Senin, 06 Februari 2023 14:11 WIB

Mengenal Hipogonadisme pada Laki-laki

Responsive image
1825
Wira Gotera - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Hipogonadisme merupakan suatu kondisi klinis dimana  kadar hormon testosteron serum yang rendah berkaitan dengan tanda dan gejala yang spesifik seperti hilangnya libido dan vitalitas, disfungsi ereksi, sulitnya mencapai dan mempertahankan orgasme, hilangnya energi, rasa lelah,  berkurangnya massa otot dan densitas tulang, mood depresif, gangguan kongnisi,  dan anemia.  Prevalensi hipogonadisme meningkat seiring usia dan saat ini hipogonadisme harus kita kenali lebih awal sehingga kita dapat melakukan pencegahan lebih dini.

Etiologi hipogonadisme umumnya dibedakan menjadi primer dan sekunder. Hipogonadisme primer terjadi akibat sintesis hormon tidak adekuat sedangkan hipogonadisme sekunder terjadi ketika sinyal dari hipofisis atau hipotalamus ke testis/ovarium tidak mampu merangsang produksi hormon secara memadai.

Hipogonadisme yang terjadi pada pria usia tua seringkali disebut andropause atau defisiensi androgen. Penyebab hipogonadisme dapat diklasifikasikan menjadi primer (fungsi sel leydig yang tidak adekuat), sekunder (stimulasi LH pada testis yang tidak adekuat) atau keduanya.

Hipogonadisme pada laki-laki dan perempuan dapat terjadi secara primer (kongenital) dan secara sekunder. Hipogonadisme kongenital paling sering pada perempuan adalah sindrom turner. Sindrom turner umumnya terjadi pada 1 dari 2500 kelahiran bayi perempuan. Hipogonadisme kongenital paling sering pada laki laki adalah sindrom klinefelter. Sindrom klinefelter sering dengan genotype XXY dan terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran bayi laki-laki. Sindrom turner dan sindrom klinefelter banyak dikaitkan karena adanya kelainan kromosom seks. Hipogonadisme sekunder umumnya terjadi pada kasus kemoterapi/radiasi tumor. Sekitar 70% pasien anak yang menjalani kemoterapi dan radiasi mengalami hipogonadisme.

Beberapa gejala pada hipogonadisme khususnya sering terjadi pada usia pubertas bahkan dewasa. Beberapa keterlambatan dalam pertumbuhan tanda tanda seks sekunder, suara yang tidak berubah pada laki-laki, atau keterlambatan dalam pertumbuhan alat kelamin menjadi salah satu tanda kewaspadaan yang para sobat sehat dapat ketahui dan pahami. Semoga informasi yang diberikan dapat bermanfaat. Salam sehat sehat Indonesia.

 

Referensi:

Ernani Luis Rhoden, Abraham Morgentaler .  Risks of Testosterone-Replacement Therapy and Recommendations for Monitoring. N Engl J Med. 2004;350:482-92.

Bruno Lunenfeld. Androgen therapy in the aging male. World J Urol.2003; 21: 292–305.

Katherine Margo, Robert Winn. Testosterone Treatments:Why, When, and How? Am Fam Physician.2006;73:1591-8, 1603

J. Lisa Tenover. The Androgen-Deficient Aging Male:Current Treatment Options. Rev Urol. 2003;5(suppl 1):S22–S28

Hajjar RR, Kaiser FE, Morley JE. Outcomes of long-term testosterone replacement in older hypogonadal males: a retrospective analysis. J Clin Endocrinol Metab .1997;82:3793-6.

Singh AB, Hsia S, Alaupovic P, et al. The effects of varying doses of T on insulin sensitivity, plasma lipids, apolipoproteins, and C-reactive protein in healthy young men. J Clin Endocrinol Metab.2002;87:136-43.

Andrea D. Coviello, Beth Kaplan, Kishore M. Lakshman, et al.  Effects of Graded Doses of Testosterone on Erythropoiesis in Healthy Young and Older Men. J Clin Endocrinol Metab. March. 2008;93(3):914–919

Luigi Mearini, Alessandro Zucchi, Elisabetta Nunzi et al. Low serum testosterone levels are predictive of prostate cancer. World J Urol.2013; 31:247–252