Rabu, 07 Desember 2022 15:55 WIB

Dispraksia

Responsive image
2876
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Dispraksia adalah gangguan umum yang mempengaruhi gerakan dan koordinasi. Ini juga dikenal sebagai gangguan koordinasi perkembangan. Dispraksia tidak mempengaruhi kecerdasan seseorang, melainkan mempengaruhi keterampilan koordinasi, seperti melakukan sesuatu yang membutuhkan keseimbangan, berolahraga, atau belajar mengemudikan mobil. Dispraksia juga dapat mempengaruhi keterampilan motorik halus, seperti menulis atau menggunakan benda kecil. Dyspraxia atau developmental coordination disorder merupakan kelainan bawaan, tetapi tidak selalu dapat terdeteksi sejak lahir. Dyspraxia berbeda dengan apraxia meskipun keduanya terdengar mirip. Dyspraxia ditandai dengan terlambatnya seorang anak mencapai satu titik perkembangan yang seharusnya sudah dicapai oleh anak seusianya. Sedangkan apraxia ditandai dengan hilangnya kemampuan tertentu yang sebelumnya sudah dimiliki atau dikuasai. Dyspraxia dapat terjadi pada siapa saja, tetapi kondisi ini lebih sering diderita oleh anak laki-laki daripada anak perempuan. Dyspraxia tidak terkait dengan tingkat kecerdasan, tetapi dapat menurunkan kemampuan penderitanya untuk belajar. Kondisi ini juga dapat memengaruhi kepercayaan diri penderitanya.

Penyebab Dyspraxia

Sampai saat ini, penyebab dyspraxia masih belum dapat dipastikan. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat gangguan perkembangan sistem saraf di otak. Hal tersebut dapat mengganggu aliran sinyal saraf dari otak ke anggota tubuh.

Koordinasi dan pergerakan anggota tubuh merupakan proses yang melibatkan berbagai saraf dan bagian otak. Jika terdapat gangguan pada salah satu saraf atau bagian otak, hal ini dapat menyebabkan terjadinya dyspraxia.

Faktor Risiko Dyspraxia

Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko anak mengalami dyspraxia, yaitu :

1.      Terlahir prematur

2.      Terlahir dengan berat badan rendah.

3.      Memiliki keluarga dengan riwayat dyspraxia atau gangguan koordinasi gerak tubuh.

4.      Terlahir dari ibu yang merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau menggunakan narkoba selama hamil.

Gejala Dyspraxia

Pada usia sekolah, anak yang mengalami dyspraxia sering kali tidak mampu menyelesaikan tugas sekolah dan dianggap malas. Secara umum, gejala dyspraxia yang bisa terlihat pada anak-anak adalah :

1.      Ceroboh, seperti sering terbentur atau menjatuhkan barang.

2.      Susah berkonsentrasi, mengikuti perintah, dan mengingat informasi.

3.      Tidak bisa mengontrol perilaku diri sendiri.

4.      Sulit menyelesaikan tugas.

5.      Sulit mempelajari informasi baru.

6.      Sulit mendapatkan teman baru.

7.      Sulit atau lamban untuk berpakaian atau mengikat tali sepatu.

Dyspraxia juga bisa berlanjut sampai remaja dan dewasa. Gejala dyspraxia yang dapat terlihat di usia ini antara lain postur tubuh yang tidak normal saat berjalan, gangguan keseimbangan, sulit mempelajari keterampilan atau berolahraga, dan kurang percaya diri.

Pemeriksaan Dyspraxia

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan antropometri untuk menilai pertumbuhan anak. Dokter juga akan menilai perkembangan anak dengan denver scoring.

Untuk menilai perkembangan anak, dokter mungkin akan meminta anak untuk menulis, menggambar, melompat, menyusun balok, menggenggam, atau melakukan gerakan sederhana lainnya.

Perlu diingat, tidak semua anak yang terlihat ceroboh atau lamban pasti menderita dyspraxia. Seorang anak dikatakan mengalami dyspraxia bila kemampuan gerak dan koordinasinya jauh di bawah rata-rata anak seusianya, dan menyebabkan gangguan saat beraktivitas.

Diagnosis dapat mengarah pada dyspraxia jika gejala-gejala di atas muncul sejak masa kanak-kanak dan tidak terdeteksi adanya kondisi lain yang menyebabkan timbulnya gejala tersebut.

Penanganan Dyspraxia

Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan dyspraxia. Pada penderita dyspraxia bergejala ringan, gangguan ini bisa membaik seiring pertambahan usia. Dukungan dari orang tua dan orang-orang sekitar sangat penting untuk membantu anak dengan dyspraxia mengejar keterlambatan dan mengatasi hambatan yang dialaminya. Selain itu, ada beberapa terapi yang bisa diberikan oleh dokter untuk membantu penderita dyspraxia, yaitu :

1.      Terapi okupasi, untuk mengajarkan pasien cara-cara praktis dalam melakukan rutinitas sehari-hari.

2.      Fisioterapi atau terapi fisik, untuk meningkatkan kemampuan motorik.

3.      Cognitive Behavioural Therapy (CBT), untuk mengubah pola pikir pasien terhadap keterbatasannya sehingga perilaku dan perasaan pasien menjadi lebih baik.

Pencegahan Dyspraxia

Dyspraxia tidak dapat dicegah, karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, untuk menurunkan risiko terjadinya gangguan perkembangan pada anak, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh ibu selama masa kehamilan, yaitu :

1.      Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang.

2.      Menghindari paparan asap rokok.

3.      Tidak mengonsumsi minuman beralkohol.

4.      Tidak sembarangan mengonsumsi obat-obatan.

5.      Menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk memantau kondisi janin.

 

Referensi :

M. Sukri Azwar Lubis. 2018. Melacak Kesulitan Anak Saat Belajar Akibat Kelainan Perkembangan Motorik. Jurnal Pendidikan Anak Universitas Islam Medan.

Green, D. & Payne, S. 2018. Understanding Organisational Ability and Self-Regulation in Children with Developmental Coordination Disorder. Current Developmental Disorders Reports, 5, pp. 34-42.

Harrowell, I., et al. 2018. The Impact of Developmental Coordination Disorder on Educational Achievement in Secondary School. Research in Developmental Disabilities, 72, pp. 13-22.

National Health Service UK. 2020. Health A to Z. Dyspraxia (Developmental Co-ordination Disorder) in Adults.

National Health Service UK. 2019. Health A to Z. Developmental Co-ordination Disorder (Dyspraxia) in Children.

National Institute of Health. 2021. National Library of Medicine. Anthropometric Measurement.

Patient Info. 2021. Dyspraxia and Apraxia.

Verywell Mind. 2022. What is Developmental Coordination Disorder?

WebMD. 2021. Apraxia: Symptoms, Causes, Tests, Treatments.