Obat Generik, Sehat dan Hemat
Suatu waktu kami sebagai petugas kesehatan menjumpai permintaan pasien yang datang berobat ke faskes meminta “Mbak / Mas, Saya nanti minta diresepi obat paten saja ya?” atau “Saya ganti obat yang paten saja Mbak/ Mas, biar cepet sembuh”. Gambaran seperti apa yang masih ditangkap oleh sebagian besar masyarakat Indonesia terkait obat generik? Apakah benar kualitas obat generik jauh berbeda dengan obat paten, sehingga tidak manjur untuk pengobatan? Apakah sosialisasi massal dan massiv diberbagai media cetak dan digital oleh pemerintah pada tahun 2010 terkait obat generik sudah mulai terlupakan? Maka dari itu, menjadi penting untuk kita diskusikan kembali esensi sesungguhnya obat generik itu obat yang bagaimana?
Obat paten merupakan obat pioneer atau produk pertama yang dihasilkan oleh suatu perusahaan melalui penelitian panjang, melewati uji pra-klinis dan klinis yang kemudian mendapatkan persetujuan ijin edar oleh FDI untuk dipasarkan secara komersil. Obat paten hanya dapat diproduksi oleh perusahaan yang memiliki hak paten obat tersebut atau perusahaan lain dengan ijin dari pemilik paten selama 20 tahun setelah dirilis. Setelah masa paten habis, obat tersebut dapat diproduksi massal oleh industri farmasi lain dengan formula mereka masing-masing. Mulai dari sinilah muncul istilah obat generik, yang mana terbagi menjadi obat generik berlogo dan obat generik bermerk. Hal yang membedakan kedua obat generik yaitu obat generik bermerk mencantumkan nama dagang diatas bahan aktif pada label/ kemasan obat sesuai merk yang didaftarkan saat pengajuan ijin edar, sedangkan obat generik berlogo mencantumkan nama bahan aktif pada label/ kemasan obat disertai logo obat generik.
Obat generik bermerk yang beredar luas di pasaran inilah yang seringkali salah dipersepsikan sebagai obat paten. Pasien seringkali tersugesti dan lebih percaya pada keampuhan obat generik bermerk dari pada generik berlogo. Pada kenyataannya, obat generik bermerk maupun generik berlogo mengandung bahan aktif yang sama dengan obat paten pertama. Keduanya telah sama-sama mengantongi ijin edar dari BPOM setelah melewati tahap uji BA/ BE (penyerapan/ ketersediaan obat dalam darah) dan berbagai persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku untuk dapat dipasarkan. Otoritas internasional juga telah membuktikan bahwa perbedaan penyerapan obat generik dibandingkan obat paten berada pada kisaran 3,5% dimana toleransi yang dapat diterima adalah kurang dari 20%.
Hal ini menjamin keamanan dan efektifitas obat generik yang beredar dimasyarakat tidak jauh berbeda dengan obat paten. Perbedaan harga yang signifikan antara paten dan generik dikarenakan biaya penemuan obat baru yang begitu besar, dibandingkan obat generik yang merupakan produk copy dari obat paten tersebut. Setelah pembahasan panjang ini, apakah anda masih berikeras untuk memakai obat paten dengan biaya yang mahal? Bukankah dengan harga yang ekonomis dan kualitas yang sama bisa kita datapkan dengan mengkonsumsi obat generik? Mari lebih cermat dalam mewujudkan hidup sehat yang hemat.
Referensi :
Kemenkes, 2010, sehat tapi hemat bersama obat generik, www.kemkes.go.id/article/print/850/sehat-tapi-hemat-bersama-obat-generik.html
Iryan Ali, 2013, strategi komunikasi OGB: integrated, high impact, low cost, https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/iryanali/552882d7f17e61705a8b458a/strategi-komunikasi-ogb-integrated-high-impact-low-cost
Alvin saputra, 2021, jangan sampai salah, perbedaan obat generik dan obat paten adalah, https://www.google.com/amp/s/aido.id/amp/health-articles/jangan-sampai-salah-perbedaan-obat-generik-dan-obat-paten-adalah/detail
Sumber foto :
https://img-z.okeinfo.net/okz/500/library/images/2022/05/26/znafzzvy58i1ztuuo4o7_19868.jpg
