Senin, 19 Desember 2022 17:08 WIB

Keratosis

Responsive image
3325
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Aktinik keratosis merupakan kondisi di mana terdapat plak yang kasar dan bersisik pada kulit, yang berkembang akibat dari paparan terhadap sinar matahari secara menahun. Kondisi ini paling sering ditemukan pada wajah, bibir, telinga, bagian belakang dari tangan, lengan bawah, kepala, atau leher. Kondisi yang juga dikenal dengan istilah solar keratosis ini dapat mengalami pembesaran yang lambat dan umumnya tidak menyebabkan tanda atau gejala selain plak pada kulit tersebut. Plak yang terjadi berkembang selama bertahun-tahun, dan pertama timbul secara umum setelah usia 40 tahun. Persentase kecil dari lesi yang timbul akibat aktinik keratosis dapat berkembang menjadi kanker kulit. Menurunkan risiko terjadinya aktinik keratosis dapat dilakukan dengan meminimalkan paparan terhadap sinar matahari dan melindungi kulit dari sinar ultraviolet (UV). Aktinik keratosis berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan gejala. Meski jarang terjadi, kondisi ini berpotensi menyebabkan kanker kulit.

Penyebab Aktinik Keratosis

Penyebab utama aktinik keratosis adalah paparan sinar matahari atau ultraviolet secara berlebihan. Dengan kata lain, solar keratosis akan lebih banyak terjadi pada orang-orang yang sering beraktivitas di bawah sinar matahari langsung, serta orang yang senang menggunakan tanning bed atau alat penghitam kulit.

Faktor Risiko Aktinik Keratosis

Aktinik keratosis dapat menyerang siapa pun. Meski begitu, seseorang lebih berisiko terkena kondisi tersebut jika :

1.      Berusia lebih dari 40 tahun.

2.      Tinggal di tempat yang terpapar sinar matahari.

3.      Memiliki jenis kulit sensitif.

4.      Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita penyakit kanker, HIV/AIDS, atau menggunakan obat kemoterapi dan obat-obatan imunosupresan.

Gejala Aktinik Keratosis

Gejala aktinik keratosis umumnya muncul di bagian kulit yang sering terpapar sinar matahari. Namun demikian, tidak semua orang yang sering terpapar sinar matahari akan menderita aktinik keratosis.

Jika muncul, perubahan yang dapat terjadi pada area kulit yang terdampak adalah :

1.      Kulit kasar dan menebal, bahkan bisa menjadi seperti kutil.

2.      Kulit bersisik

3.      Kulit berubah warna menjadi kemerahan atau kecokelatan.

4.      Kulit terasa gatal atau panas.

Kelainan kulit ini biasanya terjadi di pelipis, dahi, kulit kepala, wajah, bibir, telinga, leher, lengan, dan punggung tangan.

Pemeriksaan Aktinik Keratosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik sambil memperhatikan area kulit yang mengalami kelainan. Jika ada dugaan gejala disebabkan oleh penyebab lain, dokter kulit akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa :

1.      Dermoskopi, yaitu pemeriksaan permukaan kulit dan kelainan di kulit dengan menggunakan mikroskop pembesar (dermatoscope).

2.      Biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan di kulit pasien untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium.

Penanganan Aktinik Keratosis

Aktinik keratosis umumnya dapat pulih dengan sendirinya. Dokter biasanya cukup menyarankan pasien untuk menggunakan tabir surya dan pelembab, agar kondisi kulitnya tidak makin parah. Namun pada kasus tertentu, aktinik keratosis perlu ditangani dengan obat-obatan, terapi khusus, dan operasi.

1.      Obat-obatan

Obat-obatan digunakan jika terdapat banyak aktinik keratosis di permukaan kulit. Obat yang diberikan merupakan obat topikal (oles) dalam bentuk krim atau gel.

2.      Terapi Photodynamic (PDT)

Pada prosedur ini, dokter akan mengoleskan bahan kimia ke kulit yang bermasalah. Setelah itu, dokter akan menggunakan lampu khusus untuk menghancurkan aktinik keratosis.

Perlu diketahui bahwa terapi ini dapat menimbulkan efek samping di kulit, berupa kemerahan, pembengkakan, dan sensasi seperti terbakar.

3.      Krioterapi

Pada prosedur ini, dokter akan menggunakan cairan nitrogen untuk membekukan dan mengangkat aktinik keratosis. Krioterapi dapat menyebabkan infeksi, lepuhan, serta perubahan tekstur dan warna kulit pada area yang terkena solar keratitis.

4.      Operasi

Pada kasus yang parah, operasi dengan scraping akan disarankan oleh dokter sebagai solusi untuk mengangkat sel-sel kulit yang rusak. Awalnya, dokter akan menyuntikkan bius lokal pada pasien, kemudian mengikis sel-sel yang rusak di permukaan kulit menggunakan alat kuret.

Pencegahan Aktinik Keratosis

Perlindungan diri dari sinar UV sangat penting untuk mencegah perkembangan dan kambuhnya aktinik keratosis. Jika Anda sering beraktivitas di bawah sinar matahari, sangat disarankan untuk melakukan upaya pencegahan berikut :

1.      Gunakan tabir surya yang tahan air dan mengandung SPF 30 dan oleskan di bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahari secara merata.

2.      Batasi beraktivitas di bawah sinar matahari secara langsung antara pukul 10 pagi hingga 3 sore, karena sinar ultraviolet yang dipancarkan sangat tinggi.

3.      Lindungi kulit dari paparan sinar matahari dengan pakaian lengan panjang, celana panjang, kaos kaki, sepatu tertutup, jaket, dan topi.

4.      Hindari menggunakan tanning bed. Alat tanning tersebut dapat memancarkan sinar ultraviolet dan radiasi yang dapat merusak kulit.

5.      Lakukan pemeriksaan kulit secara berkala jika kulit Anda bermasalah agar bisa langsung ditangani jika gejala solar keratosis terdeteksi.

 

Referensi :

Zahrudin Achmad. 2019. Aktinik Keratosis : Patofisiologi dan Manifestasi Klinis. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

De Oliveira, E. et al. 2019. Actinic Keratosis - Review for Clinical Practice. International Journal of Dermatology, 58(4), pp. 400-7.

Reinehr, C. & Bakos, R.. 2019. Actinic Keratoses: Review of Clinical, Dermoscopic, and Therapeutic Aspects. Anais Brasileiros de Dermatologia, 94(6), pp. 637-57.

Dermnet New Zealand. 2019. Actinic Keratosis Dermoscopy.

Skin Cancer Foundation. 2022. Actinic Keratosis.

National Health Service UK. 2020. Health A to Z. Actinic Keratoses (Solar Keratoses).

Mayo Clinic. 2021. Diseases & Conditions. Actinic Keratosis.

Gray, D. Healthline. 2018. A Visual Exam May Not Be Enough for Skin Cancer Check.