Jumat, 13 Januari 2023 15:42 WIB

Apa yang Dilakukan Jika Terkena Hepatitis?

Responsive image
7584
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Penyakit hepatitis adalah kondisi yang menyebabkan peradangan hati.akibat adanya racun kimia, obat atau infeksi. Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning, dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.

Pemeriksaan Hepatitis                               

Tentunya segera lakukan pemeriksaan apabila ditemui tanda dan gejala hepatitis.

Pemeriksaan dimulai dengan menanyakan keluhan dan riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mencari perubahan warna pada kulit dan bagian putih mata (sklera), serta melakukan penekanan di area perut pasien untuk mendeteksi pembesaran hati dan nyeri tekan pada perut sisi kanan atas.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa :

1.      Tes fungsi hati, untuk memeriksa kinerja hati dan mengetahui jika ada masalah pada organ tersebut.

2.      Tes antibodi virus hepatitis, untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV, serta menentukan apakah hepatitis bersifat akut atau kronis.

3.      Pemindaian dengan USG perut, untuk mendeteksi kelainan pada organ hati, seperti kerusakan hati, pembesaran hati, atau tumor hati, serta untuk mendeteksi kelainan pada kandung empedu.

4.      Biopsi hati, untuk menentukan penyebab kerusakan di jaringan hati.

Apa yang dilakukan jika menderita hepatitis?

Sebenarnya, gejala hepatitis dapat dikendalikan dengan cara-cara sederhana, seperti lebih banyak istirahat dan menambah asupan cairan. Namun, metode rumahan ini hanya efektif untuk perawatan hepatitis akut.

Sementara itu, pasien hepatitis kronis memerlukan terapi obat-obatan. Obat-obatan di bawah ini bertujuan untuk mengatasi hepatitis dengan menghentikan infeksi HCV dan menghambat kerusakan hati.

1.      Hepatitis A

Hepatitis A adalah jenis hepatitis yang tergolong ringan. Artinya, tidak ada tindakan khusus untuk penyakit liver yang satu ini. Penderita akan sembuh sendiri. Pasalnya, tubuh akan membersihkan virus ini dengan sendirinya.

Pada kebanyakan kasus hepatitis A, organ hati akan pulih dalam enam bulan tanpa kerusakan yang bertahan lama. Itu sebabnya, pasien hepatitis A akan berfokus pada pengendalian gejala.

Sebagai contoh, pasien hepatitis A yang mengalami demam mungkin akan diberikan obat penurun demam, seperti paracetamol.

Cara mengobati hepatitis A sisanya mungkin lebih banyak beristirahat dan menghindari faktor risiko, seperti menghindari jajanan yang kurang bersih, mencuci tangan sebelum makan, dan lain-lain.

2.      Hepatitis B

Bila hepatitis A akan hilang dengan perawatan sederhana, tidak bagi hepatitis B, terutama yang sudah memasuki tahap kronis. Pasien hepatitis B umumnya membutuhkan pengobatan selama sisa hidup mereka. Oleh karena itu, sebaiknya lakukanlah imunisasi hepatitis B sedari bayi untuk mencegah timbulnya penyakit ini di kemudian hari. Selain itu, berhubungan seks yang aman serta menghindari pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dapat menghindari penyakit ini. Pengobatan hepatitis B ini bertujuan untuk mengurangi risiko komplikasi penyakit liver, seperti sirosis, dan mencegah penularan infeksi kepada orang lain. Dokter biasanya akan meresepkan obat antivirus dan injeksi interferon yaitu zat buatan yang diproduksi tubuh untuk melawan infeksi.

3.      Hepatitis C

Bagi Anda yang mengalami hepatitis C dan sudah berlangsung selama lebih dari 6 bulan, perawatan dari dokter mungkin sudah dibutuhkan. Beberapa orang yang mengalami hepatitis ini tidak sadar telah terinfeksi virus beberapa tahun yang lalu.

Bila jaringan parut pada hati (sirosis) sudah parah, dokter akan merekomendasikan obat untuk mengatasi hepatitis, seperti obat antivirus dan protease inhibitor.

Protease inhibitor adalah obat hepatitis oral yang bekerja dengan mencegah penyebaran infeksi. Obat ini juga memperlambat produksi virus dalam tubuh.

4.      Hepatitis D

Meski jarang terjadi, penyakit hepatitis D lebih berbahaya dibandingkan jenis hepatitis lainnya. Namun, virus hepatitis D hanya bisa mengganggu fungsi hati pada pasien hepatitis B.

Hepatitis D pun hingga saat ini belum memiliki obat-obatan yang khusus untuk melawan infeksi virus penyebabnya. Namun, pasien dengan penyakit hepatitis ini akan diberikan obat yang tidak jauh berbeda dengan jenis hepatitis lainnya.

5.      Hepatitis E

Mirip dengan hepatitis A, hepatitis E dapat sembuh dengan sendirinya dengan perawatan sederhana di rumah. Selain itu, belum ada obat khusus untuk melawan infeksi virus hepatitis E.

Walaupun demikian, infeksi virus hepatitis E yang sudah masuk kategori kronis membutuhkan perawatan dari dokter.

 

Referensi :

Rut Rini Tobing. 2018. Asuhan Keperawatan Pasien Hepatitis di RSUD Baturaja. Poltekes Palembang.

Heri Wahyudi. 2017. Hepatitis. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.

Soewignyo Soemoharjo, dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.

Jefferies, et al. 2018. Update on Global Epidemiology of Viral Hepatitis and Preventive Strategies. World Journal of Clinical Cases.

Easterbrook, et al. 2017. Diagnosis of Viral Hepatitis. Lippincott Williams & Wilkins Open Access, 12.

American College of Gastrienterology. 2016. Patients. Hepatitis (Hepatitis A, B, Dan C).

Centers for Disease Control and Prevention 2020. What is Viral Hepatitis?

National Institute If Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2020. Health Information. Liver Transplant.

MSD Manuals. 2019. Overview Of Acute Viral Hepatitis.

Webmd. 2018. Hepatitis : What Puts You At Risk.