Selasa, 28 Februari 2023 14:45 WIB

Peran Apoteker dalam Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi Besi (ADB)

Responsive image
2331
apt. Hani Sopiani - Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari biasanya. Hemoglobin diperlukan untuk membawa oksigen dan jika sel darah merah terlalu sedikit atau abnormal, atau haemoglobin tidak cukup, akan terjadi penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan kelelahan, kelemahan, pusing, dan sesak napas. Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang serius terutama memengaruhi anak-anak dan wanita hamil. WHO memperkirakan 42% anak di bawah usia 5 tahun dan 40% ibu hamil di seluruh dunia mengalami anemia.

Pada individu yang sehat, oksigen diangkut ke seluruh tubuh oleh haemoglobin, suatu protein yang ditemukan dalam sel darah merah (eritrosit). Sel darah merah membutuhkan beberapa nutrisi untuk berfungsi dengan baik termasuk zat besi, folat dan vitamin B12. Kekurangan salah satu nutrisi ini, dan terjadinya perubahan morfologi sel, serta peningkatan penghancuran sel darah merah atau kehilangan darah yang berlebihan dapat menyebabkan kurangnya sel darah merah yang menyebabkan anemia.

Anemia Defisiensi Besi (ADB)

Salah satu jenis anemia yang banyak dijumpai pada masyarakat adalah anemia defisiensi besi (ADB). Anemia defisiensi besi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada bayi, anak kecil, wanita hamil, dan wanita dengan menstruasi berat. Dalam kebanyakan kasus anemia ini dapat memiliki lebih dari satu penyebab. Perawatan anemia defisiensi besi tergantung dari penyebabnya dapat dimulai dengan mengkonsumsi suplemen hingga menjalani prosedur medis. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi yaitu kebutuhan yang meningkat, asupan zat besi yang kurang, infeksi, dan perdarahan saluran cerna dan juga terdapat faktor-faktor lainnya. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi diantaranya sakit tenggorokan, lidah terasa halus, penurunan produksi saliva, rambut rontok, gangguan makan dimana keinginan dan nafsu makan terhadap benda atau zat yang bukan makanan atau tidak memiliki nilai gizi.

Anemia defisiensi besi dapat di diagnosis dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan pemberian zat besi secara oral, secara intramuscular, dan transfusi darah.

Manfaat Suplemen Zat Besi

Suplemen zat besi yang tersedia di pasaran sangat bervariasi mulai dari bentuk sediaan oral, seperti tablet, kapsul, sirup dan tetes, dan juga suntikan IM dan IV yang diberikan apabila pemberian oral tidak mungkin. Secara umum suplemen zat besi oral adalah pilihan pertama dalam mengatasi anemia defisiensi besi dan merupakan cara yang paling murah, aman, dan efektif. Suplemen zat besi oral merupakan strategi yang efektif dan paling banyak diresepkan dalam terapi anemia defisiensi besi karena menggunakan mekanisme absorpsi besi alamiah sehingga memiliki efektivitas dan keamanan yang tinggi.

Setelah diagnosis spesifik  anemia defisiensi besi ditegakkan, ada beberapa metode pengobatan yang dapat diberikan. Umumnya kekurangan zat besi ringan dapat diobati secara swamedikasi dengan terapi penggantian zat besi oral, dengan dosis 200 mg zat besi per hari. Berdasarkan pedoman WHO untuk suplementasi besi untuk remaja putri  dan wanita dewasa untuk pencegahan anemia adalah 30–60 mg besi elemental per hari selama tiga bulan dalam setahun. Untuk ibu hamil adalah 30–60 mg besi elemental sejak trimester pertama sampai melahirkan, sedangkan untuk ibu pasca persalinan adalah 60 mg besi elemental perhari selama tiga bulan setelah persalinan. Dalam kasus anemia defisiensi besi yang parah, jika pasien tidak dapat mentoleransi terapi oral atau jika ada respon yang tidak memadai terhadap terapi oral, maka terapi besi parenteral perlu diberikan  Pasien perlu mendapatkan preparat besi parenteral jika mengalami gangguan menelan obat oral maupun yang mengalami gangguan absorpsi besi seperti ada gangguan lambung atau percernaaan lainnya.

