Senin, 05 Desember 2022 15:04 WIB

Pengaruh Penyapihan pada Kesehatan Anak

Responsive image
23535
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kehadiran seorang anak di tengah keluarga tentunya merupakan anugerah terbesar yang patut disyukuri oleh setiap orang tua, karena begitu besarnya arti seorang anak, kehadirannya pun sangat dinanti-nanti. Anak harus dirawat dengan baik sejak awal kelahirannya. Semua kebutuhannya harus terpenuhi, salah satunya adalah makanan. Makanan yang paling baik dan aman untuk anak yang baru lahir adalah Air Susu Ibu (ASI). ASI diperoleh melalui proses menyusui. Menyusui merupakan proses pemberian makanan bagi bayi dengan susu secara langsung dari payudara ibu.

Masa menyusui adalah masa terpenting bagi pertumbuhan seorang bayi, nutrisi yang diterima bayi pada masa ini, diistilahkan sebagai masa emas (golden age). Dianggap sebagai masa keemasan anak, karena pada periode tersebut, si kecil mengalami perkembangan terbaiknya, baik secara fisik maupun psikis. Pentingnya masa menyusui ini bahkan telah lama terkandung dalam Al-Quranul Karim. Menyusui selama 2 (dua) tahun disebut sebagai bentuk maksimalnya perhatian orang tua kepada bayinya. Allah SWT berfirman dalam Surat Lukman Ayat 14 yang artinya “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah, dan menyapihnya dalam 2 (dua) tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.

Dalam dunia kedokteran membuktikan, ASI yang diberikan selama 2 (dua) tahun terbukti menjadikan bayi lebih sehat karena ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. ASI juga dapat meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan jalinan kasih sayang. Proses pemberian ASI hingga bayi berusia 2 (dua) tahun juga dapat mendatangkan keuntungan secara psikologis. Kontak fisik antara ibu dan bayinya melalui aktivitas menyusui dapat memberi rasa tenang dan mengurangi stres.

Dengan demikian maka akan terbentuk mental atau kepribadian anak yang baik, sebab sejak bayi sudah mendapatkan kenyamanan dan rasa tenang dari sang ibu. Namun sebaliknya jika sejak bayi sudah mendapatkan suasana yang dapat menimbulkan stres, maka itu akan terbawa hingga dewasa. Stres dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku seperti depresi, agresi, dan marah yang berlebihan bahkan bisa berujung pada penyalahgunaan zat yang dapat menjadi suatu bentuk ancaman keamanan baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Ini menjadi isyarat bahwa pendidikan anak 2 (dua) tahun itu ada di pangkuan ibunya, untuk itu ibu harus fokus dalam proses menyusui ini.

Menyusui dalam Islam disifati sempurna ketika sudah mencapai 2 (dua) tahun. Dan di usia inilah Allah memerintahkan untuk menyapih. Kita ketahui bahwa proses penyapihan bayi zaman dulu dan sekarang sudah mulai tampak berubah baik di kota-kota besar maupun di pedesaan. Umur penyapihan semakin muda (usia anak kurang dari 2 tahun). Ibu cenderung memberikan susu botol atau formula dan makanan pendamping lainnya dengan berbagai alasan seperti ASI sedikit, sibuk kerja, menjaga penampilan serta kecantikan dan sebagainya.

Namun adapun jika dilihat dari sisi medis saja, dikatakan cukup untuk memberikan ASI kepada bayi selama 6 (enam) bulan, hal tersebut disampaikan oleh pakar kesehatan, merekomendasikan agar memberikan ASI eksklusif sampai usia 6 (enam) bulan. Setelah bayi mencapai usia 6 (enam) bulan, hendaknya diberikan makanan tambahan lain selain ASI, yang disebut dengan makanan pendamping ASI (MPASI)”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyapih :

1.      Niat

Dalam agama islam, tentunya kita ketahui setiap amalan tergantung dari niat. Oleh karenanya jika menyapih didasarkan pada niat, usaha kedua orang tua dalam proses ini akan bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah SWT semata.

2.      Musyawarah antara suami istri

Anak ketika disapih pasti akan rewel, sehingga dibutuhkan kerja sama dan saling membantu antara suami istri. Menyapih bukanlah proses yang mudah. Peran dan dukungan suami akan sangat meringankan proses menyapih ini. Tidak hanya dukungan secara emosional, namun dukungan secara nyata dalam bentuk tindakan, misalnya saat begadang malam bisa dilakukan bergantian, ayah bisa membantu berdialog pada anak, melakukan pengalihan saat anak ingin menyusu pada ibunya, dan bentuk-bentuk dukungan lainnya, Oleh karenya musyarawarah antara suami istri sangat diperlukan.

