Kamis, 09 Maret 2023 10:27 WIB

Penanganan Neuropati Perifer Akibat Penggunaan OBAT Isoniazid dengan Vitamin B6 atau Piridoksin

Responsive image
2643
apt. Drajat Ramdani Dipraja, S.Farm - Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Penggunaan obat antituberkulosis (OAT) pada pasien memiliki beberapa efek samping obat. Salah satu OAT yang menyebabkan efek samping neuropati yaitu obat isoniazid. Meskipun kejadian neuropati jarang terjadi, namun dokter tetap harus waspada akan adanya efek samping tersebut. Kejadian neuropati pada pasien dapat terjadi pada penggunaan obat isoniazid jangka panjang dan dosis tinggi. Faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian neuropati yaitu pasien lansia, status acetylator yang lambat, diabetes, gagal ginjal, minum alkohol, malnutrisi, infeksi HIV, gangguan fungsi hati dan kehamilan.

Neuropati merupakan penyakit atau gejala gangguan pada saraf di tubuh manusia. Gejala yang dirasakan dapat berupa nyeri, kesemutan dan kram otot. Neuropati yang ditimbulkan oleh isoniazid yaitu neuropati perifer dengan gejala awal yang dirasakan pasien yaitu kesemutan pada kaki, tangan hingga jari-jari tangan. Lalu semakin lama penggunaan isoniazid, pasien akan merasakan sensasi terbakar dan nyeri pada bagian kaki dan tangan. Pada dua minggu pertama penggunaan isoniazid, jarang ditemukan pasien dengan gejala neuropati yang berat, namun semakin lama pasien akan mengalami gangguan neuropati meskipun tanpa faktor risiko yang lain. Pada kasus berat, penggunaan isoniazid yang terus menerus atau dosis tinggi dapat mengurangi kadar vitamin B6 atau piridoksin di dalam tubuh sehingga menghambat produksi gamma-aminobutyric acid (GABA) yang dapat berisiko mengalami seizure atau kejang-kejang.

Isoniazid dapat mempercepat terjadinya neuropati perifer, oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan efek samping tersebut setelah pasien memulai pengobatan dengan isoniazid. Jika pasien mengalami gejala neuropati perifer, maka perlu dilakukan penurunan dosis isoniazid dan/atau pemberian vitamin B6 atau piridoksin dosis tinggi yaitu 50 mg tiga kali sehari pada pasien dewasa dan 50 mg sehari sekali pada pasien anak. Sedangkan untuk pencegahannya, pasien dapat diberikan vitamin B6 atau piridoksin dosis rendah yaitu 10 mg sehari sekali pada pasien dewasa dan anak dengan berat badan 5 kg keatas sedangkan pada pasien dengan berat badan dibawah 5kg diberikan 5 mg sehari sekali. Lama penggunaan vitamin B6 untuk pencegahan neuropati karena isoniazid dapat dihentikan jika pengobatan dengan isoniazid sudah selesai. Sedangkan lama penggunaan vitamin B6 untuk pengobatan neuropati karena isoniazid rata-rata diberikan selama 3 minggu, lalu dilanjutkan dosis pencegahan hingga pengobatan selesai. Oleh karena itu, pada pasien yang sedang melakukan pengobatan dengan isoniazid disarankan untuk tetap mengkonsumsi vitamin B6 atau piridoksinnya untuk mencegah atau mengurangi efek samping neuropati dari obat isoniazid.

 

Referensi :

Badrinath M, John S. 2022. Isoniazid Toxicity. StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531488/

Steichen O, Martinez LA, Broucker TD. 2006. Isoniazid induced neuropathy: consider prevention. PMID: 16788441 DOI: 10.1016/s0761-8425(06)71480-2

Zaoui A, Abdelghani A, Ben Salem H, Ouanes W, Hayouni A, Khachnaoui F, Rejeb N, Benzarti M. 2012. Early-onset severe isoniazid-induced motor-dominant neuropathy: a case report. Eastern MediterraneanHealth Journal.

Sumber gambar : https://ocwellnessphysicians.com/peripheral-neuropathy/ dan https://piedmontpmr.com/wp-content/uploads/2017/10/PeripheralNeuropathy3.jpg