Rabu, 30 November 2022 11:13 WIB

Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Responsive image
2313
Ferdy Ferdian, dr., Sp.PD - RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

PPOK merupakan penyakit yang disebabkan oleh paparan partikel berbahaya yang menyebabkan penyempitan saluran pernapasan manusia. Partikel berbahaya tersebut diantaranya adalah asap rokok. Asap rokok yang dihisap baik oleh si perokok dan orang lain yang menghirup asap rokok memiliki potensi untuk mengalami gangguan kesehatan. Asap rokok mengandung ribuan zat yang berpotensi merusak tubuh, diantaranya tar, nikotin, karbon monoksida, benzene, arsenik, hidrogen sianida dan logam berat contohnya timbal. Banyak perokok yang sudah mengetahui bahayanya tetapi tetap merokok dengan berbagai alasan.

Penyakit paru yang satu ini tidak menular, namun memiliki potensi menjadi penyakit menahun, saluran pernapasan mengalami penyempitan secara menetap walau paparan partikel berbahaya sudah tidak ada lagi. Penyakit tidak menular atau non communicable disease seperti PPOK cenderung menahun lama dan terjadi akibat kombinasi faktor genetik/keturunan disertai faktor lingkungan. Berdasarkan World Health Organization (WHO), kematian akibat penyakit tidak menular mencapai 41 juta orang per tahunnya (setara 71% kematian global). Berdasarkan studi epidemiologi berskala besar (studi BOLD), di perkirakan kasus PPOK pada tahun 2010 sebanyak 384 juta jiwa dengan prevalensi global 11,7% (satu diantara sepuluh orang menderita PPOK).

Apa Gejala dari PPOK?

Penyakit paru obstruktif kronis menimbulkan gejala pernapasan yang mengganggu seperti sesak, batuk dan lainnya. Sesak napas dirasakan terus menerus, bertambah berat seiring dengan bertambahnya waktu, keluhan memberat bila beraktivitas, menetap (tidak kunjung pulih kembali) dan dapat disertai bunyi mengi (bengek seperti asma). Batuk pada PPOK dirasakan berlangsung lama dan hilang timbul, dapat tidak berdahak atau banyak berdahak. Penderita PPOK dapat mengalami serangan akut (perburukan gejala yang tiba tiba) akibat adanya faktor pencetus seperti terkena infeksi saluran pernapasan. Bilamana terjadi serangan akut, saluran nafas menyempit, aliran udara dalam saluran pernapasan menjadi semakin terhambat. Saluran pernapasannya semakin meradang, bisa ditemukan kelainan parut pada jaringan paru/fibrosis dan lendir kental yang banyak. Bilamana penderita PPOK dilakukan bronkoskopi (teropong pada saluran paru-paru), maka dari cairan bilasan saluran napasnya didapatkan banyak sel sel radang dan zat kimia peradangan.

Bagaimana Mendiagnosis Adanya PPOK?

Perhimpunan global inisiatif terhadap PPOK pada tahun 2021, menyampaikan pesan bahwa pertimbangkanlah seseorang mengidap PPOK dan lakukan tes spirometri (tes tiup) pada pasien berusia diatas 40 tahun dengan gejala pernapasan sesak napas yang muncul dan memberat dengan cepat/progresif, batuk lama/kronis, berdahak terus menerus, infeksi pernapasan bawah berulang dan memiliki faktor resiko seperti merokok, terpapar polutan dalam ruangan atau luar ruangan, paparan debu pekerjaan, faktor kelainan bawaan/kongenital seperti lahir dengan berat badan lahir rendah, infeksi saluran pernapasan berulang saat kecil.

Pemeriksaan tes fungsi paru/spirometri (tes tiup) dibutuhkan untuk menegakan seseorang menderita PPOK atau tidak.

Dapatkah Kita Mencegah Penyakit PPOK?

Penyakit paru ini dapat dicegah dan diobati, tersedia berbagai modalitas pengobatan PPOK, sedangkan untuk mencegahnya diperlukan usaha untuk menghindari paparan zat berbahaya tersebut. Berobatlah ke dokter Spesialis Penyakit Dalam bila mendapati gejala seperti diatas. Dokter Spesialis Penyakit Dalam akan menawarkan pilihan pengobatan dan pencegahan, serta menapis penyakit penyerta (komorbid) yang mungkin saja diidap oleh pasien dan memperberat kondisi penyakitnya.

Menghindari sesuatu memang dibutuhkan kesadaran dalam diri sendiri bahwa sehat itu mahal harganya. Untuk apa menabung sesuatu yang buruk dari muda, yang akan dituai tua nanti. Berhentilah merokok selagi masih ada usia. (FF)

 

Referensi :

Buist AS, McBurnie MA, Vollmer WM, et al. International variation in the prevalence of COPD (the BOLD Study): a population-based prevalence study. Lancet. 2007;370:741–50

The Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD (updated 2021). Tersedia dalam GOLD website: www.goldcopd.org.