Jumat, 12 Mei 2023 10:03 WIB

Menjaga Perilaku pada Anak Usia Dini

Responsive image
830
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Masa anak usia dini yang mencakup usia 0 hingga 6 tahun, merupakan tahap yang sensitif dan krusial dalam siklus kehidupan manusia. Anak-anak berkembang secara fisik dan kognitif di era ini dan upaya untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangannya harus dimulai dengan menetapkan dasar-dasar linguistik, sosial-emosional perkembangan, konsep diri, norma, moral, dan nilai agama.

Perkembangan sosial emosional adalah perkembangan tingkah laku, yang mana seseorang diminta untuk mengikuti atau menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Dapat diartikan bahwa perkembangan sosial emosional pada anak adalah bagaimana anak mampu berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa atau orang tua, dan masyarakat yang ada di sekitarnya, dan memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain.

Dapat diartikan bahwa perkembangan sosial emosional pada anak adalah bagaimana anak mampu berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa atau orang tua, dan masyarakat yang ada di sekitarnya, dan memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain. Penanaman pembiasaan yang baik haruslah ditanamkan sejak dini, hal ini merupakan dasar utama untuk pembentukkan perilaku-perilaku sosial emosional yang baik pada anak. Perilaku sosial yang diharapkan adalah tumbuhnya perilaku pro-sosial. Perilaku pro-sosial adalah perilaku yang positif yang di dalamnya terdapat unsur-unsur kooperatif. Dapat diartikan perilaku pro-sosial merupakan tindakan yang mendorong seseorang untuk berinteraksi, bekerjasama, dan menolong orang lain tanpa mengharapkan sesuatu. Perilaku pro-sosial memberikan manfaat positif terhadap kehidupan bermasyarakat. Perilaku pro-sosial akan memberikan rasa keharmonisan, kedamaian, rasa saling menyayangi dan menghormati satu sama lain.

Norma kesopanan merupakan salah satu landasan untuk membangun norma yang harus ditanamkan pada anak sejak dini manusia harus bertindak dalam situasi sosial sesuai dengan prinsip kesusilaan atau kesantunan. Kesopanan didefinisikan sebagai perilaku yang ditandai dengan kepatuhan, rasa hormat, dan kesopanan.

Kesopanan berkomunikasi adalah aturan tidak tertulis yang mengatur bagaimana seseorang harus bersikap dan bertindak. Dalam bahasa jawa, sopan santun mengacu pada seseorang yang bertindak dengan cara yang sesuai dengan prinsip mereka. Dengan kata lain, kesantunan adalah proses atau aturan yang diturunkan dari generasi ke generasi dan menjadi budaya masyarakat yang bermanfaat dalam pergaulan dengan orang lain dalam rangka membangun hubungan yang erat, saling menghormati, dan kepatuhan terhadap adat istiadat yang telah ditetapkan. Sopan santun adalah kebiasaan manusia yang umum dan normal. Istilah "kesopanan" mengacu pada sikap atau perilaku orang-orang yang menghormati dan menyenangkan orang-orang yang terlibat dengan mereka.

Perilaku yang menghargai orang lain melalui komunikasi dengan bahasa yang tidak merendahkan atau merendahkan orang lain merupakan ekspresi dari pola pikir yang santun ini. Sopan santun merupakan norma umum kehidupan yang muncul dari hasil hubungan kelompok sosial. Tata krama adalah aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat dan dimaksudkan untuk membimbing perilaku individu agar disukai dan diterima oleh orang lain.

Melihat dari ulasan di atas tentunya perilaku anak menjadi hal yang harus dijaga, namun tentunya perilaku yang baik dan tidak menyimpang. Penyebab perilaku menyimpang pada anak pun terjadi karena kombinasi beberapa faktor. Lingkungan keluarga menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam mengawali terbentuknya perilaku menyimpang pada anak. Masalah ini bisa muncul akibat kurangnya perhatian orang tua kepada anak, pola asuh anak yang kurang baik, atau bahkan trauma psikis yang dialami oleh anak.

