Rabu, 04 Januari 2023 11:26 WIB

Bahaya Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Responsive image
3618
dr. Fahmi Adhi Prasetya Sp.P - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Data dari WHO ditemukan bahwa penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di dunia. Pada tahun 2019, ditemukan sekitar 3,23 juta jiwa meninggal akibat PPOK. Lebih dari 80% kematian akibat PPOK terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. PPOK merupakan penyakit pernapasan jangka panjang yang mengakibat penderita susah untuk bernapas.

PPOK adalah penyakit progresif yang membuat penderita mengalami kesulitan bernapas. Penyakit progresif berarti penyakit yang berkembang menjadi semakin buruk dari waktu ke waktu. PPOK menyebabkan timbulnya batuk dengan lendir yang banyak, mengi, sesak napas, sesak dada, dan gejala lainnya. Beberapa faktor risiko PPOK :

·  Merokok, pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama penyebab PPOK serta penyakit pernafasan lainnya.  Diperkirakan 1 dari empat rang perokok aktif mengdap PPOK

· Usia, PPOK akan berkembang secara perlahan ahan selama bertahun-tahun.  Gejala penyakit umumnya muncul pada pengidap yang berusia 35 – 40 tahun

·  Polusi udara, Misalnya asap kendaraan bermotor, debu jalanan, gas buangan industry, briket batu bara, debu vulkanik, gunung meletus, asap kebakaran hutan, asap obat nyamuk bakar, asap kayu bakar, asap kompor, polusi ditempat kerja (bahan kimia, debu/ zat iritasi dan gas beracun)

·  Faktor Keturunan, Jika memiliki anggota keluarga yang PPOK , maka penderita memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit yang sama.

PPOK merupakan lingkup yang luas dari segala jenis penyakit paru lainnya. Penyakit paru yang tergolong dalam PPOK adalah sebagai berikut:

1.   Emfisema
Emfisema merupakan penyakit paru yang timbul akibat adanya kerusakan pada kantong-kantong udara atau alveoli. Lapisan dinding pada kantong udara penderita emfisema akan hancur sehingga terjadi penyatuan kantong-kantong tersebut menjadi satu. Hal ini menyebabkan oksigen tidak dapat diserap dengan baik dan peredaran darah juga akan mengalami kekurangan asupan oksigen.

2.   Bronkitiskronis
Bronkitis kronis memiliki gejala yang bertahan kurang lebih 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut. Bronkitis kronis mengakibatkan penderita kesusahan untuk mengeluarkan lendir ketika batuk. Hal ini disebabkan karena hilangnya silia dalam saluran bronkial yang berguna untuk membantu pengeluaran lendir.

3.   Asmarefrakter
Asma refrakter bukanlah tipe asma yang biasa. Tipe asma ini biasa disebut juga sebagai asma non-reversible. Asma refrakter tidak dapat diobati dengan obat-obat asma yang biasa sehingga perlu bantuan dokter dalam proses penyembuhannya.

Dampak dari PPOK adalah kematian bila tidak segera ditangani. Gejala umum yang dapat dikenali dan muncul pertama kali adalah sesak napas, batuk kronis disertai dahak, dan rasa lelah yang berlebihan. Seiring berkembangnya PPOK, penderita akan mulai merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas normal sehari-hari. Selama flare-up, penderita PPOK akan menemukan gejala yang jauh lebih buruk sehingga memerlukan perawatan ekstra dari rumah sakit. Penderita PPOK sering memiliki kondisi medis lainnya, seperti penyakit jantung, osteoporosis, gangguan muskuloskeletal, kanker paru-paru, depresi, dan kecemasan. Maka dari itu, penderita PPOK perlu mendapatkan penanganan khusus dari rumah sakit untuk mengurangi gejala yang timbul.

Pengobatan pada PPOK tergantung tingkat keparahannya, diantaranya adalah :

1.      Perubahan gaya hidup

·  Menghindari asap rokok dan iritan lainnya di udara, seperti debu, asap pembakaran, dan bahan kimia beracun lainnya.

·   Olahraga, bisa memperkuat diafragma (otot di antara paru-paru dan perut yang membantu Anda bernapas)

·    Pola makan, porsi lebih kecil, minum vitamin, suplemen mineral

·    Istiharat cukup

2.      Pengobatan PPOK dengan terapi

a. Terapi oksigen, dapat membantu :

·            Mengurangi gejala PPOK

·            Memasok oksigen bagi darah dan organ lainnya

·            Memudahkan untuk tidur

·            Mencegah gejala dan memperpanjang masa hidup

b. Rehabilitasi Paru (pernafasan), merupakan program khusus bagi penderita penyakit paru, diantaranya mempelajari cara mengendalikan pernapasan melalui olahraga, nutrisi, dan pikiran positif.  Rehabilitasi paru meningkatkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, dan meningkatkan kualitas hidup.

c. Terapi ventilasi non-invasif di rumah, menggunakan masker untuk meningkatkan pernapasan,

3. Pengobatan dengan mengelola eksaserbasi (perburukan gejala)

a.   Bronkodilator, adalah obat untuk membuka saluran bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru dari jalan napas). Inhaler atau nebulizer dapat digunakan dengan obat ini.

b.   Kortikosteroid, seperti prednisone merupakan obat untuk mengurangi peradangan di paru-paru yang disebabkan oleh infeksi atau iritan seperti asap rokok, suhu udara yang ekstrem, atau asap yang berbahaya.

c.   Antibiotik, untuk mencegah infeksi saat  menderita PPOK karena dapat menyebakan pernafasan menjadi lebih sulit.

PPOK dapat dideteksi sejak awal sehingga penderita mampu melakukan upaya-upaya preventif. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh penderita PPOK untuk meningkatkan kesehatan mereka dan mengurangi gejala yang timbul, yaitu:

1.    Berhenti merokok, penderita PPOK sangat dianjurkan untuk berhenti dari kebiasaan merokok.

2.    Melakukan pola hidup sehat dengan olahraga yang teratur.

3.    Lakukan vaksinasi pneumonia, influenza, dan coronavirus

 

Referensi :

Mayo Clinic, 2020.  COPD- Diagnosis and treatment

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC