Rabu, 30 November 2022 11:47 WIB

Peranan Diet dalam Penanganan Irritable Bowel Syndrome

Responsive image
7160
Wina Santiyah, SST, RD - RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus merupakan gangguan pencernaan yang umum terjadi khususnya usus besar. IBS ini dapat menimbulkan beberapa gejala yang tidak nyaman pada perut, seperti sakit perut, kram perut, kembung, diare, ataupun sembelit. Penyakit ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan bisa berulang.

Beberapa faktor resiko irritable bowel syndrome, adalah :

- Berjenis kelamin perempuan

- Berusia kurang dari 50 tahun

- Memiliki riwayat IBS pada keluarga

- Riwayat gangguan jiwa, kemasan, depresi, stress dan gangguan jiwa lainnya

- Mengalami infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan

- Mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu, seperti makanan yang mengandung gluten, contohnya sereal, pasta.  karena sebagian oarng memang tidak dapa mencerna gluten dengan baik. Beberapa minuman yang memicu IBS adalah minuman yang mengandung kafein, alcohol atau soda.

Gejala

- Mengalamai perubahan pada kebiasaan  buang air besar, seperti konstipasi atau diare

- Sakit atau kram perut yang umumnya berkurang setelah buang air besar ( BAB)

- Perasaan tidak tuntas setelah buang air besar

- Kentut berlebihan

- Adanya lendir pada rectum ( anus )

- Tidak dapat menahan keinginan buang air besar

- Kembung

Ada beberapa jenis IBS berdasarkan gejala atau jenis masalah buang air besar, seperti:

1.  IBS With constipation (IBS-C),  Ditandai dengan sembelit (konstipasi) yang mengakibatkan tekstur feses mengeras dan sulit keluar.

2.  IBS with diarrhea (IBS-D) yang ditandai dengan diare,  feses lebih  cair.

3. IBS with mixed bowel habits (IBS-M) yang ditandai dengan gejala campuran diare dan sembelit (konstipasi).

Mengatasi Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Jika terdapat keluhan terutama di bagian pencernaan, seperti sakit perut, diare, perut kembung, maupun terjadi perubahan BAB, maka Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat. Pemeriksaan fisik akan dilakukan dengan tes darah, pengambilan sampel hasil tinja, serta tes pencitraan dan endoskopi.

Langkah penyembuhan yang paling dianjurkan untuk menyembuhkan IBS adalah perubahan pola makan. Penderita IBS yang Konstipasi dianjurkan untuk meningkatkan asupan serat melalui konusmsi sayur dan buah, serta cairan. Mengejan saat BAB pun sangat tidak dianjurkan karena akan menimbulkan komplikasi gangguan pencernaan lainnya, seperti hemoroid. Sedangkan penderita IBS yang  diare dianjurkan menjauhi makanan yang mengandung laktosa dan mengurangi asupan serat. Mencari pencetus IBS dari makanan juga dapat membantu meningkatkan efektivitas pengobatan.

FODMAP merupakan singkatan dari fermentable oligosaccharides, disaccharides, monosaccharides, and polyol.FODMAP adalah sekumpulan karbohidrat rantai pendek yang kurang baik diserap di usus kecil yang kemudian difermentasikan oleh bakteri. Gas hasil fermentasi menyebabkan kembung dan sakit perut pada penderita IBS.

Beberapa makanan yang tergabung dalam FODMAP dan perlu dihindari penderita IBS, di antaranya:

· Oligosakarida: gandum, bawang putih, bombai, dan lain-lain.

· Disakarida: susu, yoghurt, keju lunak, dan makanan lain yang karbohidrat utamanya adalah laktosa.

· Monosakarida: mangga, madu, dan makanan lain yang karbohidrat utamanya adalah fruktosa.

· Poliol: leci, beberapa sayur dan buah lain, serta pemanis rendah kalori seperti sorbitol, mannitol, xylitol, dan maltitol.

Melihat daftar di atas, makanan yang mengandung FODMAP memang belum tentu makanan yang tidak sehat.

Beberapa di antaranya mengandung fruktan, inulin, dan galaktooligosakarida (GOS), yang menjadi prebiotik untuk membantu merangsang pertumbuhan bakteri usus yang menguntungkan. Jenis-jenis makanan tersebut bisa saja bermanfaat bagi kesehatan. Namun, pada orang-orang tertentu, termasuk yang menderita IBS, mengonsumsi makanan dan minuman tersebut menyebabkan gejala gastrointestinal.

Beberapa makanan rendah FODMAP yang bisa dikonsumsi penderita IBS adalah:

· Protein: daging sapi, ayam, ikan, domba, babi, udang, telur, tahu (bukan tahu sutera), tempe.

· Sumber karbohidrat: beras cokelat dan beras lain, jagung, oat, quinoa, kentang, serta biskuit dan  camilan yang dibuat dengan bahan-bahan tadi tanpa tambahan bahan tinggi FODMAP (misalnya bombai, pir, dan madu).

· Buah: pisang, kiwi, jeruk, pepaya, nanas, stroberi, anggur, melon, blueberry.

· Sayuran: tauge, paprika, wortel, terung, tomat, bayam, pok choi, kucai dan bagian hijau daun bawang, mentimun, selada, zucchini,

· Kacang-kacanganalmond (tidak lebih dari 10 butir per makan), macadamia, kacang tanah, pecan, walnut. Mete dan pistachio tidak termasuk.

· Biji-bijian: biji labu kuning, wijen, biji pinus, biji bunga matahari.

· Olahan susu: susu dan yoghurt bebas laktosa serta keju keras seperti cheddar dan parmesan.

· Minyak: minyak kelapa dan minyak zaitun.

· Minuman: teh hitam, hijau, putih, dan peppermint, kopi, serta air.

· Bumbu: daun basil, cabai, jahe, lada, garam, mustard, cuka beras, dan wasabi.

Mengatasi IBS, selain merubah pola makan, perubahan gaya hidup juga perlu dilakukan untuk mencegah kambuhnya IBS dan meredakan gejala yang muncul. Perubahan gaya hidup yang dimaksud meliputi:

1. Tidur cukup, makan tepat waktu, dan tidak merokok

2. Mengonsumsi makanan dengan porsi kecil

3. Mengurangi konsumsi alkohol, kafein, dan minuman soda

4. Tidak makan makanan berlemak dan makanan kaleng

5. Minum air putih paling tidak 8 gelas dalam sehari

6. Mengonsumsi buah dengan porsi yang cukup

7. Mengunyah makanan dengan perlahan

8. Menjalani psikoterapi, termasuk terapi perubahan prilaku atau hipnoterapi

9. Melakukan olahraga secara rutin, seperti senam aerobik, jalan cepat, atau bersepeda

10. Mengelola stres dengan cara yang positif, misalnya dengan meditasi atau yoga

Durasi pengobatan IBS tergantung pada kondisi pasien secara umum dan tingkat keparahan gejala yang dialami pasien.

Penderita IBS perlu melakukan kontrol rutin ke dokter agar kondisinya dapat terus dipantau dan dokter dapat mengetahui repons tubuh pasien terhadap terapi yang diberikan

 

Referensi:

Rosa LS Soares, Irritable bowel syndrome: A clinical review, World J Gastroenterol 2014 September