Rabu, 30 November 2022 13:06 WIB

Gizi untuk Asma

Responsive image
13430
Nurhayati, SST., RD - RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

Setiap manusia membutuhkan nutrisi. Peran penting nutrisi adalah untuk tumbuh kembang. Selain tumbuh kembang, nutrisi bermanfaat juga untuk mencegah dan mengatasi berbagai jenis penyakit, salah satuya adalah penyakit asma.

Asma merupakan penyakit pernapasan kronis, yang ditandai dengan hiper-reaktivitas dan peradangan saluran napas sehingga menyebabkan saluran napas menyempit dan menimbulkan gejala napas berbunyi atau biasa dikenal di masyarakat dengan istilah mengi. Selain gejala tersebut seseorang yang dengan asma mengalami batuk, sesak, dan rasa berat di dada. Pemicu terjadinya kondisi tersebut adalah dikarenakan adanya pelepasan senyawa radang oleh sel imun tubuh terhadap zat penyebab alergi (alergen), seperti serbuk sari, bulu binatang, bahan tambahan pangan, atau jenis makanan tertentu. Selain itu asma dapat juga dipicu oleh polusi, udara dingin, stres emosional, dan berat badan berlebih.

Penanganan asma secara umum bertujuan untuk mengendalikan gejala, menurunkan angka kekambuhan dan kematian akibat asma, serta meminimalkan efek samping dari obat-obat asma. Pengendalian gejala dapat dilakukan dengan menghindari alergen, termasuk bahan makanan tertentu yang dapat memicu alergi serta menjalankan pola hidup sehat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. (Global Strategy for Asthma Management and Prevention dari Global Initiative for Asthma, 2019)

Tidak ada diet secara khusus untuk penyakit asma. Namun, pengaturan makan yang baik merupakan bagian penting dari rencana perawatan asma secara keseluruhan. Sama halnya seperti olahraga teratur, makan makanan yang kaya nutrisi dan teratur sangatlah baik untuk semua orang. Hal ini berlaku juga untuk penderita asma juga.

Apa yang Harus Saya Makan untuk Mencegah Asma?

Makanlah makanan yang sehat, secara teratur dan tidak belebihan. Salah satu pesan di dalam sepuluh pedoman gizi seimbang adalah makan banyak buah dan sayuran. Meskipun belum diketahui buah dan sayuran mana yang mungkin memiliki efek pada asma, saran terbaik adalah tingkatkan asupan berbagai jenis buah dan sayuran karena buah dan sayur merupakan sumber:

Vitamin C

Vitamin C berfungsi melembabkan permukaan saluran napas, menangkap radikal bebas, meningkatkan kekebalan tubuh, serta mengurangi peradangan sehingga dapat mencegah terjadinya penyempitan saluran napas. Kandungan vitamin C yang tinggi dapat diperoleh dari jambu biji, kiwi, paprika, stroberi, jeruk, pepaya, brokoli, dan tomat.

Beta karoten

Beta karoten juga berperan sebagai antioksidan. Kandungan beta karoten tinggi dapat ditemukan pada bahan makanan berwarna jingga atau kuning tua seperti jeruk, wortel, tomat, mangga, dan labu. Makanan yang banyak mengandung beta karoten dapat mencegah, menghambat, dan memperbaiki kerusakan saluran napas pada kondisi asma.

Selain buah dan sayur, dianjurkan juga untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein tinggi yang terdapat pada lauk hewani dan nabati. Karena lauk hewani dan nabati mengandung:

Vitamin D

Penderita asma cenderung memiliki kadar vitamin D rendah di dalam darah. Kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan keparahan asma. Sekitar 80 persen vitamin D dapat dibentuk sendiri oleh tubuh dari bawah kulit yang terpapar oleh ultraviolet B dari sinar matahari langsung. Sekitar 20 persen vitamin D juga dapat diperoleh dari asupan bahan makanan sumber vitamin D seperti ikan tuna, salmon, makerel, udang, hati sapi, telur, mentega, serta susu dan dan yogurt yang difortifikasi vitamin D.

Menurut McKenzie RL dkk (2019) dalam artikel “UV radiation: balancing risks and benefits”, hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh manfaat optimal dari paparan sinar matahari langsung agar tubuh dapat memproduksi vitamin D adalah indeks ultraviolet (UV index) sesuai waktu dan lokasi, warna kulit, serta bagian tubuh yang terpapar.

