Senin, 21 November 2022 12:54 WIB

Mengenal Lebih Dekat Tentang Mikrotia

Responsive image
4149
Dr. dr. Made Lely Rahayu, Sp.T.H.T.K.L (K), dr. Ke - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Telinga secara garis besar dapat dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga atau dalam Bahasa medisnya yaitu aurikula dan liang telinga yang disebut kanalis akustikus ekterna, sampai membran timpani. Aurikula terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk seperti huruf S, dengan panjang 2,5 – 3 cm. Liang telinga sendiri terdiri dari bagian tulang rawan pada sepertiga luar dan tulang pada dua pertiga dalam.1

Daun telinga atau yang disebut aurikula sudah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia. Awal pembentukannya dimulai dari minggu ke empat dan kelima masa kehamilan, dan akan semakin matang dengan bertambahnya usia kehamilan. Apabila ada kelainan dalam pembentukan daun telinga, penyakit ini disebut dengan mikrotia. 1,2

Mikrotia yaitu malformasi atau kegagalan pembentukan daun telinga, yang dapat dibagi yang dapat disebabkan berbagai hal. Kelainan ini dibagi menjadi 4 derajat, yang pertama yaitu malformasi minor, dimana ukuran aurikula lebih kecil dari normal dengan bagian yang lain masih dapat terlihat normal. Kedua, daun telinga lebih kecil dan kelainan bentuk telinga lebih banyak, aurikula tampak melengkung, lubang telinga tertutup, terdapat gangguan pendengaran. Ketiga, Aurikula hilang dan hanya tampak struktur jaringan lunak, bentuk ini dinamakan peanut ear, tidak ada lubang telinga maupun gendang telinga didalamnya. Derajat keempat dimana tidak terdapat apa-apa, kulit dibagian telinga berbentuk rata. 1,2

Apa saja yang perlu kita lakukan bila menemukan kasus mikrotia?

Yang pertama kita dapat pergi ke dokter THT-KL untuk dilakukan pemeriksaan fungsi pendengaran. Apabila pasien masih bayi, pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan pemeriksaan  BOA, kemudian dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan BERA. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat fungsi saraf dari pendengaran pasien. Pasien akan diberikan stimulus suara ke telinganya, kemudian dilihat bagaimana respon sarafnya menerima gelombang suara tersebut. Pemeriksaan berikutnya yaitu dilakukan pemeriksaan CT Scan. Pemeriksaan ini yaitu dilakukan pencetakan / foto kepala, sehingga kita dapat melihat bentuk anatomi dari telinga dalam. Hal ini dapat membedakan pasien dengan kelainan mikrotia disertai dengan kelainan saraf telinga atau tidak. 2

Penanganan mikrotia hanya satu yaitu pembedahan. Pembedahan biasanya dapat dilakukan saat usia anak 6-7 tahun, hal ini dapat disebabkan 3 hal yaitu, menunggu waktu perkembangan tulang rawatn bagian rusuk yang ideal yang akan digunakan sebagai pembentuk telinga. Selain itu resiko anak-anak mendapat intimidasi dari teman seusia karena kelainan telinga yang dimilikinya, serta menunggu pembentukan telinga sebelahnya sudah cukup matang, sehingga ukuran tidak jauh berbeda. Pembedahan pada mikrotia dapat berjalan cukup lama dan rumit, dimana dibutuhkan waktu paling sedikit 6 bulan, hingga 2 tahun. Operasi juga dilakukan dalam beberapa tahap dalam kurun waktu tersebut. 3

Terdapat terapi khusus pada pasien dengan kelainan mikrotia bilateral atau pada kedua telinga. Pada pasien ini, diberikan alat bantu dengar dengan hantaran tulang sedini mungkin. Alasannya agar anak tidak terlambat mengenali dan mempelajari suara dan Bahasa untuk kehidupannya. 3

Referensi:

N Baluch, S Nagata, C Park, et al. Auricular reconstruction for microtia: A review of available methods. Plast Surg. 2014;22(1):39-43. 

Thorne CH. Treacher Collins Syndrome. Grabb and Smith’s Plastic Surgery. Edisi ke-6. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia. 2007:287-90.

Stafeenberg DA. Microtia repair. The Journal of craniofacial surgery. 2003;14:481-6.