Suplemen zat besi sangat penting untuk hampir semua organisme hidup dan mengambil bagian dalam sejumlah proses biologis yang penting. Namun zat besi bebas dapat bersifat sitotoksik bila dalam konsentrasi tinggi karena dapat mengkatalisis pembentukan radikal oksidatif yang merusak protein, lipid dan asam nukleat. Dengan demikian baik kekurangna zat besi maupun kelebihan zat besi dapat memiliki efek buruk pada berbagai fungsi sel, jaringan dan organ.

Peran Apoteker dalam Pencegahan dan Pengobatan ADB

Pemberian suplemen zat besi oral kepada pasien hendaknya disertai dengan pemberian edukasi yang memadai terkait dengan pemilihan suplemen zat besi yang tepat. Apoteker dapat melakukan edukasi menyeluruh pada terapi suplemen besi pada pasien anemia defisiensi besi, mengenai tatacara konsumsi obat, efek samping, interaksi obat dan makanan, dan jenis obat atau makanan yang dapat mempengaruhi penyerapan besi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat konsumsi suplemen zat besi, diantaranya :

  1. Jika memungkinkan minumlah zat besi pada saat perut kosong untuk meningkatkan penyerapan zat besinya. Namun jika pasien merasakan efek samping gangguan lambung, maka suplemen zat besi oral dapat dikonsumsi saat makan atau segera setelah makan.
  2. Suplemen zat besi oral baiknya dikonsumsi Bersama makanan atau minuman yang mengandung vitamin C seperti buah segar, sayuran dan jus buah agar penyerapan zat besi di dalam tubuh lebih baik.
  3. Bila pasien sedang mengkonsumsi antasida, maka suplemen zat besi oral dapat dikonsumsi dengan jeda waktu dua jam sebelum atau empat jam setelah pasien minum antasida. Hal ini dikarenakan antasida dapat mengganggu penyerapan zat besi.
  4. Suplemen zat besi oral dikonsumsi terpisah dengan makanan atau suplemen yang mengandung kalsium dan fosfat, seperti susu, sereal, teh, kopi, dan telur karena dapat berikatan dengan zat besi dan mengakibatkan terhambatnya penyerapan zat besi.
  5. Efek samping yang ditimbulkan ketika mengkonsumsi suplemen zat besi, diantaranya, dapat menimbulkan sembelit hal ini bisa diatasi dengan  mengkonsumsi obat pencahar atau pelunak feses. Efek samping lainnya yaitu warna tinja berubah menjadi hitam tapi hal ini merupakan efek samping yang tidak berbahaya.

Sebagai tenaga kesehatan yang professional, apoteker dapat memberikan informasi kesehatan, mencegah dan ikut serta dalam penatalaksanaan anemia, khususnya anemia defisiensi besi. Dengan demikian, apoteker dapat berkontribusi besar untuk menurunkan angka kejadian dan memaksimalkan terapi anemia defisiensi besi.

 

Referensi:

American Society of Hematology (2021). Anemia Education in Blood Disorders for Patiens). https://ashpublications.org/hematology/issue/2021/1 [Diakses pada tanggal 9 Januari pukul 20.00]

Fitriani, J, Intan Saputri, A (2018). Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Averrous Vol.4 ( 2 ) : 1-14.

World Health Organization. (?2016)?. Guideline: daily iron supplementation in adult women and adolescent girls. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/204761 [Diakses pada tanggal 9 Januari 2023 pukul 15.30]

Sumber Foto:           

https://info.ancsleep.com/blog/5-reasons-why-sleep-is-essential-for-weight-control-0-0-0-0-0

https://www.istockphoto.com/id/search/2/image?phrase=KONDISI ANEMIA DEFISIENSI BESI)