Kamis, 05 Januari 2023 14:23 WIB

Penggunaan Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Peningkatan Konsep Diri pada Pasien Skizofrenia

Responsive image
29149
Ns. Frediana Pegia Hartanti, S.Kep - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Pasien yang menderita skizofrenia masih sering mendapat stigma dan konsep diri negative dari masyarakat. Komunikasi terapeutik merupakan bagian komunikasi kesehatan sebagai pendekatan kepada pasien. Komunikasi terapeutik telah berkembang dan digunakan terutam pada bidang psikiatrik dan psikologi (Herfira & Supratman, 2017). Komunikasi terapeutik menjadi jembatan pengubung antara perawat sebagai pemberi pelayanan dan pasien sebagai pengguna pelayanan. Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistic, meliputi aspek keselamatan, menggali penyebab dan mencari jalan terbaik atas permasalahan pasien. Penggunaan komunikasi terapeutik oleh perawat membantu pasien untuk beradaptasi  dan mengurangi kecemasan pasien dalam  berbicara sehingga bisa mengurangi  konsekuensi dalam  emosi dan perilaku negative. Proses ini lebih banyak memakan waktu dan membutukan  lebih banyak pelatihan dalam keterampilan berkomunukasi  perawat, komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif untuk mempercepat penyembuhan pasien (Patty et al., 2015).

Komunikasi menjadi alat utama bagi proses penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa sedang maupun akut Teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat yaitu dengan menggunakan komunikasi yang lembut, komunikasi yang terbuka, komunikasi yang tegas kepada pasien yang tidak kooperatif, serta komunikasi terapeutik yang perawat lakukan supaya terjalin suatu hubungan saling percaya atau disebut dengan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) antara perawat dengan pasien gangguan jiwa. Berkomunikasi dengan pasien gangguan jiwa butuh  strategi khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik. Pasien yang mengalami gangguan jiwa cenerung  mengalami gangguan konsep diri, oleh sebab itu dibutuhkan dasar pengetahuan komunikasi yang benar, terkadang ide yang mereka ungkapkan melompat, fokus terhadap topik terkadang redah, dan kemampuan meciptakan, dan mengolah kata terkadang mengalami kesulitan.

Komunikasi yang dibangun dengan pasien gangguan kejiwaan sangat menentukan cepat lambatnya proses kesembuhan dalam hal ini peran perawat bukan hanya memberikan asuhan keperawatan saja namun perawat juga bertugas menjadi pendamping bagi pasien selama ia mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa. Untuk melakukan asuhan keperawatan, perawat mengacu pada teknik komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik dalam dunia keperawatan terdiri dari 4 (empat) fase yaitu : fase pra-interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Uniknya bahwa komunikasi pada penanganan terhadap pasien gangguan kejiwaan merupakan alat utama untuk melakukan terapi penyembuhan justru porsinya lebih besar daripada obat-obatan medis.

Sehingga dapat diambil kesimpulan komunikasi yang tercipta antara perawat dengan pasien, adalah komunikasi terapeutik yang ada dalam dunia medis, diharapkan  setiap orang dapat lebih peduli dengan mereka yang mengalami gangguan kejiwaan kemudian mengadaptasinya sesuai dengan kemampuan dirinya dan dengan begitu akan mampu membantu proses penyembuhan bagi penderita gangguan kejiwaan di sekitarnya (Afnuhazi, 2015). Komunikasi terapeutik sendiri memandang gangguan jiwa bersumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk mengungkapkan dirinya. Interaksi perawat dan pasien akan menghasilkan informasi untuk perawat tentang keadaan pasien dan pada waktu yang bersamaan, perawat dapat memberikan informasi tentang cara-cara menyelesaikan masalah dengan strategi tertentu sehingga pasien terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian masalah pasien. Jika pasien menerima dan melakukan informasi yang diberikan oleh perawat maka perilaku pasien dapat dikatakan menuju ke arah penerimaan yang merupakan hasil utama dari tindakan keperawatan (Damayanti, 2010).

Komunikasi terapeutik berusaha mengurangi kecemasan dengan mengurangi aktivitas dan gangguan kognitif dengan menguibah kognitif individu  respon emosional, atau perilaku. Komunikasi terapeutik  digunakan sebagai pemberian perawatan pada pasien fisiologis dan pada pasien psikologis seperti skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan kejiawaan yang paling serius dibandingkan dengan gangguan jiwa lainnya. Skizofrenia sering terjadi  pada akhir masa remaja dan sering memiliki efek yang mendalam.

 

Referensi:

Afnuhazi, R., (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Herfira,  A.,  &  Supratman,  L.  P.  (2017). Komunikasi Terapeutik Clinical Instructor Di Rumah Sakit Jiwaprovinsi Jawa Barat. Jurnal Manajemen Komunikasi, 1(2), 168–179.

Patty, M. F., Sari, D. K., & Pradikatama, Y. (2015). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Stres Pasien di Ruang Neurologi Rumah Sakit Um um Daerah dr M.Haulussy Am bon. Jumal Komunikasi, 9(2), 171–185