Kamis, 05 Januari 2023 14:37 WIB

Saatnya Kembali untuk Menyenangkan Diri Sendiri

Responsive image
1030
Riezki Aulia, S.Psi., M.Psi., Psikolog - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

People pleaser atau orang yang menyenangkan merupakan istilah bagi seseorang yang memiliki kebutuhan secara emosional untuk menyenangkan orang lain yang seringkali dengan mengorbankan kebutuhan atau keinginan pribadinya sendiri. Dengan arti lain, mereka menempatkan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaan pribadi. Hal ini ditunjukkan karena adanya keinginan yang kuat untuk dapat tampil baik dan diterima oleh lingkungan ia berada. Dibalik keinginannya tersebut tersimpan rasa kecemasan yang besar untuk mendapatkan penilaian buruk dan penolakan dari lingkungan yang akhirnya dapat memunculkan anggapan bahwa ia merasa tidak sukai, tidak cintai, tidak dibutuhkan, dan tidak diterima.

Sebenarnya berusaha untuk menyenangkan orang lain adalah hal yang wajar dan itu sikap yang baik. Namun akan menjadi tidak wajar dan berdampak buruk bila usaha menyenangkan orang lain tersebut justru membuat dirinya terbebani. Beban tekanan psikologis yang dirasakan sesungguhnya dibuat oleh dirinya sendiri. Orang dengan sindrom people pleaser punya permasalahan berkaitan harga dirinya. Mereka beranggapan bahwa mereka sebisa mungkin harus dapat dipandang layak untuk dapat diterima keberadaannya dalam lingkungan dan berusaha untuk dapat memenuhi ekspektasi orang lain. Hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan psikologis penderitanya, dan bila hal ini berlangsung sangat lama maka akan semakin sulit untuk keluar dari kebiasaan ini. Dari hal ini, kita dapat mengetahui bahwa sindrom yang menjadi permasalahan ini timbul dari dalam diri sendiri maka dari itu untuk mengatasinya pun harus dari diri sendiri pula. Orang dengan sindrom ini memiliki ciri khas perilakunya seperti berikut ini:

1.       Berpura-pura setuju dengan pendapat semua orang;

Mendengarkan secara terbuka akan pendapat orang lain merupakan keterampilan sosial yang baik. Bahkan jika pendapat tersebut bertentangan dengan nilai yang dimiliki dapat diterima dengan terbuka merupakan hal yang baik. Namun jika seseorang berpura-pura menyetujui akan pendapat yang bertentangan tersebut hanya agar disukai akan dapat berdampak buruk bagi nilai yang dimiliki.

2.       Merasa bertanggungjawab atas perasaan orang lain;

Memperhatikan perasaan orang lain adalah hal yang bagus, namun merasa bahwa Anda bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain itu merupakan suatu permasalahan. Ada hal-hal yang dapat dinkontrol oleh diri kita adapula hal yang diluar kendali kita. Setiap orang bertanggung jawab penuh atas perasaan yang muncul dalam dirinya sendiri.

3.       Sering meminta maaf walau tidak melakukan kesalahan;

Meminta maaf dengan tulus atas suatu kesalahan yang telah kita lakukan adalah tindakan yang baik untuk mengakui perbuatan buruk dan sebagai peringatan diri untuk tidak melakukannya lagi. Namun bila ungkapan permeminta maaf yang dilakukan setiap kali akan melakukan suatu perbuatan hal ini merupakan masalah bagi diri Anda. Adanya ketakutan akan menyakiti orang lain ataupun tersakiti dalam diri Anda hingga mempengaruhi perbuatan Anda seperti itu. Anda tidak perlu merasa bersalah untuk menjadi diri sendiri.

4.       Merasa terbebani dengan tugas yang harus dilakukan olehnya;

Bagaimana Anda menghabiskan waktu merupakan keputusan dan tanggung jawab diri sendiri. Bagi orang dengan sindrom ini, akan berusaha untuk mengisi aktivitas jadwal yang dimilikinya berdasarkan harapan yang diingin orang lain kepadanya.