3.      Tekad kuat

Menyapih bukan hal yang mudah dilakukan karena ikatan yang sudah kuat antara ibu dan anak. Bahkan, mungkin anak akan menangis atau tidak bisa jauh dari ibunya. Karena itu, jika ibunya tidak memiliki tekad yang kuat, maka proses penyapihan akan gagal. Sudah bukan rahasia lagi bahwa menyusui adalah peristiwa paling manis antara ibu dan anak, maka dalam proses menyapih ini pasti akan ada hal-hal yang kadang membuat kita ragu dalam menyapihnya. Lakukan komitmen yang telah dibuat dan disepakati bersama. Siapkan kesabaran yang berlipat ganda, karena proses ini akan cukup menjadi drama bagi ibu dan anak. Ini adalah bagian dari proses mendidik anak, maka jikalau kita sebagai orang tuanya masih ragu, bagaimana nanti dengan tantangan pengasuhan yang lain, karena menyapih adalah proses negosiasi dan penanaman kemandirian pertama untuk anak.

4.      Kondisi kesehatan anak

Pastikan anak dalam kondisi sehat ketika melakukan penyapihan. Sebab jika anak dalam kondisi sakit akan sulit melakukan penyapihan. Selain kondisi fisik, pastikan kondisi psikologis anak juga sudah siap, jangan sampai mereka tertekan dan tidak bahagia.

5.      Komunikasikan dengan anak

Kedua orang tua harus menjelaskan kepada anak dengan cara dan bahasa yang mudah dipahaminya terkait alasan menyapih. Tujuannya agar tidak terjadi salah paham, yang mungkin bisa memengaruhi psikologi anak. Orang tua juga bisa memberikan hadiah kepada anak jika bersedia disapih, seperti memberikan makanan dan minuman yang disukai anak atau lainnya.

Dampak penyapihan :

1.      Dilihat dari aspek jasmani

Dunia kesehatan menyebutkan bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi anak-anak hingga usia 2 (dua) tahun sebagaimana disepakati oleh para ahli ilmu kedokteran. ASI menjadi makanan dan minuman pokok yang hanya boleh dikonsumsi oleh bayi yang baru lahir dan diberikan sesegera mungkin setelah kelahirannya. Pada tahapan selanjutnya, ASI diberikan kepada bayi dengan tambahan makanan lunak atau padat yang disebut dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) hingga mencapai usia 2 (dua) tahun. Pemberian ASI dianjurkan hingga usia anak mencapai 2 (dua) tahun sebab 2 atau 1000 hari pertama kehidupan merupakan usia emas anak. Masa itulah yang memengaruhi anak menjadi sehat atau cerdas ketika dewasa nanti. Maka, gizi yang baik dan seimbang, termasuk pemberian ASI pada 1000 hari pertama kehidupan harus terpenuhi.

2.      Dilihat dari aspek rohani

Air susu ibu tidak dapat ditandingi dengan air susu lainnya. Air susu ibu adalah makanan terbaik. Dengan air susu ibu itulah anak dapat membentuk dirinya dari darah ibu. Darah ini kemudian beralih menjadi air susu dan susu itulah yang menjadi makanan bayi. Pemberian ASI inilah yang akan membantu anak memulai kehidupannya dengan baik. Seorang ibu sewaktu menyusui anak, ia tidak sekedar menyusui, tetapi dengan penuh perasaan kelembutan, kasih sayang dan belaian. Dengan demikian, perasaan sayang itulah yang akan tumbuh pada diri seorang anak, juga rasa cinta dan kebaikan. Sebaliknya, orang yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu, mereka merasakan dirinya terbelenggu, lalu akan timbul karakter yang keras, jahat, dan dendam.