Selain faktor lingkungan keluarga, lingkungan sosial juga dapat memicu berkembangnya perilaku menyimpang pada anak. Hal ini dapat terjadi akibat pergaulan yang tidak baik dengan teman sekolah atau teman sebaya di lingkungan tempat tinggal.

Berikut beberapa hal yang biasanya disebut sebagai perilaku menyimpang pada anak :

1.      Sering marah atau kehilangan kesabaran.

2.      Sering berdebat dengan orang dewasa.

3.      Tidak patuh dengan aturan atau permintaan orang tua.

4.      Sering kesal dan dengki.

5.      Sengaja mengganggu orang lain.

6.      Sering menyalahkan orang lain.

Dengan melihat beberapa perilaku yang menyimpang di atas tentunya diperlukan sebuah cara untuk mengatasi hal tersebut. Selagi anak belum menginjak usia remaja, orang tua harus mulai memberikan perhatian dan kepedulian pada anak. Orang tua juga harus merawat dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak melakukan perilaku yang menyimpang nantinya.

Perilaku menyimpang pada anak bisa berdampak buruk untuk dirinya dan orang di sekitarnya, sehingga kondisi ini harus diatasi. Pendekatan dini adalah langkah awal yang bisa orang tua lakukan.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa orang tua lakukan untuk mencegah perilaku menyimpang pada anak :

1.      Perbanyak waktu luang dengan anak.

Upayakan untuk memperbanyak waktu luang bersama anak, sesibuk apa pun kita. kita bisa memanfaatkan waktu untuk bertukar cerita, menanyakan apa saja kegiatannya di sekolah, apa cita-cita atau keinginannya di masa depan, atau bagaimana teman-temannya. Kita juga bisa menanyakan masalah apa yang mungkin sedang dihadapi oleh anak.

2.      Buat jadwal harian anak.

Mengingat perilaku menyimpang pada anak juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kita bisa membuat jadwal harian untuk menumbuhkan rasa disiplin dalam diri anak. Jadwal ini meliputi jam belajar, jam istirahat, dan jam bermainnya, terutama di luar rumah. Kita juga bisa membatasi waktu pemakaian gadget.

3.      Jalin komunikasi dengan guru sekolahnya.

Meski kita tidak bisa melihat langsung perilaku anak saat di sekolah, kita tetap bisa memantaunya dengan cara bertanya kepada guru atau wali kelasnya. Jika anak kita sering melakukan kenakalan di sekolah, cobalah tegur dan berikan nasihat serta pengertian mengapa hal tersebut tidak boleh ia lakukan.

Dalam hal ini tentunya peran aktif orang tua sangat besar dampaknya bagi kehidupan dan masa depan anak. Jika kita mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan anak atau jika anak kita kerap melakukan perilaku menyimpang pada anak, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog anak sebelum masalah ini berlangsung berlarut-larut dan bertambah parah.

Melihat beberapa ulasan di atas, sebagai peran orang tua tentunya menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan dalam menjaga perilaku anak agar tidak terjadi perilaku yang menyimpang, tentu saja hal tersebut juga didukung dari peran keluarga lainnya.

 

Referensi :

Faizah, R. N., Fajrie, N., & Rahayu, R. 2021. Sikap Sopan Santun Anak Dilihat dari Pola Asuh Orang Tua Tunggal. Jurnal Prasasti Ilmu, 1(1).

Saharani, S., Iriyanto, T., & Anisa, N. 2021. Perkembangan Perilaku Prososial Anak Usia 4-5 Tahun di TK Mardi Putra 01 Kota Batu. JP2KG AUD. Jurnal Pendidikan, Pengasuhan, Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini, 2(1), 19-30.

Iga Mawarni Merli Sari, Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. 2022. Studi Kasus Penyimpangan Perilaku Anak Usia (4-5) Tahun di Desa Paya Angus Kecamatan Sungai Rotan Muara Enim. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.