35.

Eckenhoff JE. Relationship of anesthesia to postoperative personality changes in children. AMA Am J Dis Child. 1953;86:587–91

Bedford PD. Adverse cerebral effects of anaesthesia on old people. Lancet. 1955;269:259–63.

FDA. FDA Drug Safety Communication: FDA review results in new warnings about using general anesthetics and sedation drugs in young children and pregnant women. 2016;376:905–7