Secara psikologi masa menyusui / penyapihan mempengaruhi perkembangan anak. Erikson mengemukakan bahwa ada sebuah tahapan pada bayi yaitu tahap bayi (infancy). Periode ini disebut dengan sensorik oral. Orang biasa melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok ibu memainkan peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih sayang kepada anak, dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Ini adalah tahap pertama psikologi anak yang dimulai di tahun pertama bayi. Bayi akan sangat bergantung kepada orang lain, seperti orang tua atau anggota keluarga lainnya. Oleh karenanya ia membutuhkan cukup kasih sayang dan perhatian supaya ia belajar bahwa dunia tempat ia tinggal itu menyenangkan. Disinilah terbentuk rasa percaya (trust) pada diri bayi.

Sebaliknya jika gagal di periode ini, maka anak akan memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan, tidak nyaman dan penuh frustasi. Begitu penting meletakkan sentuhan awal antara kulit ibu dan bayi pada menit-menit pertama dan beberapa saat setelah kelahirannya, diketahui akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Inilah yang dinamakan peningkatan hubungan kasih sayang antara orang tua dan bayi yang bersifat unik, spesifik, dan lama.

Dampak positifnya bagi psikologi anak adalah anak merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, dan menumbuhkan sikap sosial sehingga anak merasa aman dan berani mengadakan eksplorasi. Ikatan ini akan terus menerus bertambah kuat dan mendalam setiap kali ibu menyusui anaknya, sebab ketika menyusui tidak hanya terjadi kontak kulit tetapi juga kontak mata antara ibu dan anak. Anak juga dapat mendengar dan merespon suara dari ibunya. Jadi dapat dikatakan bahwa terjadi komunikasi yang baik antara anak dan ibu selama penyapihan dan itu erat kaitannya dengan perkembangan psikologi (jiwa dan mental) anak.

Adapun cara penyapihan yang dapat dilakukan seorang ibu ketika akan menyapih anaknya adalah dianjurkan agar dilakukan secara bertahap agar anak tidak merasa kaget dengan perubahan itu. Anak dibiasakan untuk tidak diberikan ASI seperti sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mencegah keburukan yang ditimbulkan karena perubahan kebiasaan itu. dasar rasa percaya dan keyakinan pada tiap manusia dan itu hanya bisa dilakukan oleh sosok ibu.

Berdasarkan beberapa ulasan di atas tentunya penyapihan harus dilakukan dengan cara yang baik dan bertahap. Tujuannya agar anak tidak merasa kaget terhadap apa yang akan dialaminya. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan kedua orang tua berkaitan dengan penyapihan ini antara lain : harus ada niat, musyawarah antara suami istri, tekat yang kuat, komunikasi yang baik dengan anak dan anak harus dalam kondisi sehat. Menyusui dan menyapih mempunyai beberapa dampak positif yakni dari aspek kesehatan anak menjadi sehat, cerdas dan terhindar dari cacat tubuh sebab mendapatkan gizi yang jauh lebih seimbang. Sedangkan dari aspek moral (akhlak / mental), anak akan lebih terbentuk menjadi pribadi yang berakhlak baik yang didapat sejak bayi selama proses menyusui dan menyapih pada ibunya. Menyusui dan menyapih mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan kematangan emosional, mental, dan psikososial anak. Anak yang sejak bayi sudah mendapatkan sentuhan kasih sayang orang tua melalui proses menyusui akan terbentuk menjadi anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, jauh dari stres dan frustasi dan memiliki emosi dan moral yang baik. Karena di dalam proses menyusui dan menyapih ini ada unsur pendidikan dan iman serta takwa. Sebaliknya, orang yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu, mereka merasakan dirinya terbelenggu, lalu akan timbul karakter yang keras, jahat dan dendam, bahkan bisa berujung pada penyalahgunaan zat-zat berbahaya yang dapat mengancam keamanan dan keselamatan dirinya dan orang lain.                          

                     

Referensi :

Alfisyahr. Fishal dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tahlili dalam QS. Luqman 31 : 14).

Ai yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Annisa Affani. 2021. Bunda, Begini Cara Menyapih Anak Menurut Islam.

Ari Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Budiasih, Kun Sri. 2008. Handbook Ibu Menyusui. Bandung : Hayati Qualita.

Hidayatullah Ismail. 2021. Syari’at Menyusui dalam Al-Qur’an.

Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam & Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah. 2012. Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid I. Jakarta : PT. Sinergi Pustaka Indonesia.

Mukisi (Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia). 2021. Tinjauan Syari’ah ASI Eksklusif Bagi Bayi.

Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : DIVA Press.

Taufan Nugroho. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta, Nuha Medika.

Utami, Roesli. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : PT Elex Komputindo.