Rabu, 26 April 2023 07:28 WIB

Yuk Kenali Cara Deteksi HIV dan AIDS!

Responsive image
5798
Dr. dr. I G. A. A. Elis Indira, Sp.KK(K), FINSDV, - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Human immunodeficiency virus atau HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini ditularkan melalui kontak terhadap cairan tubuh seperti darah, air mani (sperma), cairan vagina, cairan anus, atau air susu dari payudara. Sebagian besar virus ini menular melalui hubungan seksual yang tidak aman atau tidak menggunakan kondom dan berganti-ganti pasangan. Virus HIV akan menginfeksi tubuh kita ke dalam 3 fase penyakit, yaitu fase akut, fase kronis, dan fase terjadinya kumpulan penyakit yang terjadi akibat sistem imun yang menurun yang disebut acquired immunodeficiency syndrome atau AIDS.

Pada fase akut, virus HIV menginfeksi sistem pertahan tubuh kita namun belum menimbulkan gejala. Pada fase kronis, akibat adanya penurunan sistem imun mulai terjadi penyakit-penyakit infeksi lain seperti batuk, diare, demam yang berlangsung lama, atau terjadinya infeksi menular seksual seperti kutil kelamin, herpes, atau luka pada alat kelamin yang berulang atau susah sembuh. Pada fase AIDS, penyakit-penyakit infeksi yang berulang dan sulit sembuh bahkan terkena organ dalam seperti paru-paru, saluran cerna, atau bahkan otak dapat menyebabkan tubuh tampak kurus hingga mengancam nyawa.

Selain hubungan seksual berganti-ganti pasangan dan tidak aman, penggunaan jarum suntik yang berulang dan tidak steril juga meningkatkan risiko terkena HIV. Untuk mendeteksi adanya HIV, dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah. Apabila memiliki aktivitas seksual yang berisiko (berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan kondom, berhubungan seksual dengan pekerja seks komersial), serta adanya riwayat menggunakan jarum suntik tidak steril, sebaiknya melakukan tes HIV segera sehingga dapat mengetahui status HIV dan dapat diobati dengan cepat dan terhindar dari kondisi AIDS. Jika mengalami keluhan pada kulit atau kelamin yang berhubungan dengan infeksi HIV, dapat melakukan pemeriksaan ke dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi atau Spesialis Kulit dan Kelamin. Dokter akan menyarankan pemeriksaan HIV bila terdapat kecurigaan adanya infeksi HIV dan dapat juga dilakukan secara mandiri (voluntir).

Tes HIV dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan terdekat seperti praktik dokter mandiri, puskesmas, rumah sakit daerah/swasta, atau pada lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menyediakan fasilitas kesehatan pemeriksaan HIV. Tidak hanya mendeteksi diri sendiri, tes HIV sebaiknya juga dilakukan bersama pasangan seksual agar dapat mengetahui status HIV diri sendiri dan pasangan, sehingga dapat menghindari penularan HIV kepada orang lain. Mari kenali penyakitnya, ketahui status HIV kita, dan obat segera bila terkena HIV. Hindari penyakitnya, bukan orangnya!

 

 

Referensi:

Quinn C, Wong V, Jamil MS, Baggaley RC, Johnson CC. Web Annex L. Symptom and risk-based screening to optimize HIV testing services: a scoping review. In: Consolidated guidelines on HIV testing services, 2019. Geneva: World Health Organization; 2020.

Dalcin D, Bogoch II. Point-of-care testing for HIV. CMAJ. 2018;190(18):1

Balamane M, Winters MA, Dalai SC, Freeman AH, Traves MW, Israelski DM, Katzenstein DA, Klausner JD. Detection of HIV-1 in Saliva: Implications for Case-Identification, Clinical Monitoring and Surveillance for Drug Resistance. Open Virol J. 2018;4:88-93.

Chiu YC, Ong J, Walker S, Kumalawati J, Gartinah T, McPhee DA, Dax EM. Photographed Rapid HIV Test Result Pilot Novel Quality Assessment and Training Schemes. PloS ONE. 2011;6(3):1-7.