Bagi seseorang di wilayah Jakarta yang berkulit sawo matang, jika berjemur dengan wajah, lengan, dan kaki terbuka, maka ia membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit pada pukul 09.00-10.00 pagi (indeks ultraviolet 3-4) untuk memperoleh 1000 ultraviolet vitamin D. Waktu berjemur lebih lama dibutuhkan jika indeks ultraviolet lebih rendah, warna kulit lebih gelap, serta bagian tubuh terpapar lebih sedikit.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019, angka kecukupan gizi vitamin D untuk orang dewasa adalah 600 ultraviolet per hari. Vitamin D tersebut dapat memperbaiki otot polos saluran napas, memperbaiki fungsi paru, meningkatkan kekebalan tubuh, dan mengurangi peradangan pada penderita asma.

Omega-3

Omega-3 merupakan asam lemak esensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari sumber makanan sehari-hari. Berdasarkan tulisan Miyata J. dan Arita M. (2015), “Role of omega-3 fatty acids and their metabolites in asthma and allergic diseases”, omega-3 berperan sebagai anti-peradangan sehingga dapat memperbaiki fungsi paru pada penderita asma. Kandungan tinggi omega-3 dapat diperoleh dari jenis ikan yang berlemak (fatty fish), seperti salmon, tuna, makerel, patin, dan belut. Selain itu, sumber omega-3 dari bahan nabati seperti minyak kanola, flax seedschia seed, dan alpukat juga dapat mencegah hiper-reaktivitas yang memicu gejala asma.

Magnesium

Bahan makanan yang banyak mengandung magnesium, seperti kacang tanah, kacang mete, kacang almon, tahu, bayam, keju, daging ayam dan sapi juga dapat memberikan manfaat pada penderita asma. Menurut Zilaee M. dan Hosseini S. A. (2019) dalam artikel “Nutritional recommendations in asthmatic patients”, magnesium dapat menimbulkan relaksasi otot polos di saluran pernapasan. Selain itu, asupan magnesium juga dapat memperbaiki fungsi paru dan melebarkan pipa saluran napas (bronkus).

Apa yang Harus Saya Hindari ?

Lemak trans dan asam lemak omega-6

Ada beberapa bukti bahwa makan lemak omega-6 dan lemak trans, yang ditemukan di beberapa margarin dan makanan olahan, dapat memperburuk asma, dan kondisi kesehatan serius lainnya seperti penyakit jantung.

Diet tinggi kalori

Makan lebih banyak kalori daripada yang dibakar, maka berat badan akan bertambah. Tentunya hal tersebut tidak baik, tidak hanya untuk kesehatan secara umum, tetapi juga untuk asma. Orang yang mengalami obesitas lebih cenderung memiliki gejala asma yang lebih parah, minum lebih banyak obat, dan kehilangan lebih banyak pekerjaan daripada orang yang mempertahankan berat badan normal.

Alergi makanan

Banyak orang memiliki intoleransi makanan seperti intoleransi laktosa, tetapi ini bukan alergi yang sebenarnya dan jarang memperburuk asma. Hanya sekitar 2% orang dewasa dengan asma yang benar-benar alergi makanan terhadap susu, telur, kerang, kacang tanah, atau makanan lain. Ketika terpapar bahkan dalam jumlah kecil dari makanan yang membuat mereka alergi, orang-orang ini dapat mengalami serangan anafilaksis yang mengancam jiwa, termasuk bronkospasme, yang memerlukan pengobatan asma segera.

Terlepas adanya hubungan yang khusus antara asma dan nutrisi, kita tahu bahwa nutrisi yang baik tentunya penting bagi siapa saja, terutama orang-orang dengan penyakit kronis. Jika anda tidak mendapatkan nutrisi yang tepat, tubuh anda mungkin lebih rentan terhadap penyakit dan lebih sulit melawan virus pernapasan yang sering memicu serangan asma atau asma darurat yang parah.

 

Referensi:

McKeever TM, Britton J. Diet and Asthma, Am J Respir Crit Care Med Vol 170. pp 725–729, 2004 DOI: 10.1164/rccm.200405-611PP Internet address: www.atsjournals.org      

Alwarith J, Kahleova H, Crosby L, et al, The role of nutrition in asthma prevention and treatment, Nutrition Reviews, VR Vol. 78(11):928–938