5.       Sulit berkata tidak;

Berusaha menyetujui dan menerima segala permintaan yang diajukan orang lain kepada Anda meskipun hal tersebut dirasakan berat akan berdampak pada semakin sulitnya Anda untuk asertif. Orang lain akan terus memanfaatkan kebaikan yang Anda miliki hingga pada akhirnya Anda akan kewalahan dengan sikap sendiri.

6.       Merasa tidak nyaman bila ada seseorang yang marah kepadanya;

Ungkapan perasaan marah yang disampaikan oleh seseorang tidak berarti Anda telah melakukan kesalahan yang begitu besar baginya. Namun jika Anda merasa bahwa tidak tahan untuk menerima orang lain tidak suka dengan Anda, mungkin ada baiknya Anda berkompromi dengan nilai yang Anda dipercayai.

7.       Bertingkah mengikuti seperti orang disekitarnya;

Setiap orang memiliki kebiasaan dan karakteristik yang berbeda-beda, mungkin dapat serupa namun tidak sama. Hal yang normal untuk menunjukkan perbedaan diri di lingkungan kita berada dan perbedaan tersebut diselaraskan dengan suasana yang ada. Namun bagi orang dengan sindrom ini, akan kesulitan untuk menunjukkan kekhasan dirinya dan biasanya mereka akan menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan dirinya. Mereka dapat menunjukkan perliaku yang merusak pendiriannya jika hal itu dirasa dapat membuat orang lain disekitarnya merasa nyaman berada bersama mereka di situasi sosial tertentu.

8.       Haus akan pujian untuk terasa baik;

Pujian dan ungkapan kata yang baik disampaikan orang lain dapat membangun emosi positif dan peningkatan harga diri. Namun bagi orang dengan sindrom ini, pujian dan ungkapan kata yang baik mengenai dirinya menjadi sebuah pengakuan atau validasi tentang dirinya. Hal ini karena mereka merasa bahwa harga diri mereka bergantung pada penilaian lingkungan yang baik tentang diri mereka.

9.       Selalu berusaha untuk menjaga jarak menghindari konflik;

Bagus bila kita memiliki keinginan untuk tidak memulai suatu konflik. Namun berusaha untuk menghindari konflik dengan segala cara hingga pada akhirnya diri Anda yang merasakan ketidaknyamanan dan ketidakamanan akan membuat diri Anda semakin sulit untuk membangun keberanian dan berjuang atas diri Anda.

10.   Tidak mengakui ketika perasaan sedang tersakiti.

Menutupi perasaan yang ada dalam jalinan hubungan dengan orang terdekat dapat memperkeruh suasana relasi. Mengakui dan mengutarakan bagaimana perasaan yang muncul baik emosi yang sifatnya positif dan negative kepada orang lain dapat membangun relasi yang dekat dan khas.

Sindrom people pleaser ini dapat terjadi dalam berbagai situasi, baik dalam lingkungan sosial pertemanan, pekerjaan, bahkan dalam hubungan interpersonal. Bagaimana dapat membuat pasangan selalu merasa senang berada didekatnya, bagaimana dapat menunjukkan diri sebagai karyawan yang teladan dimata pimpinan, ataupun bagaimana teman-teman merasa nyaman untuk mengobrol dengan dirinya ini adalah pikiran-pikiran yang ada dalam diri orang dengan sindrom ini. Menangani sindrom ini, yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1.         Mengenali batasan toleransi diri.

Mengetahui kemampuan, kelebihan, kekurangan, kesukaan dan ancaman diri dapat membantu kita mengenali hal apa saja yang dapat kita terima dengan terbuka dan mana yang dapat kita hindarkan. Tidak semua hal yang tidak nyaman ataupun tidak menyenangkan harus kita tolak namun kita memberikan toleransi kepada diri kita untuk belajar menghadapi dan menangani tugas yang sulit sesuai dengan kemampuan diri hingga pada akhirnya dapat mengatasi permasalahan yang sangat sulit. Dengan demikian, kita dapat meminimalisir beban tekanan psikologis akibat sulitnya menolak ajakan maupun permintaan orang lain.

