Selasa, 04 April 2023 13:12 WIB

Foot Abduction Brace (FAB) Bukan Alat Koreksi

Responsive image
1306
Ardian Fatkur Rohman,S.Tr - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Metode yang paling banyak digunakan dalam penanganan clubfoot khususnya pada anak-anak, adalah metode Ponseti. Metode ini dikembangkan oleh Prof. Ignacio Ponseti dari Universitas Iowa, Amerika Serikat. Tujuan terapi clubfoot dengan metode Ponseti adalah mendapatkan kaki yang plantigrade, ?eksibel, bebas nyeri, bisa memakai sepatu normal, berfungsi baik, dan tampak seperti normal. Dalam penanganan dengan metode Ponseti ini, Ortotis Prostetis berperan untuk menyediakan ortosis berupa brace yang disebut foot abduction brace (FAB).

Metode pengobatan Ponseti untuk clubfoot idiopatik pada anak-anak terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap koreksi dan tahap mempertahankan koreksi. Tahap koreksi alias corrective phase dilakukan melalui terapi manipulasi dan serial casting (gips) untuk memperbaiki kelainan bentuk cavus, adductus dan varus di kaki dan pergelangan kaki. Tindakan terapi manipulasi dan serial casting biasanya diikuti tindakan tenotomi tendon achilles pada sebagian kasus, untuk memperbaiki equinus di sendi pergelangan kaki. Sedangkan tahap selanjutnya adalah mempertahankan koreksi atau biasa disebut maintenance/bracing phase yaitu dengan penggunaan clubfoot brace/foot abduction brace (FAB), untuk mempertahankan koreksi dan mencegah terjadinya relaps (kambuh). Brace digunakan hanya setelah kaki diperbaiki secara lengkap dan penuh.

Karena dalam penanganan clubfoot/CTEV dengan metode Ponseti diwajibkan untuk menyediakan brace yang bekerja efektif, murah dan dapat diproduksi lokal. Sebagai seorang Ortotis yang baik harus memahami bahwa ada 4 hal mendasar yang harus diperhatikan dalam menyediakan brace yang berkualitas baik, antara lain:

1. Mempunyai hasil uji coba klinis yang baik.

Hasil penggunaan Foot Abduction Brace di RSO Prof Dr R Soeharso Surakarta dapat dikategorikan baik, karena tingkat keberhasilan penanganan clubfoot/CTEV di RSO Prof Dr R Soeharso Surakarta mencapai lebih dari 90%.

2. Efek Biomekanis pada kaki anak saat menggunakan brace.

Clubfoot brace terdiri atas sepatu yang dibuat khusus yang melekat pada bar/batang yang memisahkan kaki selebar bahu, dalam posisi abduksi dan dorsi?eksi. Kenapa posisi bar yang memisahkan kaki harus selebar bahu? Alasan utamanya adalah posisinya terasa lebih nyaman dan mencegah terjadinya deformitas pada sendi lutut dan sendi panggul. Sedangkan posisi abduksi kaki dengan sudut 60-70 derajat diperlukan untuk mempertahankan abduksi calcaneus dan forefoot serta mencegah kekambuhan (relaps).

Dengan brace, lutut tetap bebas bergerak, sehingga anak dapat ”menendangkan” kaki ke depan secara bersamaan sehingga dapat meregangkan otot gastrosoleus. Abduksi kaki dalam brace, ditambah dengan bar yang sedikit melengkung (10-15 derajat), akan membuat kaki dorso?eksi. Hal ini membantu mempertahankan regangan pada otot gastrocnemius dan tendo achilles.

3. Fungsionalitas brace.

Dalam penanganan clubfoot/CTEV harus dipahami bahwa FAB bukan merupakan alat koreksi, tetapi FAB merupakan alat untuk mempertahankan koreksi agar tidak terjadi kekambuhan. Koreksi dalam clubfoot dilakukan oleh dokter spesialis ortopedi melalui tindakan terapi manipulasi dan serial casting yang terkadang diikuti tindakan tenotomy tendon achilles. Meskipun koreksi telah tercapai secara lengkap dan penuh, tetapi peran dari penggunaan brace tidak dapat dikesampingkan karena tanpa penggunaan brace yang baik maka kemungkinan kambuhnya mencapai 90%.

4. Peningkatan Ketaatan Pasien dan Keluarga

Saat penggunaan brace maka perlu dijelaskan kepada orang tua, keluarga dan caregiver bahwa tanggung jawab perawatan CTEV pada anak beralih dari tenaga kesehatan di rumah sakit menjadi tanggung jawab kedua orang tua dan keluarga. Karena waktu yang dihabiskan anak paling banyak untuk menjalankan protokol penggunaan brace adalah di rumah bersama dengan orang tua dan keluarga.

Protokol pemakaian brace di RSO adalah dipakai selama 23 jam dalam 4 bulan pertama semenjak gips terakhir dilepas. Brace hanya dilepas saat mandi dan mengganti popok. Setelah itu anak harus memakai brace selama 16 jam. Pembagian

waktunya adalah 12 jam pada malam hari dan 4 jam pada saat siang hari terutama saat anak tidur. Brace dipakai sampai anak berusia 4 tahun.

Dalam situs Ponseti International disebutkan bahwa tingkat relapse berdasarkan usia penghentian penggunaan clubfoot brace adalah: tahun pertama 90%, tahun kedua 70–80%, tahun ketiga 30–40%, tahun keempatadalah 6%. Maka ketaatan orang tua dalam memakaikan brace sesuai dengan durasi waktu yang dianjurkan dan posisi yang benar menjadi faktor kunci dalam keberhasilan terapi. Karena itu komunikasi dengan orang tua harus dapat terjalin dengan baik, agar mereka memahami cara memakaikan brace dengan benar sehingga dapat meningkatkan ketaatan pemakaian brace.

 

“You’re Child is Perfect, We only have to straighten her little feet”

 

Referensi :

Alves, C., 2019; Bracing in clubfoot: do we know enough?, Serviço de Ortopedia Pediátrica  do Hospital Pediátrico – CHUC, EPE, Coimbra, Portugal

Staheli, Lynn. 2009; Clubfoot: Ponseti Management; Third Edition, Global HELP, USA.

Sumber foto : Humas-RSO