Rabu, 04 Januari 2023 09:02 WIB

Gangguan Depresi pada Tumor Otak

Responsive image
1297
dr. Antari Puspita Primananda - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Tumor otak dapat menyebabkan gangguan psikologik, fisik, dan social. Tumor merupakan diagnosis yang sangat di takuti oleh kebanyakan orang. Ketakutan utama adalah cemas akan kematian, ketergantungan, disabilitas, gangguan terhadap hubungan interpersonalitas, gangguan fungsi, dan kekurangan finansial.

Hampir semua orang yang didiagnosis dengan tumor ganas beranggapan bahwa diagnosis dengan kalimat tersebut berhubungan dengan kematian. Penangkapan yang salah ini memberikan dampak negative. Gangguan psikiatrik pada tumor otak dapat berupa deficit kognitif, perubahan kepribadian, atau gangguan mood seperti ansietas dan depresi. Sebuah penelitian melaporkan bahwa prevalensi gejala- gejala psikiatrik pada pasien dengan tumor lobus temporalis adalah 94%, lobus frontalis 90%, dan infratentorial 47%. Penelitian lain melaporkan bahwa sekitar 51% pasien dengan tumor otak memperlihatkan gejala- gejala neuropsikiatrik. Sekitar 18% telah memperlihatkan perubahan perilaku pada manifestasi awal tumor otak.

Terdapat beberapa tahapan psikolgis ketika dinyatakan menderita tumor otak :

1.    Penyangkalan

Penyangkalan yang hebat menunjukkan rapuhnya ego. Cara edukasi dibuat sehati- hati mungkin, untuk meminimalkan kemungkinan frustasi hingga muncu ide bunuh diri. Usaha mengurangi penyangkalan perlu dilakukan sehingga pasien bisa lebih adaptif. Cara yang bisa kita gunakan dengan cara lebih menyerahkakn diri kepada tuhan yang maha esa, ikhtiar, berpasrah dan berdoa terhadap ketentuan yang sudah tuhan berikan. Menyakinkan pasien jika tidak ada cobaan yang di berikan di luar batas kemampuannya.

2.    Kemarahan

Pada fase ini pasien sering marah, menyalahkan beberapa factor. Manifestasi kemarahan dapat berupa penolakan pasien terhadap pemeriksaan, ingin menganti dokter atau dokter shopping. Strategi kognitif untuk mengoreksi pemahaman yang salah tentang kanker otak.

3.    Bargaining

Pada fase ini pasien melakukan tawar- menawar dengan tuhan atau takdir. Terdapat beberapa pasien yang berjanji akan melalui kehidupan dengan lebih baik, memperbaiki kesalahan- kesalahan, dan akan melakukan amal kebaikan jika sembuh. Pasien di fase ini justru akan lebih dekat dengan tuhan, sering melakukan control dan menuruti semua yang di anjurkan dokter agar dapat mengatasi masalahnya. Tetapi bisa juga akan menyalahkan dokter dan tuhan jika hasil dari pengobatan tidak sesuai dengan keinginan nya.

4.    Depresi

Fase dimana pasien merasa sedih dan merasa lebih baik mati dari pada harus menderita dengan kanker otak yang diderita

5.    Penerimaan

Pasien siap menerima diagnosis kanker tetapi kadang- kadang tidak siap menerima kenyataan bahwa kanker sedang mengancam jiwanya.

Beberapa pasien dengan mudah melewati fase- fase di atas sehingga lebih mudah menerima kenyataan. Penerimaan ini mempermudah kelancara terapi. Pasien bersikap kooperatif sehingga kita dapat memberikan pilihan- pilihan terapi dengan mudah, memobilisasi dukungan- dukungan yang diperlukan, pasien dapat mengerti proses penyakitnya, mengontrol factor- factor yang dapat memperburuk penyakitnya dan mengerti proses kehidupan atau kematiannya.

Gejala- gejala depresi pada pasien seperti adanya perasaan sedih, murung, irritabilitas, anksietas, ikatan emosi berkurang, menarik diri dari hubungan interpersional dan preokupasi dengan kematian. Pasien yang sering mengeritik diri- sendiri, mempunyai perasaan bersalah, pesimis, tak ada harapan, putus asa, bingung, konsentrasi buruk, tak pasti dan ragu- ragu, gangguan memori, dan tanda- tanda neurovegetative seperti lesu dan tidak bertenaga, penurunan nafsu makan dan gangguan tidur. Diagnosis depresi bisa ditegakkan bila gejala- gejala tersebut berlangsung paling sedikit dua minggu. Perasaan tidak berharga, rasa bersalah yang berlebihan merupakan pembeda kuat antara kesedihan normal dengan depresi mayor. Pasien depresi merasakan kesedihan dan kebencian yang kuat terhadap diri sendiri. Pikiran negative yang berulang.

Depresi pada tumor otak sering tidak terdiagnostik dan tidak diobati karena ada kepercayaan bahwa depresi merupakan reaksi normal akibat penyakit serius. Ada bukti dari beberapa penelitian bahwa depresi dapat mempercepat progresifnya tumor otak serta tingkat mortalitas. Penatalaksanaan yang optimal berfungsi mengurangi depresi dan anksietas dapat memperpanjang waktu bertahan hidup (survival time). Oleh karena itu gejala- gejala depresi yang ada pada pasien dengan tumor otak harus di atasi dengan serius.

 

Refrensi :

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI. Jakarta, 2013, hal 135-136.