2.         Mengetahui batasan yang dapat dikendalikan.

Kita perlu mengetahui batasan apa saja yang dapat kita kendalikan dan mana saja yang diluar kendali kita. Perasaan kita, pikiran kita, perilaku kita, dan pengarahan energi pencapaian impian kita merupakan hal yang dapat kita kendalikan. Namun demikian perasaan, perilaku, pikiran orang lain, waktu, dan peristiwa di lingkungan kita adalah hal yang sangat sulit dan bahkan tidak bisa kita kontrol. Mengenali hal ini maka perlulah kita menyadari untuk tidak memaksakan kehendak diri agar sesuai dengan apa yang diinginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas perasaan, pikiran, dan perilakunya sendiri serta menerima dengan konsekuensi atas pilihan mereka. Hindari pemikiran bahwa kita bertanggung jawab penuh atas kehidupan orang lain maupun lingkungan sekitar kita.

3.         Belajar berperilaku dan berkomunikasi asertif.

Berusaha menyampaikan pendapat, gagasan, mengutarakan perasaan, keinginan, dan kebutuhan dalam diri secara jujur, lugas, langsung, dan apa adanya kepada lingkungan tanpa melanggar hak orang lain merupakan sikap asertif yang baik untuk menurunkan sindrom people pleaser. Hal yang wajar untuk kita dapat menyampaikan keberatan ataupun kondisi kita atas suatu permintaan orang lain. Dengan kita menyampaikan keadaan diri kita maka orang lain pun akan mengetahui kondisi kita yang sebenarnya dan berusaha memaklumi serta menerima hal tersebut yang kemudian akan menyesuaikan permintaan mereka dengan situasinya.

4.         Belajar untuk membahagiakan diri terlebih dahulu.

Sudah terlalu sering orang dengan sindrom people pleaser ini selalu menempatkan kepentingan dan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaan diri. Ini saatnya untuk kita kembali fokus memperhatikan diri kita sendiri untuk merasa bahagia dan memenuhi impian pribadi yang telah lama terkubur. Ketika kita berusaha untuk menempatkan diri kita dahulu diatas kepentingan orang lain bukan berarti kita mengesampingkan harapan lingkungan kepada kita. Kita berupaya untuk menyesuaikan dan menyelaraskan antara kebutuhan pribadi kita dengan keinginan lingkungan.

5.         Adaptasi kebiasaan baru yang positif.

Mulailah untuk belajar membentuk kebiasaan baru dengan melakukan hal-hal yang mudah untuk dilakukan. Jika kita sudah menyadari bahwa ada perilaku yang perlu kita ubah maka sebaiknya kita melakukan penyesuaian terhadap kebiasaan lama yang sudah terbentuk. Kita akan merasa kaget dan melakukan perlawanan terhadap perubahan yang drastis terjadi dalam diri kita. Oleh karena itu, kita perlu belajar membiasakan diri akan perubahan sikap yang akan kita bentuk, dimulai dengan hal kecil dan mudah untuk dilakukan hingga perilaku besar dan sulit untuk diubah.

 

Referensi:

Cookson, Paula. The Liberated Self: A People Pleaser's Guide to Better Relationships. Unbelievable Freedom LLC (February 10, 2020), 2020.

Clancy, Annette. (2018). How to stop being a people-pleaser. 50. 67.

Exline, Julie & Zell, Anne & Bratslavsky, Ellen & Hamilton, Michelle & Swenson, Anne. (2012). People-Pleasing Through Eating: Sociotropy Predicts Greater Eating in Response to Perceived Social Pressure. Journal of Social and Clinical Psychology. 31. 169-193. 10.1521/jscp.2012.31.2.169.

Jeong, Jeong Moon. (2018). Tak Mungkin Membuat Semua Orang Senang, Dan Hal-Hal Lain Yang Perlu Diketahui Untuk Menghadapi Orang Yang Kelewat Batas. Jakarta: Kompas Gramedia.

Labinaz, Paolo & Marsili, Neri & Cepollaro, Bianca. (2019). An introduction to: 'Assertion and its Social Significance'. 13. 1-18. 10.4396/09201900.

Lancer, Darlene. “Are You a People-Pleaser?” Psych Central, 8 Oct. 2018, psychcentral.com/lib/are-you-a-people-pleaser/.