Selasa, 04 April 2023 11:24 WIB

Peran Apoteker dalam Penatalaksanaan Mixed Pain (Nyeri Campuran)

Responsive image
913
apt. Hani Sopiani, S.Farm - Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Nyeri campuran merupakan nyeri dengan campuran fatofisiologi yang mendasarinya seperti nyeri nosiseptif dan neuropatik yang memiliki bagian sendiri saat terjadinya nyeri tersebut. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang diawali dengan kerusakan jaringan akibat rangsangan termal mekanik atau kimia yang berbahaya, sedangkan sistem saraf yang terkait masih bekerja dengan baik. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang disebabkan oleh lesi primer atau disfungsi dalam sistem saraf.

Berdasarkan waktu durasi, nyeri dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut berlangsung dalam waktu kurang dari 3 bulan secara mendadak akibat trauma atau inflamasi, dan tanda respon simpatis. Nyeri kronis apabila nyeri lebih dari 3 bulan, hilang timbul atau terus menerus dan merupakan tanda respon parasimpatis. Pasien dengan mixed pain biasanya telah mengalami nyeri kronis.

Berbagai jenis nyeri yang dikategorikan sebagai nyeri campuran antara lain Low Back Pain (LBP), nyeri pada kanker, nyeri pasca operasi, dan nyeri osteoarthritis. Kondisi-kondisi tersebut memiliki karakteristik tipe nyeri yang saling tumpang tindih. Meskipun demikian, terapi terhadap berbagai jenis nyeri campuran harus disesuaikan dengan sifat dari penyakitnya.

Secara umum mixed pain atau nyeri campuran merupakan kasus yang berbeda. Adanya unsur dari masing-masing nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik membuat mixed pain memerlukan pendekatan yang berbeda seperti diagnosis dan tatalaksana. Oleh karena itu penting juga untuk mengetahui tatalaksana pada beberapa kasus di mana pengobatan mixed pain atau nyeri campuran lebih diutamakan dibanding mentatalaksana penyakit itu sendiri.

Penatalaksanaan Mixed Pain (Nyeri Campuran)

Nyeri campuran pada umumnya adalah nyeri kronis yang memerlukan penggunaan obat dalam waktu lama. Intensitas nyeri satu jenis penyakit nyeri dengan jenis lainnya dapat bervariasi, sehingga terapi nyeri perlu dilakukan secara individual. Adapun prinsip tatalaksana nyeri secara umum adalah berdasarkan WHO Step Ladder for Pain Management, dimana pemilihan obat nyeri harus disesuaikan dengan intensitas nyerinya. Konsep ini bisa diterapkan untuk nyeri kanker dan non kanker akut dan kronis, seperti  degeneratif, penyakit muskuloskeletal, gangguan nyeri neuropatik  termasuk nyeri campuran

WHO Step Ladder, terdiri dari tiga langkah :

1.    Langkah pertama

Nyeri ringan, dapat digunakan analgetik non-opioid seperti obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)

2.    Langkah kedua

Nyeri sedang dapat digunakan opioid lemah, contohnya tramadol, codein.

3.    Langkah ketiga

Nyeri parah dan pesisten, dapat digunakan opioid kuat seperti morfin, fentanyl.

Terapi untuk low back pain (LBP) menggunakan pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis. Untuk terapi farmakologis  menggunakan parasetamol dan obat golongan anti inflamasi nonsteroid yang direkomendasikan adalah natrium diklofenak. Sedangkan pendekatan nonfarmakologis adalah dengan terapi psikologis, terapi rehabilitasi dan pemijatan. Terapi farmakologis untuk nyeri pada kanker dengan menggunakan analgetik dan obat anti inflamasi nonsteroid, dimana tujuan utama pengobatan nyeri pada pasien kanker adalah peningkatan kualitas hidup dengan cara menurunkan intensitas nyeri yang diderita.

Pasien yang menjalani operasi biasanya mengalami nyeri pasca operasi dengan intensitas nyeri ringan sampai berat. Pilihan terapi untuk nyeri pasca operasi sangat bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan kondisi pasien. Penggunaan parasetamol, antiinflamasi nonsteroid, gabapentin dan pregabalin bisa digunakan sebagai salah satu komponen dalam terapi dengan farmakologis. Terapi yang rasional untuk nyeri osteoarthritis bisa bertahap mulai dari yang ringan hingga berat. Osteoarthritis yang ringan dapat diterapi dengan nonfarmakologis seperti olahraga dan penurunan berat badan dan juga menggunakan obat-obat analgesik dan antiinflamasi seperti parasetamol atau ibuprofen. Untuk Osteoarthritis sedang terapi dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan kombinasi glucosamine dan chondroitin. Apabila selama 3 bulan sudah ada perbaikan maka pengobatan ini bias dihentikan. Osteoarthritis yang berat memerlukan terapi yang termonitor seperti penggunaan kortikosteroid injeksi hingga pilihan terakhir dengan operasi.

Peran Apoteker Dalam penatalaksanaan Mixed Pain (Nyeri Campuran)

Apoteker dapat membantu pasien menggunakan terapi nyeri dengan benar. Prinsip pada penatalaksanaan nyeri kronis adalah:

  1. Menggunakan sediaan oral bila memungkinkan
  2. Digunakan secara rutin dan teratur, bukan hanya bila perlu atau bila sakit. Tujuan tatalaksana nyeri kronis adalah mencegah nyeri timbul, jadi jangan menunggu nyeri datang
  3. Analgetik harus digunakan sesuai dengan intensitas nyeri, dan dievaluasi dengan skala keparahan nyeri.
  4. Terapi bersifat individual (termasuk dosis) mengatasi masalah pasien.

Dengan demikian tidak ada dosis standar dalam pengobatan nyeri, dan dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Hal ini menjadi tantangan terbesar dalam pengobatan nyeri, karena dosisnya harus terus disesuaikan dengan pasien, dengan menyeimbangkan efek analgetik yang diinginkan dan kemungkinan terjadinya efek samping. Untuk itu apoteker dapat membantu memantau intensitas nyeri pasien, apakah penggunaan obat sudah dapat mencapai target pengurangan atau penghilangan nyeri. Jika pasien belum mencapai target bebas nyerinya dan memerlukan obat-obat yang lebih tinggi seperti golongan narkotik, segera rujuk ke dokter untuk mendapatkan resep yang sesuai. Selain itu, pemantauan efek samping juga sangat penting, karena obat-obat golongan anti inflamasi nonsteroid (NSAID) sering dikaitkan dengan efek samping gastrointestinal. Hal ini diperlukan edukasi kepada pasien terkait  efek-efek yang tidak diinginkan akibat pemakaian obat-obatan. Serta selalu menyarankan kepada pasien untuk melaporkan kepada apoteker atau dokter jika ada hal-hal yang terjadi akibat dari efek samping obat.

 

Referensi :

Anekar, A.A., Cascella, Marco. (2022). WHO Analgesic Ladder . National Library of Medicine.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554435 [Diakses pada tanggal 2 Maret 2023 pukul 08.30]

Sinda, T.I., Kati, R.K., Pangemanan, D.M., Sekeon, S.A, (2018). Mixed Pain. Jurnal Sinaps, Vol. 1 (3) : 59-69

Raja,S.N., Carr,DB., Cohen, M, et al (2020). The Revised IASP definition of pain: concepts, challenges, and compromises. Pain. 161 (9) : 1976 -1982. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7680716  [Diakses pada tanggal 1 Maret 2023 pukul 09.00]

Sumber Gambar : https://flexfreeclinic.com/artikel/detail/355?title=terapi-nyeri-otot-dan-sendi