Jumat, 06 Januari 2023 15:32 WIB

Mampukah Latihan Otak Meningkatkan Fungsi Kognitif pada Lansia?

Responsive image
2792
Rizky Fajar Bahtiar, Amd. Kep. - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Secara global diprediksi populasi lansia terus mengalami peningkatan. Jumlah penduduk dengan usia 80 tahun akan meningkat sampai kurang lebih empat kali lipat sampai 395 juta jiwa diantara tahun 2000 sampai tahun 2050 dan mayoritas dari penduduk lansia tersebut hidup di negara berkembang. Kondisi di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat pertumbuhan 450.000 jiwa. Dengan kondisi tersebut, maka prediksi jumlah penduduk lansia pada tahun 2025 akan mencapai 34,22 juta jiwa. Pertumbuhan populasi lansia tersebut tentunya diiringi dengan peningkatan kebutuhan terkait dengan pelayanan kesehatan. Hal ini karena pada lansia, secara fisiologis akan mengalami perubahn faktor biologis, diantaranya penurunan fungsi indra, pencernaan, motorik, dan fungsi kognitif. Di kalangan lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas normal sehari-hari, dan juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk perawatan diri. Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan juga kecepatan berpikir.

Beberapa penelitian terdahulu menjelaskan bahwa fungsi kognitif lansia dapat dioptimalkan melalui berbagai cara, seperti latihan senam otak, latihan peningkatan fungsi memori, latihan kecepatan berpikir, fungsi eksekutif, atensi dan permaninan game.  Sama seperti tubuh, menjaga otak tetap aktif adalah penting di semua tahap kehidupan. Permainan otak dan teka-teki berfungsi sebagai latihan mental yang mengurangi risiko penyakit Alzheimer dan penurunan kognitif. Latihan otak memberikan cara sederhana untuk meningkatkan daya ingat dan keterampilan memecahkan masalah.

Ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangan dalam memilih jenis permainan untuk melatih otak lansia yaitu diantaranya:  

1.    Format. Format permainan otak terdapat pilihan yang berbeda, dari permainan papan klasik hingga teka-teki kata dan bahkan permainan video online yang dapat memberikan peluang untuk interaksi sosial. Format permainan yang dimaksud dapat berupa permainan di ponsel atau tablet, di komputer, atau di buku. Lansia dapat memilih jenis permainan pelatihan otak yang sesuai dengan kebutuhan.

2.    Tingkat kesulitan. Penting bagi orang di sekitar lansia untuk menemukan permainan yang menantang tetapi tidak terlalu membuat frustrasi. Jika Anda mencari permainan otak untuk orang yang dicintai yang telah didiagnosis dengan penyakit Alzheimer, misalnya, Anda pasti ingin memilih latihan otak dan permainan yang tidak mustahil untuk diselesaikan pada tingkat kognitif mereka saat ini. Mulailah perlahan dengan beberapa teka-teki pemula dan secara bertahap maju ke teka-teki yang lebih sulit untuk tugas pemecahan masalah yang lebih menantang.

3.    Biaya bulanan. Beberapa aplikasi dan program desktop memerlukan biaya bulanan untuk bermain. Mereka biasanya menyediakan fitur yang lebih mendalam seperti pelacakan, program pelatihan yang dipersonalisasi, dan dukungan. Jenis program ini bukan untuk semua orang, meskipun cukup efektif.

4.    Jenis permainan. Pilih game yang disukai orang tersayang untuk dimainkan. Jika mereka benar-benar membenci Sudoku, bantulah mereka dan jangan membeli teka-teki Sudoku. Ada banyak jenis permainan otak yang bisa dipilih, jadi tidak ada alasan untuk memaksakan diri melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai. Pada saat yang sama, penting untuk memvariasikan jenis permainan pelatihan otak yang Anda lakukan. Jika mereka mencari lebih banyak interaksi sosial, misalnya, carilah game pelatihan otak yang dapat Anda mainkan dengan orang lain – baik online atau secara langsung.

 

Referensi :

Aizah, S., & Wati, S. E. (2014). Upaya Menurunkan Tingkat Stress dengan Aktifitas Mewarnai Gambar. Ejornal Kedokteran Universitas Airlangga, 25(1), 6-10.

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Chairani, Z. (2013). Efektivitas terapi menggambar untuk meningkatkan kebermaknaan hidup warga binaan di Panti Wredha Yayasan Pelkris Semarang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Hawari. (2011). Psikiatri Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI