Senin, 06 Maret 2023 08:11 WIB

Malunion Supracondylar Femur Sinistra

Responsive image
3771
Annisa Rizki Maharani, S.Ked - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung. Berbagai penelitian di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia menunjukkan bahwa resiko terjadinya patah tulang tidak hanya ditentukan oleh densitas massa tulang melainkan juga oleh faktor- faktor lain yang berkaitan dengan kerapuhan fisik dan meningkatnya resiko untuk jatuh

Komplikasi yang menghambat terjadinya penyambungan tulang adalah infeksi pada fraktur tertutup dapat terjadi karena penolakan terhadap internal fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya delayed union, nonunion, malunion, avascular necrosis, dan shortening.

Malunion adalah suatu keadaan tulang patah yang telah mengalami penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal (posisi buruk).Malunion terjadi karena reduksi yang tidak akurat atau imobilisasi yang tidak efektif dalam masa penyembuhan.

Tiga keadaan malunion batang femur yangmemerlukan operasi adalah 1) terdapat tumpang tindih (overlap) lebih dari 5 cm, 2) terdapat angulasi antara fragmen fraktur lebih 15 derajat, 3) terdapat rotasi antara kedua fragmen fraktur lebih dari 45 derajat dengan ada atau tidak ada angulasi.

Pasien adalah seorang laki- laki berusia dengan keluhan utama terdapat benjolan pada lurtut bagian kiri setelah sebelumnya mengalami kecelakaan dan telah menjalani operasi tiga bulan sebelum datang ke Rumah Sakit Ortopedi Dr. Soeharso Surakarta.

Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan benjolan pada lutuh sebelah kiri, pasien datang dengan hemodinamik yang stabil, tidak ditemukan kelainan pada paru- paru, jantung dan organ lainnya. Pada regio femur kanan tampak pemendekan bila dibandingkan dengan paha kanan.

Tindakan operatif telah dilakukan sebelumnya dengan pemasangan eksternal fiksation pada tungkai bawah pasien. Namun, untuk paha bagian atas pada pasien belum dilakukan tindakan sama sekali. Setelah dilakukan evaluasi pasien akan dilakukan evaluasi menggunakan foto polos os femur didapatkan tampak diskontinuitas/ fracture completa intercondylar ossis femur tampak internal fiksasi screw dan plate. Kemudian dilakukan foto polos 2 posisi genue didapatkan bahwa gambaran malunion fracture supracondylar ossis femur sinistra dengan posisi anteroposterior dan os femur pars tertia distaltampak diskontinu/ fracture completa supracondylar ossis femur, os fibula proximal, os tibia aspek proximal tak tampak diskontinuitas/fracture dalam posisi lateral. Kesimpulan pemeriksaan tersebut adalah fracture completa supracondylar ossis femur sinistra dengan internal fiksasi plate and screw.

 

Referensi:

Arif Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Departemen            Kesehatan Republik. (2013). Latar Belakang Fraktur Femur. Retrivied : 20-12- 2013. From http :// Depkes.go.id

Helmi, N.Z, (2012). Buku Ajar            Gangguan

Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2011). Medical Surgical Nursing           : Assessment And Managemen Of Clinica Problems (8thed). USA : Elsevier Mosby.

Price, S. A., & Wilson, M. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Sjamsuhidayat. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakartab: EGC

WHO. (2011). Latar Belakang Fraktur Femur. Retrivied : 06-06-2011. From: www. Academia. Edu myelopathy.    Clinical spine surgery, 29(10), 408-414