Senin, 17 April 2023 10:14 WIB

Penanganan Jalan Napas pada Pasien Trauma Inhalasi

Responsive image
3827
Dr. Tjahya Aryasa EM, Sp.An, KAO - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Luka bakar wajah dapat menyebabkan trauma inhalasi dan membutuhkan tatalaksana yang lebih kompleks; ditandai oleh luka bakar di daerah wajah dan leher, bulu-bulu alis dan hidung yang terbakar, suara napas yang terdengar saat menarik napas, mengi, dan produksi dahak meningkat yang dapat menyebabkan hambatan jalan napas, paru paru tidak mengembang, yang dapat mengakibatkan kematian. Trauma inhalasi merupakan penyebab utama kematian yang sering pada korban kebakaran di ruang tertutup.

Pada pasien yang disebabkan oleh asap, keterangan lengkap detail kejadian perlu digali seperti lama paparan dan banyaknya asap yang terhirup. Keterangan rinci sering kali tidak atau sulit didapat. Informasi penting sehubungan dengan tempat kejadian termasuk berapa banyak dan seberapa parah korban lainnya, terutama korban dengan kehilangan kesadaran atau bahkan korban meninggal ditempat akan dapat. Selain itu, terjebak api di tempat tertutup, waktu terjebak yang cukup lama, adanya air liur atau dahak yang mengandung jelaga. Jelaga karbon biasanya tidak beracun, namun jelaga ini mungkin mengandung racun-racun lainnya yang mungkin menempel pada permukaan jalan nafas.

Bagaimana bisa terjadi cedera dan apa penyebabnya?

Mekanisme terjadinya cedera akibat panas dikarenakan kedalaman cedera termal terkait dengan suhu kontak, durasi kontak dengan sumber, serta ketebalan kulit karena penghantaran panas kulit rendah, sebagian besar luka termal melibatkan lapisan kulit teratas. Penyebab tersering paparan akibat api, cairan suhu ekstrim panas, objek solid suhu ekstrim panas, dan uap panas. Trauma inhalasi pada cedera thermal menyebabkan masalah pada saluran napas bagian atas seperti pembengkakan jalan napas, gagal napas akut, iritasi, atau cedera akibat bahan kimia mulai dari jelaga, keracunan karbonmonoksida (CO), dan gas-gas lainnya seperti sianida, sehingga dapat terjadi kematian dini.

Komplikasi tersering akibat trauma inhalasi adalah gagal napas. Trauma luka bakar di salauran napas atas akan menyebabkan pembengkakan dan penyempitan jalan napas 12-24 jam setelah cedera. Oleh karena itu pengelolaan jalan napas dan fungsi pernapasan perlu dievaluasi. Pasien dengan kerurigaan trauma inhalasi saluran napas bagian atas harus diobservasi berulang, dan segera dilakukan pemasangan selang bantuan napas apabila terdapat hambatan aliran napas. Tatalaksana trauma inhalasi saluran napas bagian bawah dengan pemberian oksigen aliran tinggi yang menggunakan masker oksigen, tindakan pemasangan selang bantuan napas ditujukan agar cairan dari paru paru dapat dibersihkan dan meningkatkan konsentrasi oksigen. Pemantauan saluran napas secara rutin akan adanya kemungkinan keracunan secara sistemik ke bagian tubuh yang lain.

 

 

Referensi :

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana luka bakar; 2019 .

Klarisa C, Bangun K. Luka bakar. In: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita selekta Indonesia. 4th ed. Vol 1. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. p. 251-6.

Rice Phillip L, MD. Emergency Care of Moderate and Severe Thermal Burns in Adult. UptoDate 2021.

World Health Organization. Burns [Internet]. 2018 [cited 2022 October 11]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/burns.