Rabu, 08 Februari 2023 11:48 WIB

Pengaruh Perilaku Pemeliharaan Gigi dan Mulut pada Karies

Responsive image
3392
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Karies merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam dari bakteri yang ada dalam suatu karbohidrat yang difermentasikan. Dalam ulasan lainnya menyatakan bahwa karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor yang saling mempengaruhi. Terdapat   tiga faktor utama yaitu host (gigi dan lingkungan gigi), mikroorganisme, substrat karbohidrat serta waktu sebagai factor tambahan. Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan mulut di sebagian besar negara-negara industri yang mempengaruhi 60 - 90 persen dari anak-anak sekolah dan sebagian besar orang dewasa serta merupakan penyakit mulut yang paling umum di beberapa negara Amerika Latin dan Asia.

Kita ketahui ada beberapa faktor risiko karies meliputi faktor risiko fisik, biologi, lingkungan, perilaku dan faktor yang berhubungan dengan gaya hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi di negara berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat mempengaruhi karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan mulut, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.

Dalam sebuah data disampaikan terjadi penurunan presentase perilaku yang benar dalam menggosok gigi (sikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur). Dalam sebuah data survei disampaikan 75% masyarakat Indonesia mengalami karies. Tetapi, yang memiliki motivasi untuk  menambal gigi berlubang hanya sekitar 1,6 persen dari sekitar 43% penderita penyakit atau kelainan gigi yang belum memeriksakan giginya. Hal ini menunjukkan perilaku masyarakat yang tentang pemeliharaan kesehatan gigi yang masih rendah.

Terkait dengan ulasan di atas, tentunya perilaku sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut, kita ketahui waktu yang tepat dalam menyikat gigi adalah beberapa saat setelah makan agar memberikan kesempatan enzim  pencerna di dalam rongga mulut untuk bekerja dan juga sebelum tidur.  Menyikat gigi setelah makan membantu mengikis sisa makanan dengan segera dan memberi kesempatan kepada pH gigi kembali normal. Menyikat gigi sebelum tidur juga tidak memberi kesempatan sisa makanan menjadi sarang bakteri dan kuman perusak gigi seperti Steptococcus mutans untuk merajalela. Frekuensi menyikat gigi 2 kali sehari dapat dilakukan setelah sarapan dan sebelum tidur.

Ada beberapa cara menjaga kesehatan gigi dan mulut yang dapat kita dilakukan di antaranya adalah :

1.     Jangan sikat gigi terlalu keras.

Salah satu tujuan sikat gigi adalah menghilangkan plak gigi. Namun, jika kita menyikat gigi terlalu keras, gesekannya dapat merobek gusi dan mengikis enamel gigi yang relatif tipis. Akibatnya, gigi kita jadi lebih sensitif. Selain itu, cara sikat gigi yang tidak benar dapat menyebabkan plak gigi malah menumpuk dan mengeras yang dapat berakibat pada gingivitis (peradangan gusi).

Menyikat gigi haruslah dilakukan secara lembut dengan gerakan memutar dan memijat gigi. Biasanya, lama durasi yang efektif untuk sikat gigi adalah sekitar dua menit.

2.     Sikat gigi sebelum tidur.

Kita pasti tahu jika kita dianjurkan untuk sikat gigi setidaknya dua kali sehari : bangun pagi dan sebelum beranjak tidur.

Sikat gigi sebelum tidur ternyata dapat menghilangan kuman dan plak pada gigi kita yang menumpuk lama sepanjang hari. Selain menyikat gigi, kita juga dianjurkan untuk menyikat lidah demi menghilangkan kuman atau plak yang menempel pada lidah.

3.     Gunakan pasta gigi berfluorida.

Fluorida adalah unsur alami yang dapat ditemukan di banyak hal, seperti air minum dan makanan yang kita konsumsi. Fluorida diserap tubuh untuk digunakan oleh sel-sel yang membangun gigi kita untuk menguatkan enamel gigi. Fluorida juga merupakan pertahanan utama terhadap kerusakan gigi yang bekerja dengan memerangi kuman yang dapat menyebabkan kerusakan, serta menyediakan perlindungan alami untuk gigi kita. Oleh karena itu, gunakanlah pasta gigi yang mengandung fluorida.

4.     Jangan merokok

Tembakau dapat menyebabkan gigi menguning dan bibir menghitam. Merokok juga melipatgandakan risiko kita terhadap penyakit gusi dan kanker mulut. Oleh karena itu, berhenti merokok sekarang juga.

5.     Minum lebih banyak air.

Air merupakan minuman terbaik untuk kesehatan kita secara keseluruhan, termasuk bagi kesehatan mulut kita karena aktivitas minum dapat membantu membersihkan beberapa efek negatif dari makanan dan minuman yang menempel pada gigi kita.

6.     Batasi konsumsi makanan yang manis dan asam.

Kita mungkin seringkali mendengar nasihat, “Jangan banyak makan makanan manis, nanti giginya bolong”. Ternyata, kita memang tidak boleh sembarangan membantah nasehat orang tua. Makanan manis dan asam akan diubah menjadi asam oleh bakteri di mulut yang kemudian dapat menggerogoti enamel gigi kita. Asam inilah yang menyebabkan gigi kita cepat berlubang.

Tidak perlu menghentikan konsumsi gula sama sekali untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, kita hanya perlu membatasi konsumsinya.

7.     Makan makanan yang bergizi.

Sama halnya dengan air, makan makanan yang bergizi juga baik untuk kesehatan gigi dan mulut kita. Makan makanan yang bergizi termasuk biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran, dan produk susu dapat memberikan semua nutrisi yang kita butuhkan. Bahkan, sebuah studi menemukan bahwa omega-3 lemak, jenis lemak sehat dalam makanan laut dapat dapat mengurangi risiko peradangan, sehingga dapat menurunkan risiko penyakit gusi.

Dengan demikian dari beberapa ulasan di atas tentunya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berkaitan dengan perilaku kita, sehingga dengan penerapan perilaku yang benar dalam pemeliharaan gigi dan mulut kita, setidaknya dapat mencegah kerusakan pada karies gigi kita. Selain itu pemeriksaan rutin gigi & mulut merupakan cara yang tepat untuk mengetahui seberapa sehat gigi dan mulut kita.

 

 

 

Referensi          :

Chemiawan, E., dkk. 2004. Perbedaan Prevalensi Karies pada Anak Sekolah Dasar dengan    Program UKGS dan Tanpa UKGS Tahun 2004. Laporan Penelitian. Bandung : Universitas Padjajaran.

Djamil,   M. S.   2011. A-Z   Kesehatan   Gigi. Paduan Lengkap Kesehatan Gigi Keluarga. Solo : Metagraf.

Robert H. Selwich, Amid I. Ismail dan Nigel B. Pitts.  2007. Dental  Caries.  Seminar 369 : 51-59.

Sariningsih,   Endang.   2012. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta : Gramedia.

https://dinkes.deliserdangkab.go.id/cara-mudah-menjaga-kesehatan-gigi-dan-mulut.html

Desti Junarti, Yunita Dyah Puspita Santik. Epidemiologi dan Biostatistika, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Status Karies Higeia 1 (1) (2017) Higeia : Journal of Public Health Research and Development. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia.