Rabu, 26 April 2023 07:22 WIB

Eritroderma: Kemerahan yang Perlu Diwaspadai

Responsive image
4679
Dr. dr. Nyoman Suryawati, M.Kes, Sp.KK(K), FINSDV, - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Kulit memiliki banyak peran penting bagi manusia, diantaranya adalah sebagai pelindung dari paparan lingkungan luar (misal bakteri dan sinar matahari) dan juga sebagai pengatur suhu tubuh. Apabila terjadi gangguan pada struktur kulit (misal terjadi peradangan dan pengelupasan kulit secara berlebih) maka fungsinya juga akan terganggu. Salah satu gangguan peradangan dan pengelupasan pada kulit yang perlu diketahui adalah eritroderma.

Eritroderma adalah suatu peradangan yang ditandai dengan munculnya kemerahan pada kulit dan melibatkan hampir seluruh permukaan kulit. Pada kasus yang telah berlangsung lama, terkadang kulit berubah menjadi lebih gelap sehingga kemerahan tidak terlihat jelas. Terkadang penderita juga mengeluhkan adanya kulit yang mengelupas. Kondisi ini cukup langka dan umumnya menyerang pria dengan usia di atas 45 tahun. Di sisi lain, anak-anak jarang mengalami hal ini dan dilaporkan hanya menyumbang 0,1% kasus penyakit kulit pada anak.

Banyak hal yang dapat mencetuskan eritroderma, diantaranya adalah riwayat penyakit kulit yang telah ada sebelumnya dan reaksi alergi terhadap obat-obatan. Sekitar 40% kasus dicetuskan oleh reaksi alergi obat dan membuat hal ini menjadi penyebab tersering. Beberapa jenis obat yang sering dilaporkan sebagai penyebab adalah anti kejang, anti hipertensi, antibiotika, alopurinol, simetidin dan dapson.

Perlu dipahami bahwa kondisi ini merupakan suatu kondisi gawat darurat dan pada kasus berat diperlukan rawat inap. Pada dasarnya penanganan penyakit ini adalah untuk menemukan dan mengatasi penyebab dasar. Peradangan yang terjadi secara luas dan disertai pengelupasan kulit juga membuat pengaturan suhu tubuh penderita menjadi buruk sehingga diperlukan pengaturan suhu ruangan yang disertai dengan pemberian cairan agar penderita tidak mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Selain itu, penderita akan mendapatkan krim pelembab dan kortikosteroid. Pilihan terapi lainnya adalah terapi sinar dan obat yang menekan imun tubuh.

Beberapa penderita muncul dengan kondisi yang ringan dan tidak membutuhkan rawat inap, namun bila dijumpai penderita dengan dehidrasi, keterlibatan permukaan kulit yang sangat luas, dan demam tinggi, maka sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sebagian besar penderita mengalami kesembuhan, namun kondisi ini dapat kambuh, sehingga dibutuhkan kunjungan berulang untuk membantu mengatasi gejala bila muncul kembali. Perlu diingat bahwa eritroderma juga dapat menyebabkan kematian bila tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Maka dari itu, segera kunjungi dokter spesialis kulit dan kelamin terdekat untuk konsultasi jika kamu mengalami masalah ini.

 

 

Referensi :

Cuellar-Barboza, A., Ocampo-Candiani, J., & Herz-Ruelas, M. E. 2018. A Practical Approach to the Diagnosis and Treatment of Adult Erythroderma. Actas Dermo-Sifiliograficas. 109(9): 777–790.

Garza, L. 2019. Developmental biology of the skin. In Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, & Orringer JS (Eds.), Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York: McGraw Hill Education. 49-61.<!--[if supportFields]><![endif]-->

Maharani, S., & Setyaningrum, T. 2017. Profil Pasien Eritroderma (The Profile of Erythroderma Patients). Periodical of Dermatology and Venereology. 29(1): 44-51.

Mistry, N., Gupta, A., Alavi, A., & Gary Sibbald, R. 2015. A review of the diagnosis and