Senin, 21 November 2022 12:50 WIB

Mengenal tentang Scheneiderian Papiloma Sinonasal

Responsive image
1908
Dr.dr. Made Lely Rahayu, Sp.T.H.T.K.L(K), dr. Ketu - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Scheneiderian papiloma sinonasal (Sps) merupakan kasus yang biasa ditemui di poliklinik THT-KL. Kasus ini biasanya terdapat pada subdivisi Onkologi atau tumor. Dari definisinya, penyakit ini merupakan penyakit tumor yang bersifat jinak, yang terdapat pada rongga sinus dan hidung.1

Secara anatomi, hidung merupakan tempat saluran udara saat pernafasan yang terdiri dari 2 yaitu kanan dan kiri, dan dipisahkan dengan sebuah sekat / septum. Didalam hidung terdapat daging hidung yang kita sebut dengan konka, terdiri dari 3 yaitu konka inferior, konka media dan konka superior. Selain berfungsi untuk saluran pernafasan, hidung juga berfungsi sebagai alat untuk menghidu, serta proteksi terhadap benda asing yang dihirup, karena hidung mempunyai bulu-bulu hidung serta sekret yang melembabkan. 2

Rongga sinus atau yang disebut sinus paranasal merupakan sebuah rongga berisi udara, yang terdapat di sekeliling hidung. Rongga sinus terdiri dari 4 rongga, yaitu sinus maksila, sinus ethmoid, sinus sphenoid, dan sinus frontalis. Setiap rongga sinus bermuara pada hidung. Fungsi normal dari sinus paranasal ini yaitu mengeluaran sekret / cairan yang berfungsi untuk melembabkan mukosa hidung, serta melindungi dari benda asing yang masuk ke dalam lubang hidung saat bernafas ataupun serangga. 1,2

SPs adalah sebuah tumor jinak, yang dibagi tiga berdasarkan gambaran PA, yaitu inverted papilloma, oncocytic papilloma dan exophytic papilloma. tumor jinak ini diberi nama sebagai penghormatan C. Victor Schneider, yakni pada tahun 1600-an, yang menjelaskan bahwa mukosa hidung menghasilkan radang selaput lendir hidung dan bukan cairan otak. Ciri khas dari tumor ini yaitu agresi atau penyebaran tumor relatif lokal di daerah hidung, tingkat kekambuhan yang tinggi baik dini atau lambat, serta kemungkinan penyakit ini berhubungan dengan keganasan, terdiagnosis sejak awal atau saat kambuh. 2,3

Stadium dari tumor ini dibagi jadi 4, yang pertama (T1) hanya berada pada rongga hidung, tidak ada perluasan ke sinus. Tidak dicurigai keganasan. Yang kedua (T2) tumor mencapai kompleks osteomeatal (kompleks muara sinus), sinus etmoid, dan atau bagian tengah dari sinus maksila dengan atau tanpa disertai kavum nasi. Tidak dicurigai keganasan. Yang ketiga (T3) tumor menginvasi bagian samping, bawah, atas, depan dan belakang sinus maksila, sinus sphenoid, dan atau tanpa sinus frontalis, dengan atau tanpa keterlibatan sinus etmoid dan kavum nasi. Tidak dicurigai keganasan. Pada stadium (T4) tumor berada pada seluruh sinus paranasal dan rongga hidung, hingga dapat menyebar ke mata dan otak. Tumor seperti ini dicurigai keganasan. 3

Penyebab dari SPs ini masih belum sepenuhnya dimengerti. Dikatakan penyebab yang paling mungkin yaitu karena infeksi virus, inhalasi partikel asing, serta infeksi sinusitis yang bersifat kronis. Paparan yang mudah dipahami yaitu dari inhalasi (hirupan) partikel asing seperti asap rokok, asap industri yang dapat memicu kanker, dan lain sebagainya. Asap ini dapat terperangkap pada rongga hidung dan menggaggu proses normal hidung untuk mengeluarkan benda asing. Paparan yang berlangsung lama akan membuat sel normal mukosa hidung bermutasi berubah menjadi sel tumor karena kerusakan secara genetik. 3

Gejala yang sering terjadi pada SPs mirip dengan dengan gejala pada infeksi hidung dan sinus, seperti hidung tersumbat.  Namun SPs mempunyai gejala khas yaitu 1 sisi (unilateral). Mimisan, sakit kepala, nyeri wajah, hidung berair, menurunnya fungsi pembau, dan bisa tidak bergejala pada 9 - 12% pasien, tergantung dari perkembangan penyakit. Gejala kelainan penglihatan seperti penglihatan ganda, sulit membuka mata, keluar air mata terus menerus dapat timbul apabila tumor menginvasi ke mata. Memasuki ke otak gejala seperti nyeri kepala, gangguan gerakan pada otot wajah. 3

Pengobatan satu-satunya pada penyakit ini yaitu berupa pembedahan. Bedah yang dilakukan bergantung dari luasan tumor. Selain itu tumor akan di ambil sampel jaringannya dan dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi untuk mengetahui jenis sel nya. Perlu diperhatikan jenis tumor sinonasal SPs ini sangat mudah untuk rekuren, sehingga pembedahan harus dilakukan secara menyeluruh agar tidak bersisa. 3

           

Referensi:

M. Rizki Hanriko, "Papiloma dan Karsinoma Sinonasal," Bagian Anatomi, Histologi dan Patologi Anatomi, FK UNILA, pp. 1-5, 2017.

O. L. ,. P. B. Q. Lisan, "Sinonasal inverted papilloma: From diagnosis to treatment," Elsevier, 2016.

K. A.-S. Nader Sadeghi, "Sinonasal Papillomas," https://emedicine.medscape.com/article/862677-overview, 2021.