Kamis, 01 Desember 2022 16:15 WIB

Apakah TB pada Anak dapat disembuhkan?

Responsive image
32430
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Prinsip diagnosis dan penatalaksanaan TB di berbagai belahan dunia adalah sama, yaitu mulai dari diagnosis yang akurat, pengobatan yang sesuai standar, monitoring, dan evaluasi pengobatan serta tanggung jawab kesehatan masyarakat. Ketepatan diagnosis sangat menentukan keberhasilan tahap penatalaksanaan TB berikutnya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kedokteran keluarga untuk mencegah penularan penyakit ini dengan mengidentifikasi faktor resiko pada pasien ini

Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.  Respon klinis yang baik terhadap terapi mempunyai nilai diagnostik. Respon yang baik dapat dilihat dari perbaikan semua keluhan awal. Nafsu makan membaik, berat badan meningkat dengan cepat, keluhan demam dan batuk menghilang dan tidak merasa sakit. Respon yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan awal.

Penyakit TB berat juga dapat menyebabkan komplikasi seperti terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan dari anak terutama pada usia balita (golden period). Gangguan pertumbuhan dan perkembangan ini harus dikejar untuk kembali normal meskipun pasti ada kelainan yang timbul akibat penyakit kronik tersebut. Ada tiga sifat penting yang terdapat dalam obat TB yaitu memiliki aktivitas bakterisidal, sterilisasi, dan kemampuan mencegah resistensi.

Sifat-sifat tersebut dimiliki oleh tiap obat TB dengan kemampuan yang berbeda-beda. Isoniazid dan rifampisin merupakan bakterisidal paling kuat dan aktif melawan pertumbuhan basil TB. Rifampisin adalah obat sterilisasi paling poten yang ada saat ini. Pirazinamid dan streptomisin juga merupakan bakterisidal yang dapat melawan populasi basil TB. Pirazinamid hanya aktif di lingkungan asam. Streptomisin merupakan bakterisidal yang mampu membunuh basil TB yang tumbuh dengan cepat. Etambutol dan tiosetason digunakan bersama-sama dengan obat lain yang lebih kuat untuk mencegah resistensi basil.

Terapi terhadap penderita TB dimaksudkan untuk menyembuhkan penderita hingga sembuh, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan. Pengobatan pada anak tidak berbeda dengan dewasa, namun ada hal yang harus diperhatikan yaitu pemberian obat untuk tahap intensif maupun lanjutan OAT pada anak diberikan setiap hari, selain itu dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak.

Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan 6 bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, maka OAT tetap dihentikan. Perbaikan klinis yang terjadi antara lain adalah kenaikan berat badan dan pengamatan terhadap peningkatan aktivitas anak dibanding sebelum pengobatan.

Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan sistem skoring (Tabel I). Bila hasil evaluasi dengan sistem skoring didapat skor <5, kepada anak tersebut diberikan isoniazid (INH) dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan sebagai terapi pencegahan (profilaksis). Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai. Obat anti tuberkulosis yang diberikan kepada pasien TB anak bisa dalam bentuk kombipak atau bentuk Fixed Dose Combination (FDC).

OAT-kombipak merupakan OAT yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal dengan paduan obat tuberkulosis. Untuk mempermudah pemberian obat pada pasien anak maka dibuat dalam bentuk racikan. OAT-kombipak memiliki keuntungan yaitu mudah dilakukan penyesuaian dosis jika ternyata pasien mengalami kontraindikasi dengan salah satu obat. Namun kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya kesalahan pada saat penyiapan racikan karena jumlah obat yang cukup banyak.

Obat anti tuberkulosis FDC bentuknya lebih ringkas dan praktis dibanding OAT-kombipak, sehingga penggunaan obatnya pun menjadi lebih mudah. OAT-FDC ini berupa paduan obat tuberkulosis yang diberikan dalam satu tablet yang mengandung kombinasi beberapa jenis obat dengan dosis tepat. Selain kelebihan yang dimiliki daripada OAT-kombipak, dengan OAT-FDC ini diharapkan ketaatan pasien minum obat menjadi lebih baik karena penggunaan obatnya lebih mudah. Namun kelemahannya adalah sulit melakukan penyesuaian dosis untuk pasien yang kontraindikasi dengan obat tersebut.

Penyakit tuberculosis pada anak dapat disembuhkan, yang penting deteksi dini, cepat diobati dan pengobatan dilakukan sampai tuntas. Maka dari itu diharapkan para orang tua dapat memperhatikan kesehatan anaknya.

 

Referensi:

Astutik, E., Wahyuni, C. U., Manurung, I. F. E., & Ssekalembe, G. (2021). Integrated model of a family approach and local support in tuberculosis case finding efforts in people with HIV/AIDS. Kesmas: National Public Health Journal, 16(4), 250–256. https://doi.org/10.21109/kesmas.v16i4.4955

Hermayanti, D. (2013). Studi Drop Out Pengobatan Tuberkulosa (TB) di Puskesmas Kodya Malang.

Elisabet, A. (2014). Advanced treatment of primary pulmonary TB in children with impaired growth and development with the mother as the breadwinner and as a direct therapy observer. Jurnal Agromed Unila, 1(3). Retrieved from https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/download/1292/pdf

Sumber foto: https://tbindonesia.or.id/artikel/apa-itu-tbc-ro/