Selasa, 28 Februari 2023 15:29 WIB

Nakes Tetap Etis di Era Maraknya Konten Eksis

Responsive image
874
Noerul Ikmar, S.KM - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Siapa di antara kita yang tidak punya media sosial? Baik itu Facebook, Twitter, Instagram atau yang terbaru ada Tiktok yang sedang naik daun. Media sosial memang bagian dari perkembangan teknologi yang tidak dapat ditolak. Kemudahan untuk menjalankan media sosial sejalan dengan kebebasan berekspresi bagi penggunanya. Siapa saja bisa dengan mudah menuliskan pendapat terlepas opini yang disampaikan benar atau tidak. Sulit untuk menentukan batasan konten dalam media sosial seiring dengan kemudahan askesnya.

Kemudahan tersebut tentu saja banyak dimanfaatkan orang dengan berbagai macam profesi sebagai alat untuk menyebarkan opini atau sekedar informasi. Tenaga kesehatan sebagai salah satu profesi yang dewasa ini banyak hadir dengan beragam konten di media sosial. Hadirnya tenaga kesehatan melalui konten di media sosial memang menjadi pro dan kontra baik di masyarakat maupun di kalangan tenaga kesehatan itu sendiri. Konten-konten tersebut sebenarnya sah-sah saja asalkan tenaga kesehatan tahu batasan dan dapat membawa diri dalam bermedia sosial.

Mindfullness dalam Pemanfaatan Media Sosial

Setiap hal tentunya memiliki sisi negatif dan positif, begitu juga dengan media sosial. Media sosial dapat memberikan dampak positif tetapi juga dapat memberikan dampak negatif. Dua sisi tersebut perlu diingat oleh tenaga kesehatan dalam memakai media sosial khususnya dalam menghadirkan konten kesehatan. Aktivitas bermedia sosial oleh tenaga kesehatan ini akan memberikan dampak terhadap upaya kesehatan masyarakat apabila dilakukan dengan sadar dan tahu batas.

Sayang sekali dalam berbagai kesempatan, sering kita jumpai konten tenaga kesehatan yang jauh dari kata etis. Kebutuhan untuk dapat eksis di media sosial membuat tenaga kesehatan rela menembus batasan. Pembuatan konten seharusnya dilakukan secara sadar dengan memperhatikan aturan perundangan dan etika dalam masyarakat, etika profesi dan pastinya kebenaran secara ilmiah. Pembuatan konten apalagi dengan atribut tenaga kesehatan, tidak boleh hanya sebagai ajang eksis semata. Konten yang dikeluarkan oleh tenaga kesehatan harus selalu bisa dipertanggungjawabkan baik secara etik maupun profesi.

Tantangan dalam Mengelola Ekspektasi Masyarakat

Berdasarkan efek negatif dan positif dari media sosial, memang disarankan tenaga kesehatan memiliki akun yang terpisah antara akun edukasi dan akun pribadi. Apabila tenaga kesehatan menggunakan akun yang sama, maka yang bersangkutan harus memahami bahwa akan ada ekspektasi khusus dari pengikutnya yang tidak bisa lepas dari profesi tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan perlu tahu bahwa meskipun tidak tertulis, harus ada kemampuan untuk mengelola ekspektasi dan emosi pengikut di media sosial.

Sulit sekali rasanya untuk mengelola ekspektasi eksternal, dalam hal ini pengikut di media sosial. Apalagi masyarakat ketika mengikuti aktivitas media sosial seorang tenaga kesehatan, sering dibarengi dengan keinginan untuk mendapatkan edukasi kesehatan atau minimal informasi kesehatan. Sehingga ekspektasi masyarakat terhadap konten tenaga kesehatan cenderung tinggi. Hal tersebut sebaiknya selalu diingat oleh tenaga kesehatan dalam beraktivitas di media sosial.

Apabila tidak dapat mengontrol sesuatu yang berasal dari luar diri tenaga kesehatan, maka seorang tenaga kesehatan harus dengan sadar mengontrol apa yang akan dia kemukakan di media sosial. Apakah konten tersebut layak untuk ditayangkan atau tidak. Apakah konten tersebut tidak melanggar norma atau etika tertentu. Tidak kalah penting juga, hendaknya tenaga kesehatan menanyakan ulang sebelum mengunggah suatu konten, apakah konten yang akan ditayangkan bermanfaat bagi masyarakat atau tidak.

Setelah memahami posisi sebagai tenaga kesehatan, ekspektasi pengikut di media sosial dan kesadaran dalam mengelola konten, diharapkan tenaga kesehatan lebih bijak dalam memproduksi konten di media sosial. Baik itu konten kesehatan maupun konten di luar kesehatan, maka tenaga kesehatan harus melakukannya dengan bertanggung jawab dan bijak. Perhatian tenaga kesehatan akan etika dalam bermedia sosial tentunya akan menghindari salah paham terhadap isi konten dan dapat mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan.

 

Referensi:

Surat keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran tentang Fatwa Etik Doker dalam Aktivitas Media Sosial.