Senin, 17 April 2023 10:15 WIB

Post Operative Delirium pada Lansia

Responsive image
740
Dr. Cynthia Dewi Sinardja, Sp.An, MARS, FCC - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Pembedahan pada lansia merupakan tindakan yang beresiko tinggi. Disamping terdapatnya penurunan fungsi normal tubuh dan adanya penyakit penyerta, dapat juga terjadi beberapa komplikasi setelah dilakukannya tindakan operasi, salah satunya adalah terjadinya delirium paska operasi

Apakah sebenarnya delirium itu? Delirium didefinisikan sebagai status mental yang berubah secara akut dan berfluktuasi dengan ciri-ciri kurangnya perhatian dan tingkat kesadaran yang berubah. Delirium merupakan gangguan akut perhatian dan kognisi pada orang tua yaitu mereka yang berusia 65 tahun atau lebih dan merupakan komplikasi umum tetapi sering tidak terdiagnosis pada orang tua setelah operasi besar dengan durasi panjang. Mengenali tanda delirium dan kriteria untuk menegakkan diagnosis delirium akan meningkatkan kemampuan petugas kesehatan untuk mendeteksi komplikasi ini.

Beberapa studi menyatakan adanya hubungan antara penurunan kognitif dengan agen anestesi dan pembedahan mayor pada populasi lansia. Penurunan kognitif ini diduga disebabkan oleh peradangan sel saraf sebagai hasil dari stress operasi, gangguan vaskular, ataupun percepatan dari penurunan kognitif dari pasien yang sebelumnya didiagnosa dengan gangguan neurodegeneratif, seperti demensia. Diantara pasien yang berusia ? 65 tahun, diperkirakan sekitar 65% mengalami delirium dan 10% mengalami penurunan kognitif jangka panjang setelah dilakukan pembedahan non jantung.

Ada beberapa faktor risiko terjadinya delirium pasca operasi. Faktor risiko dapat dipisahkan menjadi faktor risiko pasien dan jenis operasi. Faktor risiko pasien yang dapat berkembang menjadi delirium setelah operasi non-jantung termasuk demensia yang sudah ada sebelumnya, usia yang lebih tua, gangguan fungsional, komorbiditas yang lebih besar, dan gejala psikopatologis. Menilai semua faktor risiko sebelum operasi, demensia yang sudah ada sebelumnya tampaknya menjadi prediktor terkuat untuk terjadinya delirium pasca operasi (Dasgupta dan Dumbrell 2016)

Rekomendasi perioperatif yang diadopsi dari gaya hidup sehat, seperti pada panduan World Health Organization (WHO) untuk pengurangan risiko dari penurunan kognitif dan demensia merupakan strategi untuk meningkatkan masa pulih pasien yang menghadapi stress karena pembedahan dan anestesi. Rekomendasi ini berfokus pada aktivitas fisik, pengurangan penggunaan tembakau, nutrisi, dan manajemen hipertensi dan diabetes sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisiologis dan emosional untuk membantu pasien mentoleransi keadaan stress dari pembedahan. Terdapat beberapa faktor risiko perioperatif dan target untuk melakukan intervensi pada pasien geriatri dengan gangguan neurokognitif

American Geriatric Society, the European Society of Anesthesiologists, dan the UK’s National Institute for Health and Care Excellence semuanya merekomendasikan penggunaan monitor electroencephalogram (EEG) selama periode intraoperatif untuk mencegah pemberian obat anestesi yang berlebih terhadap pasien dengan risiko tinggi terjadinya delirium pascaoperasi. Strategi pencegahan dan target edukasi pada pelayanan kesehatan profesional mengenai delirium yaitu: Melakukan aktivitas fisik harian, peningkatan kualitas tidur, relaksasi yang cukup, mobilitas lebih awal setelah operasi, adaptasi terhadap gangguan penglihatan dan pendengaran, pemberian nutrisi dan cairan yang cukup, manajemen nyeri yang adekuat, penggunaan medikasi yang sesuai dan tidak berlebih, dan oksigenasi yang cukup.

 

 

Referensi :

Oh, E. S., Fong, T. G., Hshieh, T. T., & Inouye, S. K. (2017). Delirium in Older Persons. JAMA, 318(12), 1161. doi:10.1001/jama.2017.12067

Inouye, S. K., Westendorp, R. G., & Saczynski, J. S. (2014). Delirium in elderly people. The Lancet, 383(9920), 911–922. doi:10.1016/s0140-6736(13)60688-1 Butterworth JF. Morgan & Mikhail’s clinical anesthesiology. Sixth edition. Mackey DC, Wasnick JD,

Marcantonio, E. R. (2017). Delirium in Hospitalized Older Adults. New England Journal of Medicine, 377(15), 1456–1466. doi:10.1056/nejmcp1605501