Selasa, 21 Maret 2023 09:54 WIB

Bukan Hipertensi Biasa

Responsive image
2709
 dr. Rindayu Yusticia Indira Putri - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kata yang sudah familiar di tengah masyarakat. Terutama pada kelompok pasien dengan usia di atas 50 tahun. Sudah menjadi langganan pengobatan bagi pasien usia tersebut untuk mengkonsumsi obat-obat hipertensi

Namun saat seorang pasien dengan usia yang relatif muda di bawah 40 tahun, ternyata memiliki hipertensi maka pertanyaan-pertanyaan mulai berdatangan.

Ada apa, kok masih muda sudah hipertensi?

Pertanyaan yang kerap ditujukan pada pasien-pasien itu. Faktanya ada jenis lain dari hipertensi karena ‘usia’ yang perlu kita kenal, yaitu yang disebut dengan hipertensi sekunder. Hipertensi jenis ini juga memiliki dampak dan akibat yang sama seriusnya dengan hipertensi karena ‘usia’ atau dalam istilah medis dikenal dengan hiperensi primer atau esensial.

Hipertensi sekunder perlu untuk dikenal oleh masyarakat, karena dengan mendeteksi penyakit tersebut dan mengobatinya hingga tuntas maka dapat mencegah komplikasi serius yang bisa terjadi pada pasien. Berbeda dengan hipertensi esensial yang seringkali tidak terdapat penyebab yang jelas tentang asal muasalnya, maka sering disebut hipertensi karena ‘usia’. Hipertensi sekunder memiliki penyebab asal yang mendasari terjadinya peningkatan tekanan darah pada pasien. Hipertensi sekunder didefinisikan ketika seorang pasien dibawah usia 40 tahun mengalami hipertensi dengan sistolik di atas 160 mmHg dengan penyebab primer yang bisa diidentifikasi. Artinya ketika penyebab primer tersebut diobati dengan baik, maka hipertensi sekunder itu juga akan hilang. Dengan kata lain hipertensi sekunder adalah meningkatnya tekanan darah karena efek atau dampak dari penyakit lain.

Penyebab yang paling sering dan terkadang tidak terdeksi adalah masalah penyempitan pembuluh darah ginjal atau stenosis arteri renalis. Penyakit ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah yang tidak mereda dengan pemberian obat hipertensi. Selain itu penyakit gagal ginjal kronis juga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sekunder. Di luar masalah ginjal, hipertensi sekunder dapat terjadi pada pasien dengan gangguan hormon, seperti hipertiroid dan kelainan kelenjar adrenal. Sehingga perlunya dilakukan evaluasi yang mendalam dan multidisiplin untuk mendapatkan penyebab dari hipertensi sekunder ini agar pasien dapat terobati dengan baik.

Ketika terdapat kecurigaan ke arah masalah hipertensi sekunder, seperti usia pasien yang relatif muda untuk mengalami hipertensi, tekanan darah yang masih tinggi setelah konsumsi obat anti-hipertensi, maka perlu dilakukan evaluasi yang lebih mendalam untuk mendeteksi masalah ini sejak dini sebelum pasien mengalami komplikasi dari hipertensi seperti gagal jantung dan penyakit jantung koroner.

 

Referensi :

NCD Risk Factor Collaboration (NCD-RisC). Worldwide trends in hypertension prevalence and progress in treatment and control from 1990 to 2019: a pooled analysis of 1201 population-representative studies with 104 million participants. Lancet. 2021 Sep 11;398

Chow CK, Gupta R. Blood pressure control: a challenge to global health systems. Lancet. 2019 Aug 24;394(10199):613-615.

Sumber gambar: Kompas Health