Selasa, 28 Maret 2023 13:00 WIB

Konstipasi

Responsive image
9703
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Konstipasi (sembelit) adalah gangguan pencernaan akibat penurunan kerja usus dimana masalah pencernaan ini ditandai dengan keluhan susah buang air besar atau BAB tidak lancar dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, konstipasi dapat diartikan dengan BAB yang tidak teratur, yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu. Meski begitu, frekuensi buang air besar akan berbeda pada setiap orang. Beberapa orang mungkin buang air besar beberapa kali dalam sehari, sedangkan lainnya BAB satu sampai dua kali seminggu. Kondisi ini sering kali dipicu oleh pola makan yang tidak mengonsumsi cukup serat.

Buang air besar merupakan tahap terakhir dari proses pencernaan. Dalam sistem pencernaan manusia, sisa makanan yang dikonsumsi bergerak melalui usus kecil ke usus besar. Setelah air dan nutrisi yang diperlukan tubuh diserap dalam usus besar, sisa makanan tersebut lalu dikeluarkan melalui anus sebagai tinja. Frekuensi buang air besar pada setiap orang bisa berbeda-beda. Normalnya, frekuensi buang air besar adalah 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu. Pada penderita konstipasi, tinja menjadi kering dan keras sehingga sulit dikeluarkan dari anus. Akibatnya, frekuensi BAB menjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu.

Penyebab Konstipasi

Konstipasi terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam usus besar atau tidak bisa keluar secara efektif dari rektum. Akibatnya, tinja menjadi keras dan kering sehingga lebih sulit dikeluarkan. Beberapa penyebabnya adalah:

1. Penyumbatan di usus besar atau rektum

 Penyumbatan di usus besar atau rektum dapat memperlambat    atau menghentikan pergerakan tinja. Penyebabnya antara lain:

  • Robekan kecil di kulit sekitar anus (fisura ani) 
  • Penyumbatan di usus (obstruksi usus)
  • kanker usus besar
  • Penyempitan usus besar
  • Kanker di perut yang menimbulkan tekanan pada usus besar
  • Kanker rektum
  • Rektum menonjol dari dinding belakang vagina

2. Gangguan saraf di sekitar usus besar dan rektum

Gangguan saraf dapat menghambat kerja otot usus besar dan rektum dalam mendorong tinja. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh:

  • Kerusakan saraf yang mengendalikan fungsi tubuh (neuropati otonom)
  • Penyakit parkinson
  • Cedera saraf tulang belakang
  • Stroke
  • Multiple sclerosis

3. Gangguan pada otot panggul

Gangguan pada otot panggul yang berfungsi membantu proses buang air besar bisa menyebabkan sembelit kronis. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan kontraksi atau melemahnya otot panggul.

4. Gangguan hormon

Beberapa jenis hormon berfungsi menyeimbangkan cairan tubuh. Bila terjadi gangguan pada hormon tersebut, keseimbangan cairan tubuh juga terganggu sehingga memicu terjadinya konstipasi. Beberapa penyebabnya adalah :

  • Diabetes
  • Hiperparatiroidisme
  • Kehamilan
  • Hipotiroidisme

Faktor Risiko Konstipasi

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko konstipasi pada orang dewasa, yaitu:

  • Pertambahan usia
  • Jenis kelamin wanita, terutama ketika hamil dan setelah melahirkan
  • Dehidrasi
  • Pola makan rendah serat
  • Kurang aktif bergerak
  • Efek samping obat, seperti obat pencahar, antasida, antikejang, antidepresan, antagonis kalsium, diuretik, suplemen besi, dan obat untuk penyakit Parkinson
  • Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi 
  • Menahan keinginan untuk buang air besar 
  • Pernah menjalani operasi perut atau panggul

Sementara pada bayi dan anak-anak, konstipasi dapat dipicu oleh beberapa faktor berikut:

  • Kurang minum dan konsumsi makanan berserat
  • Khawatir atau cemas terhadap sesuatu, misalnya pindah rumah, pertama kali masuk sekolah, atau kelahiran adik baru
  • Cemas atau tertekan saat berlatih buang air besar di kamar mandi

Gejala Konstipasi

Konstipasi dapat ditandai dengan sejumlah gejala berikut:

  • Frekuensi buang air besar (BAB) lebih jarang dari biasanya atau kurang dari 3 kali dalam seminggu
  • Tinja sulit keluar
  • Nyeri ketika BAB
  • Harus mengejan saat BAB
  • Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal
  • Buang air besar terasa tidak tuntas
  • Sensasi mengganjal di rektum (bagian akhir usus besar)
  • Perut kembung
  • Mual
  • Kram atau sakit di perut
  • Perlu bantuan untuk mengeluarkan tinja, seperti menekan bagian perut atau menggunakan jari untuk mengeluarkan tinja dari anus

Penanganan Konstipasi

Pengobatan konstipasi bertujuan untuk mempercepat gerakan tinja di dalam usus agar lebih mudah dan lebih teratur dikeluarkan. Metode pengobatannya antara lain:

1. Perubahan gaya hidup

Penanganan pertama konstipasi adalah dengan mengubah pola makan atau gaya hidup yang sehat seperti minum air putih, rutin olah raga, makan sayur dan buah

2. Penggunaan obat-obatan

Jika perubahan gaya hidup tidak dapat mengatasi sembelit, dokter akan meresepkan obat pencahar

3. Latihan otot panggul

Jika diperlukan, pasien juga dapat melatih otot panggul untuk mempermudah BAB.  Latihan yang bisa dilakukan adalah terapi biofeedback, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam rektum untuk mengukur ketegangan otot rektum.

Pada latihan ini, pasien akan dituntun untuk mengencangkan atau mengendurkan otot panggul dengan bantuan suara atau lampu. Suara atau lampu ini akan memberi tanda saat otot telah mengendur.

4. Operasi

Untuk mengatasi konstipasi akibat obstruksi usus, robekan pada anus (fisura ani), atau prolaps rektum, dokter akan melakukan prosedur operasi. Operasi juga dilakukan bila konstipasi disebabkan oleh kanker pada usus besar, rektum, atau anus.

 

Referensi :

Intan Klaudina, dkk, 2019, Hubungan asupan serat makanan dan cairan dengan kejadian konstipasi fungsional pada remaja di SMA kesatrian Semarang, jurnal kesehatan masyarakat, Universitas Diponegoro Semarang

Cleveland Clinic (2019). Disease & Conditions. Constipation.

WebMD (2021). What is Constipation?Jani, B., & Marsicano, E. (2018). Constipation: Evaluation and Management. Missouri medicine, 115(3), pp. 236–240.

National Health Service UK (2020). Health A to Z. Constipation in Children.

National Institute of Health (2018). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Constipation.

National Health Service UK (2020). Health A to Z. Constipation in Children.

National Institute of Health (2018). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Constipation.