Kamis, 16 Februari 2023 08:54 WIB

Masyarakat Cerdas, Bijak Gunakan Antibiotik

Responsive image
2144
apt. Dian Rismawati, S.Farm - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Obat jenis antibiotik sering kita temui di apotik-apotik bahkan di warung pun juga pernah kita temui. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat yang masih minim terkait antibiotik. Masih banyak ditemukan perilaku yang salah dalam penggunaan antibiotik yang menjadi resiko terjadinya resistensi antibiotik, diantaranya adanya anggapan yang salah bahwa antibiotik adalah obat dari semua jenis penyakit dan lalai dalam menyelesaikan terapi antibiotiknya. Selain itu juga resistensi antibiotik disebabkan dari tenaga kesehatan yang meresepkan antibiotik secara berlebihan.

Penggunaan antibiotik harus sesuai dengan masa terapinya dan sesuai dengan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik. Oleh karena itu, antibitotika masuk ke dalam golongan obat keras dan dapat diperoleh harus dengan resep dan anjuran dokter. Bila menggunakan antibiotik tidak secara bijak, maka akan menyebabkan resistensi antibiotik.

Apakah itu resistensi antibiotik? Resistensi antibiotik adalah kondisi dimana reaksi bakteri terhadap antibiotik tidak seharusnya sehingga antibiotik sudah tidak ampuh lagi dalam membunuh bakteri. Mengapa itu terjadi? Salah satunya dikarenakan pengobatan yang tidak tuntas ataupun berlebihan dalam menggunakan sehingga bakteri mempunyai kesempatan untuk mengenali antibiotic tersebut dan membentuk perlindungan khusus untuk melawan antibiotik. Misalnya, ada pasien sakit flu kemudian pasien tersebut mengobatinya sendiri dengan antipiretik dan antibiotik. Padahal sakit flu disebabkan oleh virus, bukan oleh bakteri. Hal ini bisa jadi antibiotic tersebut melawan bakteri baik (flora normal) dalam tubuh yang seharusnya berperan baik untuk tubuh kita. Jika flora normal tersebut dibasmi, maka proteksi tubuh akan melemah.

Dampak resistensi antibiotik bagi masyarakat antara lain :

1.    Pasien akan lebih lama untuk sembuh sehingga akan meningkatkan biaya perawatan.

2.    Penggunaan antibiotik dan obat yang lain lebih meningkat

3.    Berkurangnya produktivitas masyarakat karena sering sakit.

Resistensi antibiotik telah menjadi fokus dunia. Menurut WHO, angka kematian akibat resistensi antibiotik sampai tahun 2014 sekitar 700.000 orang per tahun. Dengan cepatnya perkembangan dan penyebaran infeksi akibat mikroorganisme resisten, pada tahun 2050 diperkirakan kematian akibat resistensi antimikroba lebih besar dibanding kematian akibat kanker. Estimasinya penduduk yang resisten mencapai 10 juta jiwa/tahun dan total GDP yang hilang sekitar 100 triliun dolar. Bila hal ini tidak segera diantisipasi, akan mengakibatkan dampak negatif pada kesehatan, ekonomi, ketahanan pangan dan pembangunan global, termasuk membebani keuangan negara. Resistensi antibiotik tidak hanya berdampak pada manusia, tetapi juga berdampak bagi hewan dan lingkungan.

Bagaimana peran masyarakat dalam melakukan pengendalian resistensi antibiotik? Yang pertama, dukung dengan kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dan yang kedua adalah dengan menggunakan antibiotik secara BIJAK, yaitu :

1.    B – Beli antibiotik hanya dengan resep dokter

Antibiotik termasuk golongan obat keras. Jangan gunakan resep lama meskipun gejala penyakitnya dirasakan sama dengan sakit yang sebelumnya.

2.    I – Ikuti petunjuk penggunaan antibiotik dari dokter

Ikuti aturan pemberian, dosis/takaran, berapa kali pemberian per hari, dan lama waktu antibiotik tersebut harus dihabiskan. Perhatikan juga keutuhan kemasan, petunjuk penyimpanan dan tanggal kadaluwarsa.

3.    J – Jeli dan bertanya kepada dokter apakah ada obat antibiotik dari resep yang telah diberikan.

Tanyakan apa penyebab penyakit. Jika diberikan antibiotik, tanyakan bagaimana petunjuk konsumsinya.

4.    A – Awasi penggunaan antibiotik di rumah

Jangan berikan antibiotik Anda kepada keluarga atau orang lain, meskipun gejala penyakitnya sama. Habiskan antibiotik meskipun gejala penyakit menghilang.

5.    K – Konsultasikan ke dokter jika sakit lebih dari 3 (tiga) hari.

Batuk, demam, dan pilek tidak perlu minum antibiotik. Minum obat pereda gejala, istirahat dan konsumsilah makanan bergizi. Jika dalam 3 (tiga) hari belum ada perbaikan, segera konsultasikan ke dokter.

            Penggunaan antibiotik secara bijak perlu dimulai dari diri sendiri. Kesadaran akan kesehatan pada diri sendiri akan mempengaruhi kesehatan keluarga dan lingkungan kita. Mari bersama-sama bijak dalam menggunakan antibiotik.

<!--[if gte vml 1]><![endif]-->

 

Referensi :

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pasien Cerdas, Bijak Gunakan Antibiotik. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (diakses di https://farmalkes.kemkes.go.id/2016/04/pasien-cerdas-bijak-gunakan-antibiotik/)

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian dalam Pengendalian Resistensi Antimikroba “Apoteker Ikut Atasi Masalah Resistensi Antimikroba”.

Dapat diakses di https://www.kemkes.go.id/article/view/17111500002/peningkatan-pelayanan-kefarmasian-dalam-pengendalian-resistensi-antimikroba-apoteker-ikut-atasi-masa.html#:~:text=Menurut WHO (2015), bakteri,sekitar 700.000 orang per tahun.

Center for Indonesian Veterinary Analitical Studies (CIVAS). 2019. Bijak Antibiotik di Masyarakat. Dapat diakses di https://civas.net/cms/assets/uploads/2019/01/POSTER-AMR.pdf