Jumat, 09 Desember 2022 11:15 WIB

Malas Gerak Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung

Responsive image
1103
dr. Furqon Satria Adi P., Sp.JP - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Apa itu gaya hidup malas gerak (sedentary lifestyle) yang melanda masyarakat Indonesia?

Mager atau malas gerak (sedentary lifestyle) didefinisikan sebagai setiap perilaku bangun yang ditandai dengan pengeluaran energi 1,5 METS, seperti duduk atau berbaring. Evidence terbaru menunjukkan bahwa malas gerak terus menerus (seperti duduk untuk waktu yang lama) terkait dengan metabolisme glukosa yang abnormal dan morbiditas kardio-metabolik, serta kematian secara keseluruhan.

Mengurangi sedentary lifestyle melalui promosi aktivitas fisik misalnya (berdiri, menaiki tangga, dan jalan-jalan pendek) dapat mendukung seseorang untuk secara bertahap meningkatkan tingkat aktivitas fisik untuk mencapai tingkat yang direkomendasikan untuk kesehatan yang optimal.

Apa itu aktivitas fisik?

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan berjalan kaki, bersepeda, olahraga, dan bentuk rekreasi aktif (misalnya : menari, yoga, tai chi, dan latihan beban) adalah jenis latihan fisik yang umum. Aktivitas fisik juga dapat dilakukan sebagai bagian dari pekerjaan (misalnya mengangkat, membawa, atau aktivitas aktif lainnya) dan sebagai bagian dari tugas rumah tangga.

Apakah aktivitas fisik hanya untuk orang dewasa muda?

Rekomendasi WHO :

1.      Children and adolescents aged 5-17 years, minimal 60 menit moderate intensity.

2.      Adults aged 18-64 years : 150 menit moderate, atau 75 menit vigorous.

3.      Adults aged 65 years and above : 150 menit moderate atau 75 menit vigorous, lebih direkomendasikan jika sampai 300 menit moderate, ditambah 2x seminggu resistance training.

Apakah orang Indonesia zaman sekarang termasuk yang malas gerak?

Sayangnya iya. Studi yang dilakukan para peneliti di Stanford University yang mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara paling malas berjalan kaki di seluruh dunia. Studi tersebut menyebut bahwa rata-rata orang Indonesia berjalan kaki hanya 3.513 langkah per hari.

Para peneliti Stanford University menggunakan data menit per menit dari 700.000 orang di seluruh dunia yang menggunakan Argus, aplikasi pemantau aktivitas yang ada di telepon seluler.

Para peneliti terkejut ketika menemukan fakta bahwa kesenjangan aktivitas juga didorong berdasarkan gender. Di negara yang penduduknya paling malas berjalan kaki, wanita cenderung lebih mager ketimbang pria.

Mengapa orang Indonesia malas jalan kaki?

1.      Infrastruktur pedesterian tidak memadai.

2.      Cuaca panas

3.      Catcalling

Selanjutnya, apa hubungan malas gerak dan penyakit jantung?

1.      Malas gerak berkaitan erat dengan penurunan metabolisme lemak darah, yang menghasilkan peningkatan LDL (kolesterol jahat) penurunan HDL (kolesterol baik), sehingga penumpukan lemak darah ke dinding pembuluh darah semakin masif. Hasilnya dalam jangka panjang adalah aterosklerosis sebagai faktor risiko serangan jantung.

2.      Malas gerak menurunkan jumlah pengeluaran energy (kalori) sehingga penumpukan lemak akan meningkatkan berat badan. Berat badan yang berlebih sampai obesitas akan memperberat kerja jantung. Ibaratnya mesin 1500 cc Toyota Yaris disuruh menarik beban Toyota Fortuner, tentu akan lebih mudah lelah dan ngos-ngosan.

3.      Malas gerak akan menurunkan fungsi otot gerak (ekstremitas). Di level seluler, akan terjadi disfungsi mitokondria (sumber energi sel) dan terjadi atrofi otot. Otot yang mengecil tidak mampu menerima kelebihan glukosa yang dikonsumsi sehingga akan menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin ini faktor risiko penyakit diabetes dan penyakit jantung.

4.      Risiko penyakit jantung dari malas gerak hampir setara dengan hipertensi, merokok, dan diabetes mellitus.

Apakah orang yang terkena penyakit jantung perlu gaya hidup aktif?

Bukan hanya perlu, tapi wajib. Gaya hidup aktif, terutama latihan olahraga dapat meningkatkan kapasitas fisik pasien jantung. Tidak ada obat-obatan jantung yang dapat meningkatkan kapasitas fisik pasien jantung. Aktivitas fisik dan latihan dilakukan dengan prinsip starts low, goes slow.

 

Referensi :

https://uns.ac.id/id/

https://kkn.undip.ac.id/

https://dinkes.kalbarprov.go.id/