Senin, 12 Desember 2022 14:18 WIB

Mulut yang Sering Terbuka, Bisa Jadi Gangguan OMD

Responsive image
4950
Frida Handayani, SST - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Mulut merupakan salah satu organ penting dari tubuh. Bagian-bagian mulut meliputi kedua bibir, rongga mulut, gusi, gigi geligi, langit-langit lunak dan keras, velum, lidah. Dua keutamaan fungsi mulut adalah untuk proses makan dan berbicara. Secara normal manusia bernafas melalui hidung. Namun karena adanya beberapa hambatan jalan nafas menyebabkan pada beberapa orang secara tidak sadar menggunakan mulutnya untuk bernafas.

Orofacial Myofunctional Disorders (OMD)

Merupakan penyimpangan bentuk dan fungsi orofacial. Melibatkan  otot-otot mulut dan orofacial yang mengganggu pertumbuhan, perkembangan atau fungsi normal struktur orofacial. OMD dapat ditemukan pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. OMD dapat terjadi bersamaan dengan berbagai gangguan bicara dan menelan.

Penyebab

Apapun yang menyebabkan lidah berada di posisi yang salah saat istirahat (oral rest posture) akan menyebabkan kesulitan terjadinya penutupan bibir sehingga mengarah pada OMD. Penyebab OMD tidak berdiri sendiri melainkan multifaktor sebagai berikut;

1.     Inkompetensi jalan napas, karena tersumbatnya saluran hidung akibat obstruksi struktural. Misalnya pembesaran amandel, deviasi septum dan alergi rhinitis (penyebab terbesar mouth breathing). Sehingga mengakibatkan obstruksi jalan napas bagian atas dan postur mulut terbuka serta pola menelan dan pernapasan mulut yang salah (mouth breathing).

2.     Kebiasaan mengisap & mengunyah yang tidak benar melewati usia 3 tahun.

3.     Kelainan orofasial dan ankyloglossia (frenulum/tali di lidah, bibir dan bukal yang dapat mempengaruhi fungsi gerak)

Apa saja tanda seseorang mengalami OMD?

1.    Mulut yang selalu terbuka sepanjang hari maupun saat tidur. Bila diamati ketika tidur disertai mendengkur.

2.    Posisi lidah saat istirahat/diam yang tidak normal, yakni lidah selalu berada di dasar mulut. Pada kondisi normal seharusnya ujung lidah naik ke atas menyentuh lengkung gigi atas.

3.    Maloklusi gigi. Tidak sejajarnya antara gigi atas dan bawah saat menggigit. Bentuknya bisa berupa openbite (gigi seri atas dan bawah tidak bertemu secara vertikal), underbite (gigi bawah lebih maju), overbite (gigi atas lebih maju daripada gigi bawah), crossbite (gigi atas masuk ke dalam gigi bawah). Hasil studi terbaru menyebutkan maloklusi berhubungan erat dengan gangguan bicara pada anak dengan mouth breathing angkanya diatas 48%.

4.    Kebiasaan mulut yang negatif. Kebiasaan menghisap jempol atau jari, menggigiti kuku, mengempeng dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi posisi gigi, serta pola pertumbuhan tulang wajah yang normal.

5.    Kelainan struktur tali lidah yang pendek (short frenulum). Akibat keterbatasan gerak lidah akan kesulitan untuk pengucapan konsonan /r/. Kalaupun anak bisa mengucapkan konsonan /t, d, l, n, s, z/ biasanya dengan menyesuaikan dengan gerakan lidah mereka (kompensasi) namun pada akhirnya akan tidak efektif.

6.    Mengeces (drooling), khususnya pada anak usia lebih dari 2 tahun.

7.    Anak memiliki kesulitan mengunyah atau menelan makanan. Kebiasaan mengunyah makanan dengan mulut terbuka, membutuhkan air saat menelan makanan, setelah menelan banyak tersisa remahan makanan di lidah.

 

Dari tanda dan gejala yang telah disebutkan diatas, seseorang dapat dinyatakan sebagai mouth breather (sebutan pada mouth breathing, yang bernafas lewat mulut) apabila kondisi itu sudah menetap minimal selama kurun waktu 6 bulan. Bila tidak ditangani akan menyisakan beberapa permasalahan diantaranya gangguan pertumbuhan cranio-orofacial, gangguan bicara, gangguan nutrisi, gangguan kualitas tidur, dan gangguan belajar/prestasi anak di sekolah.

Secara keseluruhan orang yang bernafas melalui mulut menunjukkan perubahan pada postur, tonus dan mobilitas bibir, lidah dan pipi. Yang mengakibatkan berkurangnya fungsi stomatognatik (mengunyah, menelan dan bicara), otot rahang lemah, postur kepala anterior, atresia maksila, dan gangguan bicara.  

Terdapat beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa mouth breathing membawa dampak yang buruk terhadap kemampuan artikulasi anak. Mereka kesulitan untuk mengucapkan konsonan bilabial /p, b, m/ dan konsonan frikatif /f, v, s, z/. Tingkat insiden gabungan antara OMD dengan gangguan bicara mencapai 81,7%.

Penanganan

Pemeriksaan OMD membutuhkan pendekatan tim yang saling terintegrasi. Dibutuhkan kolaborasi antar profesi meliputi Dokter Gigi, Orthodentis, THT, ilmunologi, bedah mulut, terapis wicara dan lain-lain.

Tujuan utama terapi OMD adalah untuk membantu pasien melatih kembali disfungsi pola otot dan pola adaptif fungsi otot dalam hal;

1.    Optimal oral rest posture yang tepat. Yaitu menciptakan dan menstabilkan lidah, bibir, gigi dan rahang dalam posisi istirahat yang normal. Posisi normal yang dimaksud adalah kedua rahang mengatup, lidah elevasi penuh ke palatum serta kedua bibir tertutup rapat.

2.    Membiasakan pernafasan hidung.

3.    Mengatasi kebiasaan mulut (oral habit) yang kurang baik.

4.    Ketrampilan mengunyah atau menelan

5.    Meningkatkan penempatan artikulasi bunyi bicara

Dengan demikian hasil temuan pada penelitian yang telah ada bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan meminimalisir efek negatif dari mouth breathing. Diantara beberapa profesional lainnya, tugas  dan peran terapis wicara turut berkontribusi untuk meingkatkan kemampuan perkembangan bahasa dan bicara, fungsi stomatognathik (mengunyah, menelan dan bicara).

 

Referensi:

https://www.asha.org/practice -portal/clinical-topics/orofacial-myofunctional-disorders/Alhazmi WA (2022), Mouth breathing and speech disorders: a multidisciplinary evaluation based on the etiology. J Pharm BioallSci 2022;14, Suppl S1:911-6

Sumber gambar :

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images q=tbn:ANd9GcRDZRwsswueNPQlBm2o5rOO2ZAxAamnvTAJE2u7G8SAUbMylLTgb-U8dO46MuK9_8FX_bo&usqp=CAU

https://ballantynefamilydental.com/wp-content/uploads/2020/01/What-is-the-short-lingual-frenulum.jpg

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRuAPndxFs8BIoRBAfoKu41AaMGJO3AL2iO4PaKGy-v0-66yXiMFrelgRwXsfO6c-cDKtc&usqp=CAU