Selasa, 14 Februari 2023 09:53 WIB

Apakah Screening Kelainan Jantung Anak Sejak Dini Penting?

Responsive image
1718
dr. Gita Pangestu Hapsari - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Di Indonesia saat ini jumlah anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) terus bertambah setiap tahunnya, dan bersamaan dengan itu, penyakit jantung bawaan juga masih kurang familiar di telinga banyak orang. Padahal, di Indonesia setiap jam-nya 4 bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan. Dan dari 43.200 bayi lahir dengan PJB setiap tahunnya, seperempatnya lahir dengan kondisi kritis. Penyakit jantung bawaan ini sebenarnya lazim terjadi pada bayi namun kontributor angka kasus dan kematian akibat penyakit tersebut masih tinggi, karena kurangnya kesiapan klinis untuk mendiagnosis dan merawat bayi dengan penyakit jantung bawaan. Maka dari itu penting untuk mengenal, deteksi dini PJB, dan tatalaksana PJB sesuai indikasi yang dibutuhkan agar mencegah kondisi penyakit memburuk sebelum terdiagnosis dan dirawat.

PJB adalah masalah pada struktur jantung dalam kelahiran bayi. Penyakit ini muncul karena perkembangan jantung janin yang belum komplet atau abnormal pada awal masa kehamilan. Beberapa kasus berkaitan dengan masalah genetik, tapi penyebab pasti kebanyakan kelainan jantung bawaan tak diketahui. Perlu kita ingat kembali meskipun mereka memiliki penyakit jantung bawaan yang diderita, namun hal ini tidak mengurangi peran mereka. Mereka semua sama-sama memiliki jutaan potensi dan cita-cita, mereka juga yang nantinya akan memimpin bangsa ini dalam beberapa dekade mendatang. Untuk mewujudkan hal tersebut, saat ini sudah  terdapat cara mencegah penyakit jantung bawaan dan banyak pilihan penanganan pada anak dengan PJB.

Dokter akan segera mengambil langkah penanganan yang tepat bila dilakukan screening jantung anak dalam janin dan setelah kelahiran, karena ada beberapa jenis PJB yang membuat bayi lahir langsung dalam kondisi kritis (critical congenital heart defect) yang mengancam  jiwa. Berikut ini contoh jenis penyakit jantung bawaan kritis:

·         Koarktasio Aorta

·         Ventrikel Kanan outlet ganda

·         Transposisi Arteri Besar

·         Anomali Ebstein

·         Sindrom Jantung Kiri Hipoplastik

·         Ventrikel Tunggal

·         Atresia trikuspid

·         Truncus Arteriosus

Lalu siapa saja yang memerlukan screening jantung anak? yaitu bila orang tua menduga terdapat kelainan jantung bawaan maka sebaiknya segera lakukan screening jantung anak. Dugaan ini bisa berasal dari gejala yang berkaitan dengan PJB, seperti susah bernapas dan menyusu atau lidah dan bibir berwarna biru. Screening jantung juga disarankan dilakukan pada tahap kehamilan jika:

  • Orang tua dulu lahir dengan penyakit jantung bawaan
  • Anak sebelumnya memiliki penyakit jantung bawaan
  • Ibu mengonsumsi narkotik, alkohol, atau obat yang bisa memicu kelainan jantung
  • Orang tua mengidap diabetes
  • Detak jantung bayi abnormal saat dokter menjalankan tes ultrasonografi (USG)

Perkembangan screening dan penanganan PJB saat ini begitu pesat, dan berhasil menghantarkan lebih dari 90% pasien PJB menuju dewasa dengan sejuta cita-cita yang bisa mereka raih. Seperti pada penyakit jantung lain, makin dini screening jantung anak, makin besar peluangnya mendapat penanganan yang tepat serta pulih dari penyakit itu. Prosedur screening jantung anak bergantung pada tahap dilakukannya screening, apakah pada masa kehamilan, saat baru lahir, atau ketika anak sudah beranjak besar. Screening untuk janin dalam kandungan biasanya menggunakan fetal echocardiogram. Alat USG ini dapat menghasilkan gambar perkembangan jantung janin. Proses tes echocardiogram saat janin dalam kandungan mirip dengan pemeriksaan USG biasa. Dokter kandungan akan mengecek kondisi jantung anak dengan alat echocardiogram khusus janin. Namun karena tidak semua kelainan jantung bisa ditemukan saat kehamilan, itu sebabnya perlu juga screening jantung ketika sudah lahir. Oksimeter nadi digunakan untuk mendeteksi kelainan jantung anak yang baru lahir karena ada bayi yang lahir tampak sehat, tapi ternyata menunjukkan gejala penyakit jantung setelah pulang. Dalam hal ini, orang tua perlu lebih proaktif untuk meminta screening jantung anak saat melihat adanya gejala demi keselamatan anak.

Sedangkan screening jantung anak dengan oksimeter nadi dilakukan ketika bayi baru beberapa jam lahir, umumnya 3-6 jam atau maksimal 72 jam setelah kelahiran. Prosedurnya, dokter atau perawat menggunakan alat oksimeter nadi dengan memasukkan jari bayi ke dalam alat itu. Oksimeter akan menunjukkan tingkat oksigen dalam darah arteri. Jika hasil pengukuran oksimeter menunjukkan kelainan, prosedur akan diulang dalam 1-2 jam untuk hasil yang definitif. Bila tingkat oksigen kembali rendah, prosedur selanjutnya adalah echocardiogram. Dalam pemeriksaan, dokter akan melihat posisi, irama, suara, gumaman, dan volume denyut jantung. Setelah mendapat diagnosis, dokter akan melakukan tindakan sesuai dengan hasil screening jantung anak tersebut.

 

Referensi:

 https://www.cdc.gov/ncbddd/heartdefects/screening.html

https://www.aap.org/en-us/advocacy-and-policy/aap-health-initiatives/PEHDIC/Pages/Newborn-Screening-for-CCHD.aspx

Sumber gambar: freepik.com