Selasa, 18 April 2023 13:10 WIB

Bagaimana Menggunakan Insulin (Insulin Kerja Panjang) : Fokus Pada Bagaimana Melakukan Pemantauan pada Insulin Basal

Responsive image
1891
Ida Bagus Aditya Nugraha - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Setelah sebelumnya kita mengenal dasar dasar dan ada salah satu jenis insulin yang biasa digunakan yaitu insulin basal, saat ini kita lebih terfokus pada pada teknis menggunakan insulin basal. Langkah pertama adalah menentukan dosis. Insulin basal dimulai dengan dosis kecil, dititrasi secara bertahap dan konsisten hingga tercapai target glukosa darah yang diinginkan. Umumnya dimulai dosis 10 UI /hari atau 0,15 – 0.2 unit / kg berat badan / hari pada pasien dengan fungsi hati dan ginjal normal  (18,21,24) Namun, karena adanya resistensi insulin pada DMT 2 sering diperlukan dosis  lebih tinggi untuk mencapai target glukosa darah yang diinginkan. Dalam penelitian The Treat-to-Target study yang menggunakan dosis awal glargine atau NPH human 10 unit / hari terungkap bahwa dosis harian rata-rata pada akhir penelitian adalah 0,48 unit / kg berat badan untuk glargine dan 0,42 unit / kg berat badan untuk NPH pada pasien yang tetap menggunakan satu atau dua obat diabetes oral selama penelitian.  Dosis ini setara dengan 40 unit / hari rata-rata pada pasien dengan berat badan 200-lb (90.7 kg).

Langkah selanjutnya adalah pemantauan dan titrasi dosis insulin. Meskipun insulin adalah pengobatan yang paling efektif untuk menurunkan glukosa, studi nasional di Amerika menunjukkan bahwa hanya setengah dari pasien dengan diabetes tipe 2 yang diobati dengan insulin mencapai A1C <7>

Penyesuaian atau titrasi dosis insulin basal selanjutnya terutama berdasarkan kadar glukosa darah puasa. Protokol yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan keadaan pasien masing-masing   termasuk gaya hidup, berat badan , komorbiditas , obat-obatan yang digunakan sebelumnya, kemampuan dan motivasi untuk melakukan pemantauan gula darah mandiri serta sumber daya lainnya yang tersedia. Terapi insulin harus selalu disertai dengan program edukasi yang menyeluruh bagi pasien untuk mencapai hasil optimal (20).  Dianjurkan untuk  melakukan pemeriksaan gula darah mandiri dan mencatatnya. Untuk penyesuaian atau titrasi dosis insulin basal selanjutnya, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan gula darah puasa setiap pagi dan mungkin lebih sering (3 – 4 kali perhari) bila diperlukan  untuk memantau kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Setiap 3 hari, jika glukosa darah puasa belum mencapai target yang ditentukan, misalnya kisaran 70-130 mg / dl, dosis insulin basal dapat ditambah 2 unit jika kadar glukosa relatif dekat target puasa (misalnya jika glukosa darah puasa adalah 130-180 mg / dl), atau 4unit jika glukosa darah puasa >180mg / dl. Jika terjadi hipoglikemia  (glukosa darah <70>

Penyesuaian atau titrasi dosis insulin basal dapat juga dilakukan seminggu sekali dengan berpedoman pada kadar glukosa darah puasa rata-rata dalam 1 minggu. Bila glukosa darah puasa  100 – 120, dosis insulin basal ditambah 2 UI, glukosa darah puasa 121 – 140 , dosis insulin basal ditambahkan 3 UI, glukosa darah 141 – 160 dosis insulin basal ditambahkan 4 UI dst. Dosis insulin basal diturunkan bila glukosa darah puasa <72>

Terapi kombinasi insulin basal dengan sulfonylurea masih dianjurkan dalam berbagai pedoman pengobatan. Diperlukan edukasi dan pemantauan glukosa darah  terhadap  kemungkinan risiko hipoglikemia pada terapi kombinasi tersebut.

Meskipun manfaat mencapai kontrol glikemik dalam jangka panjang  sangatlah penting, namun pencapaian ini tentunya bukan dalam hitungan jam atau hari. Penurunan glukosa darah yang terlalu cepat dilaporkan dapat menimbulkan perdarahan retinopati proliperatif dan rasa tidak nyaman pasien maupun bahaya hipoglikemia.

Jika glukosa darah puasa (GDP) sudah mencapai target yang diinginkan dengan terapi insulin basal namun glukosa darah postprandial (GDPP) masih tinggi, selanjutnya dapat dilakukan intensifikasi terapi insulin dengan rejimen yang lebih kompleks. Tujuan utama pengobatan adalah untuk mencapai target HbA1c yang telah ditentukan untuk masing-masing individu tanpa meningkatkan risiko hipoglikemia dengan memperbaiki kadar glukosa darah puasa dan post prandial secara bertahap. Insulin basal dengan suntikan sekali sehari merupakan pilihan yang efektif untuk memulai terapi insulin pada DMT2, terutama bila tahapan pengelolaan DM dengan perbaikan gaya hidup dan monoterapi metformin ataupun kombinasi beberapa obat oral lain tidak berhasil mencapai target HbA1c yang diinginkan , dengan cara memperbaiki kadar glukosa darah puasa. Semoga informasi yang diberikan bisa memberikan manfaat. Salam Sehat.

 

 

Referensi :

RR, Thorne KI, Farmer AJ, Davies MJ, Keenan JF, Paul S, et al. Addition of biphasic, prandial, or basal insulin to oral therapy in type 2 diabetes. N Engl J Med. 2007; 357:1716–1730. [PubMed]

Niswender K. Early and aggressive initiation of insulin therapy for type 2 diabetes: what is the evidence? Clin Diab. 2009;27(2):60-66.

Gumprecht J, Benroubi M, Borzi V, et al. IMPROVE Study Group Expert Panel. Intensification to biphasic insulin aspart 30/70 (BIAsp 30, NovoMix 30) can improve glycaemic control in patients treated with basal insulins: a subgroup analysis of the IMPROVE observational study. Int J Clin Pract. 2009;63(6):966-972.

Strojek K, Bebakar WM, Khutsoane DT, et al. Once-daily initiation with biphasic insulin aspart 30 versus insulin glargine in patients with type 2 diabetes inadequately controlled with oral drugs: an open-label, multinational RCT. Curr Med Res Opin. 2009;25(12):2887-2894.

Garber AJ, Wahlen J, Wahl T, et al. Attainment of glycaemic goals in type 2 diabetes with once-, twice-, or thrice-daily dosing with biphasic insulin aspart 70/30 (The 1-2-3 study). Diabetes Obes Metab. 2006;8(1):58-66.

Liebl A, Prager R, Binz K, et al. Comparison of insulin analogue regimens in people with type 2 diabetes mellitus in the PREFER Study: a randomized controlled trial. Diabetes Obes Metab. 2009;11(1):45-52.

Standards of Medical Care in Diabetes - 2014. Diabetes Care Volume 37, Supplement 1, January 2014

Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2011