Selasa, 14 Februari 2023 10:55 WIB

Fibrilasi Atrium: Gangguan Kelistrikan Jantung yang dapat Mengancam Nyawa

Responsive image
458
dr. Syadza Rhizky Putri Akhmad - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Fibrilasi Atrium merupakan salah satu gangguan kelistrikan jantung yang cukup sering terjadi di masyarakat. Gangguan ini disebabkan karena adanya pada sistem kordinasi kelistrikan jantung sehingga denyut dari atrium menjadi tidak efektif. Fibrilasi atrium dapat menyebabkan kematian 2x lebih besar pada Wanita dan 1.5x lebih besar pada Pria. Faktor risiko penyakit ini dapat  bermacam-macam yang meliputi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain adalah genetic, gender, dan etnik. Sedangkan faktor risiko yan dapat dimodifikasi adalah  aktivitas fisik, obesitas, hipertensi dan  sindroma metabolik. Penyebab lain yang dapat menyebabkan timbulnya fibrilasi atrium adalah infark miokard, dan gagal jantung. Akibat dari fibrilasi atrium ini adalah timbulnya penyakit stroke, gagal jantung, penyakit jantung koroner, serta emboli.

Fibrilasi atrium sebagian tidak bergejala, namun pasien juga dapat berdebar-debar, detak jantung tidak beraturan, dan pingsan. Gejala yang timbul juga dapat bervariasi,  dan dapat dicetuskan oleh hal-hal terentu seperti aktivitas fisik, emosi, dan asupan alkohol. Pada pasien juga dapat ditemukan gejala eksoftalmus, gangguan tiroid, ataupun bunyi jantung yang tidak normal. Pemeriksaan  atrial fibrilasi ini dapat menggunakan alat rekam jantung, USG jantung, pemeriksaan fungsi hati dan fungsi ginjal, pemeriksaan tiroid, pemeriksaan darah rutin, dan pemeriksaan enzim jantung lainnya.

Skrining (deteksi awal) atrial fibrilasi saat ini menjadi salah satu fokus utama para dokter spesialis jantung untuk mempermudah dalam penegakkan diagnosis dini. Salah satu metode screening yang mulai  berkembang adalah dengan menggunakan  alat deteksi personal yang saat ini sudah dapat dijumpai  di berbagai alangan diantaranya mengunakan handphone (smartphone) dan jam pintar. Skrining menggunakan teknologi ini juga memiliki tingkat sensitifitas yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai alat pendeteksi bagi orang awam.

Pengobatan yang digunakan untuk menatalaksana fibrilasi atrium ini dapat menggunakan antikoagulan, obat-obatan yang dapa mengurangi keluhan antara lain obat yang dapat mengontrol denyut nadi dan irama jantung,  intervensi terhadap gaya hidup, dan menatalaksana penyakit-penyakit penyerta lainnya.

 

Referensi:

Libby P, Bonow RO, Mann DL, et al. Braunwald’s Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 12th Edition. Elsevier (Philadelphia). 2022.

Yuniadi et al. Buku Ajar Kardiovaskular Jidil 1. Edisi 1. 2017. Sagung Seto:Jakarta

Pedoman Tatalaksana Fibrilasi Atrium PERKI 2014.

Sumber gambar: freepik.com